Jangan lupa like + komen
***
Jelita membuka pintu rumahnya kemudian menutupnya kembali dan menguncinya. Perempuan itu kemudian berbalik dan berhenti sejenak. Memperhatikan suasana komplek rumahnya yang cukup sepi. Seperti biasa, ia berangkat kerja pagi-pagi untuk menghindari bertatap muka dengan orang lain.
Setelah memastikan situasi cukup bersahabat, Jelita kembali melangkahkan kakinya bergegas pergi. Dengan langkah cepat, tak lupa Jelita mengedarkan pandangannya.
Saat berada di persimpangan jalan, langkah perempuan itu seketika terhenti saat netranya menyadari kehadiran beberapa wanita dewasa yang terlihat tengah mengobrol. Sama dengan Jelita, kehadirannya tak membutuhkan waktu lama untuk disadari oleh mereka.
Jelita menatap keempat orang itu bergantian. Dengan menelan salivanya, ia menarik senyum paksa untuk menyapa mereka.
"Bu Anita, dia tetangga baru kita?"
"Sepertinya begitu bu Lina." Sahut salah satunya tersenyum lebar dan bergegas menghampiri Jelita.
"Mbak Jelita?" Sapa wanita yang berusia sekitar 40 tahunan. Jelita kembali tersenyum dan mengangguk pelan.
"Iya bu."
"Saya Anita dari blok A1-03."
"Saya Lina dari A2-11."
"Saya Melinda dari B1-01."
Sapa ketiganya ramah. Dan yang bisa Jelita lakukan adalah melempar senyum seramah mungkin. Walaupun menjadi akrab dengan tetangga tidak masuk dalam daftar hidupnya, bermusuhan dengan mereka tak pernah ia inginkan. Maka yang perempuan itu lakukan adalah berusaha meninggalkan kesan yang baik.
"Mbak Jelita sudah pindah sejak kapan?" Salah satu wanita bernama Melinda itu bertanya. Jelita menatapnya sejenak sebelum ia menjawab, "Sudah tiga-"
"Tiga hari."
Seseorang mengintrupsi percakapan mereka. Jelita berbalik dan mendapati Zafran yang berada tak jauh darinya. Laki-laki itu lagi-lagi tersenyum menyapanya dan berjalan mendekat.
"Mbak Jelita baru pindah tiga hari yang lalu ibu-ibu." Ucapnya mengulangi.
"Jadi pas mas Zafran masukin ke grup itu mbak Jelita baru pindah? Kapan pindahnya? Kok gak keliatan?"
"Iya bu Lina. Soalnya mbak Jelita pindahnya pagi-pagi sekali. Saya yang gak sengaja keliatan waktu itu. Dan rumah ini kan emang sudah ada perabotannya. Jadi mbak Jelita gak bawa barang banyak. Jadi gak ada yang tau juga."
Jelita mengerutkan keningnya bingung. Apa yang laki-laki ini katakan? Dan juga mengapa dirinya terlihat seperti juru bicara Jelita yang membantu menjawabkan pertanyaan untuknya?
"Kamu mau berangkat kerja kan?"
Jelita mendongak dan mendapati Zafran yang kini menatapnya. Seolah menangkap sinyal yang laki-laki itu kirimkan, Jelita mengangguk pelan dan kembali tersenyum.
"Berangkatnya pagi-pagi sekali ya mbak Jelita."
"Iya bu. Soalnya kantornya agak jauh." Sahut Jelita akhirnya. Tak membiarkan Zafran yang hendak bersuara untuk kembali menjawab pertanyaan tersebut.
"Kalo begitu saya permisi."
"Mari mbak. Hati-hati di jalan."
Jelita kembali menarik senyum paksa membalas ucapan salah satu dari mereka. Perempuan itu kemudian bergegas pergi dan melanjutkan langkahnya. Setidaknya ia dapat bernafas lega kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita dan Pelabuhannya [END]
Fanfiction{FANFICTION} Jelita kabur dari rumahnya karena kemarahannya pada sang ibu. Gadis itu memilih menutup dirinya dari keramaian. Tak banyak bicara, dan tak pernah menunjukkan perubahan pada raut wajah datarnya. Suatu ketika ia dipertemukan dengan seoran...