Jangan lupa like + komen.
***
"
Selamat pagi mbak Jelita."
Sapa Jovan saat Jelita membuka pintu rumahnya. Laki-laki itu sudah terlihat rapi dengan seragam SMA kebesarannya. Jelita beralih menatap pagar yang rupanya lupa ia tutup sejak semalam. Kebiasaan teledornya harus ia rubah jika tak ingin hal-hal buruk terjadi padanya.
Seperti dejavu, kejadian seperti ini pernah ia alami sebelumnya. Dengan kakak dari laki-laki yang kini berdiri di hadapannya. Menuruti perkataan Zafran, Jovan memutuskan untuk mengunjungi Jelita keesokan harinya.
Laki-laki itu tersenyum kemudian menaikkan kantung bawaannya tepat di hadapan Jelita seraya berkata, "Aku bawa buah buat mbak."
Jelita menatap kantung yang dibawa Jovan sebelum kembali menatap Jovan yang masih menatapnya dengan senyum cerahnya.
"Boleh masuk gak mbak?" Tanya laki-laki itu saat tak juga mendapat respon apapun dari Jelita. Dan tanpa menjawab, Jelita membuka lebar pintu rumahnya sebagai isyarat mempersilahkan tamunya untuk masuk.
*
Zafran buru-buru turun dari motor yang di kendarainya setelah melepas helm yang ia kenakan. Laki-laki itu bergegas memasuki halaman dengan pagarnya yang terbuka. Zafran mengetuk pintu rumah Jelita beberapa kali hingga sebuah suara dari dalam sana membuat ia berhenti.
"Maaf Jelita. Apa Jovan ada di dalam?" Tanya Zafran ketika pintu di hadapannya terbuka. Jelita menjawabnya dengan anggukan pelan.
"Boleh aku masuk?"
"Silahkan." Sahut Jelita menyingkir mempersilahkan Zafran.
Begitu memasuki rumahnya, Zafran kembali berbalik dan menatap Jelita. Mengerti dengan maksudnya, perempuan itu pun berjalan lebih dulu dan menunjukkan jalan pada Zafran untuk menemui adiknya.
"Hai bang." Sapa Jovan santai ketika melihat kedatangan kakaknya.
Zafran berdecak sebal mendapati sapaan Jovan yang tengah menikmati sarapan yang rupanya Jelita siapkan untuknya. Zafran berjalan mendekat dan melayangkan jeweran di telinga adiknya hingga membuatnya meringis.
"Ampun bang."
"Kamu ya, bisa-bisanya ngegangguin orang pagi-pagi." Tegur Zafran begitu ia melepaskan jewerannya di telinga Jovan yang kini mengusap telinganya yang memerah.
"Katanya bang Zafran kan aku boleh main ke rumah mbak Jelita sekarang."
"Abang gak ada bilang begitu ya. Abang bilang kalo mau main besoknya aja. Gak ada yang nyuruh kamu dateng pagi-pagi. Besok bukan berarti sepagi ini." Lanjut Zafran menimpali.
"Uda dateng gak sopan, pake numpang makan segala lagi."
"Ini aku gak minta kok bang. Mbak Jelita yang ngasih." Sahut Jovan membela diri. Zafran beralih menatap Jelita dan perempuan itu pun mengangguk membenarkan. Jelita berjalan mendekati keduanya dan mengambil sebuah piring baru.
"Mas Zafran sarapan disini juga sekalian. Kebetulan aku kelebihan masak."
"Gak usah Jelita. Biar aku sama Jovan sarapan di rumah."
"Disini aja mas. Gak apa-apa kok." Sahut Jelita meyakinkan. Zafran menatap perempuan itu untuk beberapa saat hingga akhirnya menghela nafas panjang.
"Makasih Jelita. Maaf merepotkan."
*
Ketiga orang itu berjalan keluar dari halaman rumah Jelita. Jovan berbalik dan kembali tersenyum seraya melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita dan Pelabuhannya [END]
Fanfiction{FANFICTION} Jelita kabur dari rumahnya karena kemarahannya pada sang ibu. Gadis itu memilih menutup dirinya dari keramaian. Tak banyak bicara, dan tak pernah menunjukkan perubahan pada raut wajah datarnya. Suatu ketika ia dipertemukan dengan seoran...