Jangan lupa like + komen.
***
"Mbak Jelita!" Seru Jovan saat pintu di hadapannya terbuka. Ketika laki-laki itu hendak memeluk Jelita, ada Zafran yang menarik kerah pakaian Jovan untuk menjauh. Mendapat pelototan dari kakaknya, Jovan hanya tersenyum menyeringai.
"Lepasin dong bang." Pinta Jovan dengan tatapan memohon.
Zafran menghela nafas pelan sembari melepaskan kungkungannya dari Jovan. Ia kemudian tersenyum menatap Jelita yang masih setia memperhatikan pertikaian dua kakak beradik itu.
"Apa kabar Jovan?"
"Baik mbak. Tapi gak sebaik pas sama mbak Jelita." Sahut Jovan menggoda sementara Zafran memutar mata malas menanggapi rayuan adiknya yang tak ada habisnya.
"Oh iya mbak. Makasih ya buah kesemeknya. Rasanya manis banget." Ucap Jovan seraya mengacungkan kedua ibu jarinya sementara Zafran melirik adiknya tanpa berniat untuk menimpali.
"Rasanya manis? Bener Jov?" Tanya Jelita yang kini menatap Jovan keheranan. Sementara laki-laki itu mengangguk mantap.
"Syukurlah yang kamu rasanya manis. Soalnya yang mbak rasanya hambar." Sahut Jelita lega. Beda halnya dengan Jovan yang menjadi panik. Sementara Zafran berusaha menahan tawanya.
"Kalian uda sarapan?"
"Belum mbak."
"Yaudah ayo masuk. Kebetulan mbak baru selesai masak."
"Yang bener mbak? Wah pas banget Jovan lagi kelaparan."
"Jov." Panggil Zafran memberi peringatan. Laki-laki itu kemudian beralih menatap Jelita dan menggeleng pelan.
"Gak usah Jelita. Kita kesini cuma mau nganterin titipan dari bunda." Ujar Zafran sembari menyerahkan satu rantang bekal untuk perempuan itu. Jelita kemudian menerimanya.
"Kok repot-repot sih mas?"
"Gak repot kok. Bunda emang bikinin buat kamu. Kalo gitu kita pamit."
"Masuk aja dulu mas." Ujar Jelita membuat langkah keduanya terhenti. Zafran menoleh dan mendapati Jelita tengah tersenyum pada mereka. Perempuan itu kemudian membuka lebar pintu rumahnya.
"Kita sarapan bareng."
"Nggak usah Jelita. Ngerepotin."
"Gak ngerepotin kok mas. Aku gak punya temen makan buat habisin semua yang uda aku masak." Sahut Jelita meyakinkan.
Tanpa menunggu jawaban dari Zafran, Jovan telah lebih dulu berjalan memasuki rumah Jelita hingga membuat laki-laki itu mendengus pelan. "Itu anak bener-bener."
Zafran kemudian berjalan mendekati Jelita yang masih berdiri pada tempatnya. "Maaf ya Jelita. Jovan emang gak bisa diem anaknya."
"Gak apa-apa kok mas." Sahut Jelita kembali tersenyum. Perempuan itu terlalu banyak tersenyum pagi ini. Membuat Zafran bertanya-tanya hal baik apa yang telah terjadi semalam.
*
"Ini soundnya mau di letakin dimana Jun?" Tanya Zafran setelah ia memarkirkan mobil pick up yang dikemudikannya. Ojun yang semula sibuk memasang tenda biru khas lagu Desi Ratnasari itu pun menoleh seraya mengusap keringat yang membanjiri wajahnya. Tiga hari lagi adalah hari pernikahan puteri bungsu pak RT jadi warga komplek disibukkan dengan saling bahu membahu demi kelancaran acara.
"Tunggu pak RT dateng deh. Gue takut salah Zaf." Sahut Ojun yang kembali melanjutkan pekerjaannya. Zafran mengangguk menyetujui. Tak lama tatapan laki-laki itu berpusat pada sosok yang tengah duduk di salah satu kursi. Berbincang dengan beberapa ibu-ibu sembari mengupas kentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita dan Pelabuhannya [END]
Fanfiction{FANFICTION} Jelita kabur dari rumahnya karena kemarahannya pada sang ibu. Gadis itu memilih menutup dirinya dari keramaian. Tak banyak bicara, dan tak pernah menunjukkan perubahan pada raut wajah datarnya. Suatu ketika ia dipertemukan dengan seoran...