55 : Usai

199 44 11
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Papa perhatiin kamu sibuk keluyuran aja. Gak mau cari kerja?"

Kurniawan menatap putera semata wayangnya yang berada tak jauh dari tempatnya. Tengah menikmati makan malamnya tanpa bersuara.

"Uda tiga tahunan kamu nganggur. Kamu gak mikirin masa depan kamu? Nanti kalo kamu nikah dan masih pengangguran, mau kamu kasih makan apa istri dan anak kamu?" Lanjut pria paruh baya itu menyertakan sindirannya.

"Kaleo? Kamu denger papa ngomong gak sih?"

Leo menghela nafas panjang seraya meletakkan alat makannya. Meneguk habis air minumnya barulah setelah itu ia membalas tatapan ayahnya.

"Denger. Leo gak tuli." Sahut laki-laki itu santai.

"Leo." Tegur Anggi yang menyadari perubahan suasana di meja makan.

"Oh iya, emangnya Leo pernah bilang mau nikah?"

"Jadi kamu gak mau nikah?"

Mendapat pertanyaan seperti itu, Leo tersenyum sinis.

"Nggak. Leo gak mau nikah sama siapapun. Leo kan anak papa. Gak ada yang bisa menjamin kan kalo nantinya Leo gak bakal selingkuh juga?"

"Leo! Kamu apa-apaan sih!" Tegur Anggi lagi seraya menarik tangan Leo namun laki-laki itu menepisnya.

"Gak boleh ada lagi yang jadi korban. Cukup mama aja."

"Dan kamu memutuskan untuk tidak menikah hanya karena alasan itu? Kamu sangat naif Leo." Cibir Kurniawan membuat laki-laki itu menatap tajam ayahnya.

Susah payah Leo menahan amarahnya agar tak meledak. Rahang tegasnya mengeras dan kepalan pada kedua tangannya menguat.

"Hanya? Perselingkuhan dengan mengorbankan keluarga kita papa bilang hanya? Enteng banget ya papa ngomong."

"Leo, cukup."

"Apa aku sama mama emang gak se penting itu buat papa? Apa tante Lola emang lebih segala-galanya sampe papa tega ngebuang aku? Aku pa! Darah daging papa! Mungkin ada yang namanya mantan istri. Tapi papa gak akan pernah bisa menyematkan kata mantan anak buat aku!"

"Jaga bicaramu Leo. Ingat dengan siapa kamu bicara." Peringat Kurniawan menatap anaknya tak suka membuat Leo tertawa meledek.

"Emangnya siapa yang aku ajak bicara sekarang? Cuma orang asing yang kebetulan masih ada dalam satu KK."

"Kaleo Anggara!"

"APA??" Teriak Leo menantang saat melihat pria paruh baya itu bangkit dari duduknya dan hendak memukulnya. Leo pun bangkit dan dengan tatapannya yang menyalang, ia berjalan mendekat.

"Papa mau pukul aku? Kayak papa pukul mama dulu? PUKUL PA PUKUL!! LEO UDA GAK PERNAH NGERASAIN SAKIT LAGI! Berkat papa."

Sementara kedua laki-laki dewasa itu saling terpancing emosi, Anggi hanya bisa tertunduk menyembunyikan tangisnya. Ia pun sadar. Bahwa tak ada lagi yang bisa diselamatkan dalam keluarga mereka. Karena rumah megah yang mereka tinggali kini sudah lama kehilangan kehangatannya.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang