28 : Hubungan

199 50 11
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Anggep aja ini kencan kedua kita." Bisiknya tepat di telinga Jelita yang membuat bulu-bulu halus di sekitar tengkuk perempuan itu meremang seketika.

Berusaha untuk menormalkan debar jantungnya yang semakin tak terkendali, Jelita mengambil satu langkah mundur dan memutus pandangannya dari sepasang netra milik Zafran.

"Mas."

"Ya?" Sahut Zafran masih dengan senyumnya.

"Soal kencan.. Menurutku ini sedikit aneh."

"Kenapa aneh Jelita?"

Mendengar namanya kembali disebut dengan intonasi yang terdengar begitu merdu menyapa indera pendengarannya, mau tak mau secara otomatis Jelita kembali menatap laki-laki di hadapannya.

Jelita menghela nafas pelan. Ia harus memperjelas semuanya hari ini pada Zafran. Hal-hal yang mengganggu pikirannya selama beberapa hari terakhir.

"Mas Zafran gak merasa aneh?"

"Soal?"

"Kita. Kita kan tetangga."

"Memangnya ada apa dengan itu?"

"Kita hanya bertetangga, dan kencan hanya dilakukan oleh mereka yang punya hubungan."

"Lalu?" Tak hanya tersenyum dengan bibirnya, kini sepasang mata kecoklatan milik laki-laki itu juga mengulas senyum dengan bentuk bulan sabitnya.

Jelita terdiam sejenak. Berpikir cukup keras untuk mengolah kata. Agar yang terlontar dari bibir perempuan itu setelahnya dapat Zafran mengerti dengan baik. Namun otak Jelita terasa sangat buntu sekarang.

Ya tuhan, lutut Jelita bahkan terasa semakin lemas dan tak memiliki kemampuan untuk menopang beban tubuhnya sendiri. Salahkan Zafran yang membuat perempuan itu kelimpungan hanya karena tatapannya yang begitu teduh.

"Kita gak punya hubungan sedekat itu untuk pergi berkencan mas. Terlebih untuk merencanakan kencan kedua."

Dua kalimat itulah yang akhirnya terlontar setelah keheningan yang cukup lama. Tentunya setelah Jelita kembali memutus pandangannya.

Hening kembali mendera. Tak ada tanda-tanda jika Zafran akan menimpali perkataannta. Membuat Jelita bertanya-tanya, apakah perkataannya barusan menyakiti laki-laki itu? Jika ya, ini gawat. Jelita tak bermaksud untuk begitu.

Perlahan, Jelita kembali mendongak untuk melihat bagaimana raut wajah laki-laki itu. Dan yang pertama kali menyapa penglihatannya adalah Zafran yang masih menatapnya dengan senyum yang sepertinya semakin lebar dari sebelumnya.

Apa ini? Mengapa Zafran justru tersenyum dengan getaran yang terlihat positif? Apakah laki-laki itu tak menangkap dengan baik maksud perkataannya?

"Mas-"

"Kalo kita belum ada hubungan seperti yang kamu maksud, gimana kalo kita coba memulai hubungan itu?" Ucap Zafran pada akhirnya.

Setelah beberapa saat, akhirnya sepasang mata Jelita yang membulat sempurna mengerjap beberapa kali. Kini, otaknya kembali dipaksa untuk bekerja lebih keras agar dapat mencerna kalimat yang baru saja Zafran tujukan untuknya.

"M-maksud mas Zafran?"

Ada tawa yang lolos dari bibir Zafran sebelum laki-laki itu kembali menjawab, "Kayaknya usaha aku selama ini ke kamu kurang jelas ya?"

Zafran menghentikan tawanya kemudin menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Laki-laki itu berdehem sejenak sebelum mengambil langkah untuk kembali mendekat.

"Jelita." Panggil Zafran lagi dan perempuan itu hanya diam.

"Kamu belum pernah pacaran ya sebelumnya?" Tanya laki-laki itu yang kembali membuat netra Jelita membola.

Melihat bagaimana Jelita bereaksi atas pertanyaan mendadaknya, Zafran kembali tersenyum dan mengangguk paham.

"Sama." Ucapnya tak menunggu jawaban Jelita.

Zafran mengusap pelan dagunya dan tampak berpikir kemudian bergumam, "Mungkin karena kurang pengalaman kali ya? Jadi maksudku selama ini gak bisa bikin kamu peka."

"Mas Zafran ngomong apa sih dari tadi?" Tanya Jelita tak sabaran. Waw, pencapaian baru. Jelita sudah bisa menunjukkan kekesalannya pada laki-laki itu.

"Semua orang di komplek sudah tau. Dan kayaknya cuma kamu yang gak tau ya?"

"Maksud-"

"Kalo aku suka kamu." Potong Zafran yang kembali membuat Jelita terpaku.

Lagi-lagi Zafran tersenyum saat menyadari adanya semburat merah muda yang kini menghiasi paras ayu Jelita.

"Kamu bener kok soal kencan hanya diperuntukkan bagi mereka yang punya hubungan. Dan karena aku ingin membuat hubungan itu sama kamu, makanya aku ngajak kamu kencan Jelita." Ucap Zafran yang kini tak mampu menahan kegemasannya.

"Mas, aku-"

"Kamu butuh waktu ya?" Potong Zafran lagi. Jelita kembali diam dan Zafran anggap jika jawabannya adalah ya. Laki-laki itu pun mengangguk paham dan kembali tersenyum.

"Aku bakal nunggu dengan sabar kalo gitu." Sahut Zafran mantap.

"Karena nunggu butuh tenaga, gimana kalo kita makan dulu? Tuh Jovan uda selesai main." Ucap laki-laki itu saat melihat kedatangan adiknya yang berjalan mendekat.

Jelita menoleh dan saat itu juga perempuan itu dapat menghela nafas lega.

"Uda selesai mainnya?" Tanya Zafran saat Jovan meraih botol air mineral dari genggamannya untuk ia teguk hingga habis.

"Uda bang. Makan yuk. Jovan laper."

"Loh mbak Jelita sakit? Kok mukanya merah gitu?" Lanjut Jovan ketika menyadari jika Jelita sedari tadi hanya diam.

Dengan cepat, Jelita menyentuh wajah dengan kedua telapak tangannya. Perempuan itu segera merutuki dirinya yang kini terlihat seperti kepiting rebus.

"Hawanya emang lagi panas-panasnya Jov." Ujar Zafran yang sepertinya berusaha untuk melindungi Jelita. Namun jawaban Zafran justru membuat Jelita semakin ingin menenggelamkan diri hingga ke inti bumi.

***

Part kali ini lebih pendek dari sebelum2nya ya guys 😘
Daaannnn....
Selamat hari kemerdekaan !!
Dirgahayu Indonesiaku.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang