15 : Selamat Malam Jelita

239 65 36
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Mbak Jelita biar Jovan bantuin." Ucap Jovan membantu membawakan dua kantung kresek berisi bawang daun dan juga beberapa sayur mayur. Jelita hanya tersenyum dan mengikuti langkah riang laki-laki itu.

"Mbak berat! Biar Jovan aja yang bawa." Celetuk Jovan lagi beberapa saat kemudian saat melihat Jelita membawa timba berisi air.

"Jovan bantuin Jovan bantuin!" Ucap Jovan riang saat melihat Jelita membersihkan kecambah. Perempuan itu tersenyum dan menggeleng heran melihat laki-laki yang sejak tadi hanya mengikuti kemanapun arah ia pergi.

"Kamu gak main?"

"Nggak." Sahut Jovan yang kini sibuk dengan pekerjaannya memilah kecambah.

"Kenapa?"

"Bosen main sama temen. Maunya main ama mbak Jelita aja." Sahut Jovan beralih menatap Jelita dan menampilkan senyum manisnya.

"Oh iya. Mbak, uda tau belum?"

"Tau apa?"

"Katanya ada yang naksir sama mbak."

Jelita tertawa mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Jovan dengan wajah polosnya. Sembari melanjutkan pekerjaannya, Jelita hanya menjawab, "Iyakah?"

"Iya mbak! Tapi orangnya cemen."

"Kok bisa?"

"Masa beraninya cuma merhatiin dari jauh. Gak berani deketin mbak. Coba dong kayak aku sama abang."

Pergerakan Jelita terhenti saat mendengar kata terakhir yang terucap. Perlahan perempuan itu beralih menatap Jovan dan menunggu kelanjutan kalimat yang akan ia lontarkan. Namun tak ada lagi yang Jovan katakan setelahnya.

"Emang kamu suka sama mbak?" Tanya Jelita dan Jovan jawab dengan anggukan mantap.

"Suka banget! Mbak Jelita cantik."

Jelita tersenyum simpul saat mendengar jawaban dari bibir Jovan. Jemari perempuan itu bergerak mengusap puncak kepala Jovan dan mengacak gemas tiap helai rambutnya. Sementara Jovan? Jangan ditanya. Ia sudah tersenyum salah tingkah seraya menyentuh rambutnya.

"Kamu ini pinter banget gombalnya."

"Ini bukan gombal mbak. Tapi fakta! Tanya aja sama bang Zafran." Ucap Jovan mengarahkan telunjuknya. Jelita mengikuti arah laki-laki itu dan mendapati keberadaan Zafran yang juga menatap kearahnya.

"Kenapa?" Tanya Zafran bingung.

"Gak kenapa-kenapa bang." Sahut Jovan menyeringai kemudian bangkit.

"Kamu bukannya ada acara hari ini?" Tanya Zafran yang kini berjalan menghampiri keduanya. Jovan lantas beralih menatap arloji di tangannya dan seketika sepasang mata laki-laki itu membulat sempurna.

"Buset! Bisa kena marah gue! Mbak Jelita kita sambung lagi kapan-kapan ya. Jovan harus cabut." Pamit Jovan sebelum melesat pergi meninggalkan dua orang yang kini hanya diam.

*

Jelita menatap kagum saat sosok mempelai wanita berjalan dengan diiringi alunan musik dan sambutan dari pembawa acara. Didampingi oleh bu RT selaku sang ibu, Asmi, perempuan itu terlihat cantik dengan dandanan minimalis serta balutan kebaya berwarna putih yang ia kenakan. Senyum tak pernah surut dari paras eloknya.

"Cantik." Gumam Jelita yang tak berhenti melontarkan pujiannya.

"Asmi memang cantik." Sebuah suara yang menyapa pendengarannya membuat Jelita lantas menoleh. Dengan sedikit mendongak, Jelita menatap pada sosok Ezra yang berada tepat disampingnya. Perempuan itu kemudian tersenyum dan mengangguk menyetujui.

"Nama saya Ezra."

Jelita menoleh lagi saat Ezra kembali buka suara. Lama Jelita hanya diam sebelum ia berucap, "Jelita."

"Saya tau." Sahut laki-laki itu cepat.

"Tetangga baru kan?" Ucapnya menambahkan dan Jelita mengangguk membenarkan.

"Saya keponakannya bu RT."

"Saya juga tau." Sahut Jelita tersenyum dan kembali mengalihkan perhatiannya pada kedua mempelai pengantin. Perempuan itu turut bertepuk tangan saat semua orang memberikan tepuk tangan mereka atas dinyatakan sahnya kedua mempelai yang kini duduk bersama.

"Senang bisa berkenalan dengan kamu Jelita." Ucap Ezra lagi setelah hening untuk beberapa saat. Jelita kembali menoleh dan membalas tatapan laki-laki itu.

"Semoga kita bisa berteman baik." Ucapnya lagi.

Jelita tersenyum dan hanya mengangguk mengiyakan. Tak tau bagaimana harus menimpali perkataan lak-laki itu lagi.

*

"Jelita." Panggil Zafran membuat langkah Jelita terhenti. Perempuan itu lantas berbalik dan melihat Zafran yang kini berjalan menghampirinya.

"Uda mau balik?" Tanya laki-laki itu dengan senyum khas yang terukir di wajahnya. Jelita mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Yaudah ayo." Ucap Zafran lagi yang mendapat tatapan heran dari Jelita. Mengerti dengan raut kebingungan perempuan itu, Zafran kembali berucap, "Aku mau ke rumah Ojun. Jadi ayo bareng."

"Oh.." Jelita mengangguk mengerti dan kembali melanjutkan langkah. Disampingnya, Zafran berjalan beriringan.

"Gimana kabar Juan?"

"Baik."Sahut Jelita dan Zafran mengangguk mengerti. Keduanya pun kembali diam. Tak ada kata yang terlontar dan hanya sunyi yang menemani perjalanan mereka malam ini. Hingga langkah mereka terhenti tepat di depan kediaman Jelita. Keduanya saling berdiri berhadapan dengan tatapan yang saling mengunci.

Jelita berdeham pelan. Mencoba menetralkan debar jantungnya yang tak beraturan kemudian berkata, "Kalo gitu aku masuk dulu mas."

"Selamat malam Jelita." Sahut Zafran tersenyum dan melambaikan tangan. Dengan sedikit malu-malu, Jelita mengangkat satu tangannya berniat untuk membalas lambaian tangan laki-laki itu.

Jelita segera berbalik dan membuka pintu gerbang kemudian menutupnya. Perempuan itu berjalan cepat menuju pintu rumah dan membukanya. Saat hendak menutupnya kembali, Jelita menatap sekilas pada Zafran yang masih setia pada tempatnya.

Laki-laki itu tersenyum dan kembali melambaikan tangannya. Seulas senyum turut terbit di wajah Jelita yang kini bersemu merah. Perlahan, perempuan itu menutup pintu rumahnya dan bersandar disana. Memegangi dadanya yang terasa bergejolak tak karuan. Bagaimana Jelita dapat mendeskripsikannya? Rasanya seperti ada ratusan kupu-kupu yang berterbangan dalam tubuhnya saat ini.

***

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang