50 : Tali Simpul

142 46 10
                                    

PERHATIAN : Part ini mengandung kata-kata kasar. Jangan dicontoh ya adik-adik 😊
Jangan lupa like + komen.

***

"Sesuatu uda terjadi kan Zaf? Walau gue gak tau apa itu. Tapi gue yakin ada yang kalian sembunyiin dari gue." Tuntut Juan yang mulai kehilangan kesabarannya karena sejak ia tiba beberapa saat lalu, Zafran masih juga memilih bungkam.

"Lu bisu? Tuli? Pita suara lu putus? Iya?"

Juan bangkit dari duduknya. Laki-laki itu mulai tersulut emosi karena merasa keberadaannya tak dianggap. Ia berjalan cepat ke arah Zafran. Mencengkram kerah pakaian sahabatnya.

"Jawab gue Zaf! Apa yang uda terjadi? Kenapa adek gue yang paling ogah balik ke rumah tiba-tiba dengan suka rela minta gue jemput buat pulang?" Tanya Juan sekali lagi dengan menekankan tiap kalimat yang terucap dari bibirnya.

"Lo sakitin dia? Lo apain adek gue brengsek?!"

"Iya. Gue yang salah." Sahut Zafran pada akhirnya. Tatapan laki-laki itu yang semula kosong kini berubah tajam.

"Gue uda nyakitin Jelita. Gue gak bisa pertahanin dia. Gue gagal buat nepatin janji gue ke lo."

"Lo apa?"

"Hubungan gue sama Jelita uda berakhir. Gue uda lepasin dia. Sekarang Jelita uda bukan tanggung jawab gue lagi. Dan gue gak punya kewajiban buat ngejelasin semuanya kan?" Lanjutnya yang kemudian melepas paksa cengkraman Juan di kerah pakaiannya.

Zafran bangkit dan berjalan melewati Juan yang terdiam. Namun baru beberapa langkah, tubuh Zafran menghantam lantai dalam waktu sekejab. Tentu saja Juan pelakunya. Laki-laki itu melayangkan pukulan keras di wajah Zafran hingga membuatnya terhempas.

Tak cukup satu kali. Juan berjalan cepat menuju Zafran yang masih terkapar. Kembali mencengkram kerah pakaian Zafran dengan satu tangan. Sedangkan satu tangannya yang bebas ia gunakan untuk melayangkan beberapa serangan lanjutan di wajah Zafran hingga membuat laki-laki itu babak belur.

Namun bukannya melawan, Zafran hanya diam menerima serangan yang Juan layangkan begitu saja. Membiarkan laki-laki jangkung itu memukulinya hingga puas.

"Gue uda peringatin elo Zaf. Kalo gak bisa, jangan maksa! Lo sendiri yang bilang kalo lo bakal bahagiain adik gue ya anjing! Tapi sekarang apa? Lo bikin adek gue nangis setan! Mau lo gue abisin sekarang juga hah? Biar kita sama-sama ancur sekalian!" Cerca Juan yang tak mampu lagi mengontrol emosinya. Namun ketika laki-laki itu hendak melayangkan kembali pukulannya, satu tangan menahan pergerakan Juan.

"Bang bang jangan bang! Uda bang! Kasian abang gue uda sekarat itu! Kalo abang gue mati, lo dipenjara bang. Emang lo gak kasian ama mama lo dan mbak Jelita? Woy bang Jun! Tolongin napa! Ini bang Juan tenaganya gede banget ngalah-ngalahin benteng tau!" Pekik Jovan berusaha menghalau Juan.

Sementara Ojun yang masih berdiri di ambang pintu terlihat ogah-ogahan untuk mendekat. Laki-laki itu menatap ngeri secara bergatian ke arah Juan dan juga Zafran.

"A-ane takut Jov. Entar kalo ane kena pukul juga begimana?"

"Ah elah bang pengecut lo! Eh aduh!"

Jovan mengaduh kesakitan saat ia jatuh terduduk begitu kehilangan keseimbangan karena Juan yang bangkit secara tiba-tiba. Laki-laki itu masih mengusap pantatnya, saat Juan melepas jaket yang ia kenakan.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang