37 : Maaf

198 48 7
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

Dalam 26 tahun hidupnya, baru kali ini Jelita merasa bisa tersenyum dan tertawa lepas setelah kematian sang ayah. Penyebab utamanya adalah sosok Zafran yang entah sudah sejak kapan berhasil menyita perhatiannya. Keberadaan laki-laki itu di sisinya pun seperti menjadi sebuah kebiasaan.

Pertemuan pertamanya dengan Zafran di taman siang itu seolah mengundang pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mengusik ketenangan Jelita yang ingin berlindung dari kelamnya dunia luar.

Zafran berhasil menarik Jelita keluar dari benteng yang susah payah ia bangun. Mengajarkan pada Jelita bahwa dunia tak seburuk itu. Bahwa seburuk apapun masalahnya, menghadapinya akan lebih baik dari pada menghindar.

Siapa sangka jika laki-laki yang dulunya ia pikir menjengkelkan, kini berstatus sebagai kekasihnya. Bak sebuah magnet, Zafran selalu memiliki daya tariknya yang mampu membuat Jelita melangkah lebih dekat. Ia bahkan tak memerlukan banyak usaha untuk membuat Jelita jatuh hati padanya. Karena sejak pertemuan pertama mereka, diam-diam Jelita sudah melabuhkan hati pada laki-laki sang pemilik lesung pipi.

Jelita hanya ingin bahagia. Dan itu dengan Zafran, kekasihnya. Menghabiskan sebagian waktu bersama dan membicarakan banyak hal. Keinginan yang cukup sederhana.

Namun kesederhanaan itu serasa terenggut secara paksa saat sosok lain dari masa lalunya kini berdiri tepat di hadapannya. Menatapnya dengan tatapan yang sama seperti beberapa tahun yang lalu.

Hina. Ia menatap Jelita seolah perempuan itu adalah hal paling menjijikkan di dunia. Virus amat mematikan yang harus segera dimusnahkan.

Jelita tergugu. Tubuhnya gemetar hebat. Lututnya terasa lemas. Energinya terkuras habis hingga untuk mengeluarkan suara saja perempuan itu tak mampu.

Saat merasakan usapan lembut di punggung tangannya, kontan bulir bening itu pun luruh dari pelupuk mata. Perlahan, Jelita menoleh dan mendapati Zafran yang memandangnya bingung.

"Kamu kenapa?" Bisik Zafran mulai khawatir. Sudah sejak tadi laki-laki itu memperhatikan perilaku Jelita saat merasakan kekasihnya mencengkram kuat lengannya.

"Jelita?"

"A-aku pulang aja mas." Sahut Jelita menghapus kasar air matanya. Ia hendak melepas gandengan tangannya sebelum Zafran kembali menahannya.

"Loh? Kok uda mau pulang? Baru juga sampe. Katanya kamu mau ketemu bunda. Bunda ada di dalem. Yuk masuk dulu. Habis itu baru aku anter pulang."

Jelita menggigit bibir bawahnya dan menunduk dalam. Tak ingin menatap sosok yang kini masih berdiri di tempatnya dengan begitu angkuh.

"Aku mau pulang sekarang mas." Ujar perempuan itu menggeleng sebagai penolakan.

"Tapi-"

"Mau kabur lagi lo?" Suara asing namun familiar yang kini turut buka suara membuat tubuh Jelita menegang seketika. Lain halnya dengan Zafran yang kini beralih menatap Leo, keponakan dari ibunya.

Jelita melangkah mundur saat menyadari sosok itu berjalan mendekat. Ia eratkan genggaman tangannya pada Zafran hingga laki-laki itu meringis kesakitan.

"Kayak waktu itu." Lanjut laki-laki itu dingin.

"Gue cari kemana-mana ternyata ngumpet disini ya lo?"

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang