14 : Layangan Kertas dan Langit Senja

269 64 32
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Biar saya bantu."

Sebuah suara membuat langkah Jelita terhenti. Perempuan yang sedikit kesulitan melihat siapa sosok di hadapannya karena daun pisang yang dibawanya itu memiringkan kepala untuk membalas ucapan seseorang di hadapannya.

Oh! Laki-laki ini. Jelita mengenalinya sebagai keponakan dari ibu RT.

"Tidak apa-apa mas." Tolak Jelita sopan dan melanjutkan langkahnya berjalan melewati Ezra. Baru beberapa langkah, seseorang mengambil alih ikatan daun pisang yang dibawa Jelita.

"Tidak usah mas. Saya bisa melakukannya sen-"

Jelita tak melanjutkan kalimatnya saat menyadari jika Zafran lah yang meraih barang bawaannya. Laki-laki gondrong itu menoleh sekilas lalu tersenyum lebar.

"Ini berat. Biar aku bantu." Ucap Zafran dan menaikkan ikatan daun pisang tersebut. Membuat otot-otot di lengannya sedikit terlihat dan mengambil alih fokus Jelita. Tanpa berkedip, pandangan perempuan itu berpusat pada lengan kekar Zafran.

"Jelita?" Panggil Zafran saat mendapati Jelita hanya diam. Perempuan itu terkesiap dan membalas tatapan Zafran yang kembali menampilkan senyum manisnya.

"Kamu dipanggil Bu Anita tuh."

"Oh iya." Sahut Jelita singkat dan segera berbalik kemudian berjalan cepat untuk menjauh. Ini gila. Zafran benar-benar membuatnya merasa menjadi orang gila. Atau lebih tepatnya orang mesum? Maksudnya, apa yang ia lihat barusan??

Sementara Jelita merutuki sikapnya, Zafran berusaha menahan kegemasannya pada perempuan itu.

"Uda dimulai nih." Suara Ojun menginterupsi Zafran. Dengan malas, laki-laki itu melirik sahabatnya yang sudah berdiri di sampingnya.

"Makin gencar aja mepetnya pak. Mulai insecure ente?"

"Insecure apaan dah?" Sahut Zafran kembali melanjutkan langkahnya. Dan Ojun menyamakan langkah dengan laki-laki itu.

"Nih ya Jun. Cowok modelan Ezra tuh bukan tipe Jelita."

"Asik nih. PDnya gak ngotak. Darimana lo yakin kalo dia bukan tipe Jelita? Lo uda survey emang? Atau Jelita ada curhat begitu?"

Tak ingin menanggapi lebih lanjut, Zafran hanya mengedikkan bahu atas pertanyaan yang Ojun lontarkan.

"Bro, jodoh gak ada yang tau. Sekarang Jelita gak tertarik sama si Ezra itu. Tapi besok gak ada yang tau kan?"

"Besok emang gak ada yang tau. Makanya jangan dipikirin."

"Dih ini bocah susah amat dibilangin orang tua."

Zafran menghentikan langkahnya dan menatap Ojun malas. Kemudian ia menyerahkan ikatan daun pisang yang dibawanya pada Ojun hingga membuat laki-laki itu kehilangan keseimbangan dan nyaris terjatuh. Well, sebenarnya ikatan daun pisang itu cukup berat. Bagaimana bisa Jelita membawanya seorang diri?

"Ini isinya apaan elah? Berat amat."

"Daun pisang. Lo gak bisa liat? Buruan bawa masuk. Uda ditunggu ibu-ibu." Ujar Zafran dan berlalu meninggalkan Ojun yang sedikit kewalahan dengan barang bawaannya.

*

Semilir angin sore itu menerbangkan tiap anak rambut kecoklatan milik Jelita. Membelai lembut kulit putihnya dan menyapanya dibawah temaram senja. Menemaninya yang tengah beristirahat setelah kelelahan membantu persiapan pernikahan anak pak RT.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang