18 : Demam

266 65 11
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

Suara dering ponsel yang terus berbunyi mengusik istirahat siang Zafran. Dengan sepasang mata yang masih terpejam, jemarinya bergerak menyusuri nakas di samping ranjang. Mencoba meraih ponsel penyebab ia terbangun.

"Halo." Sapa Zafran dengan suara beratnya.

"Lo dimana?" Suara lain yang terdengar gusar di seberang sana membuat Zafran mengernyitkan kening. Ia menjauhkan ponsel dan melihat layarnya. Ada nama Juan disana.

"Di rumah. Kenapa Ju?" Sahut Zafran kembali mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Sibuk gak?"

"Nggak. Cuma-"

"Tolong cariin Jelita Zaf." Pinta Juan memutus ucapan Zafran. Membuat laki-laki itu seketika mengubah posisinya menjadi duduk kemudian memegangi kepalanya yang terasa nyeri.

"Jelita kenapa?"

"Jelita gak ada di rumahnya. Sejak ngomong sama mama, dia pergi gitu aja dan sekarang gue gak tau dia ada dimana. Telfonnya juga gak aktif. Gue lagi di perjalanan kesana. Zaf tolongin gue Zaf. Tolong cari adek gue. Gue gak tau harus minta tolong sama siapa lagi. Cuma lo yang bisa bantu gue."

"Oke lo tenang dulu. Hati-hati di jalan. Gue bakal usaha cari Jelita sebisa gue." Sahut Zafran memutus panggilan sepihak. Seakan tak percaya, laki-laki itu pun membuka kontak Jelita dan mencoba menghubunginya. Hasilnya sama seperti yang Juan katakan. Perempuan itu menonaktifkan ponselnya.

Zafran berdecak dan mengacak rambutnya frustasi. Laki-laki itu pun bangkit dan meraih jaket miliknya kemudian menggunakannya. Zafran berlari keluar dan mengabaikan panggilan Jovan.

Langkah Zafran sempat terhenti setibanya di halaman rumahnya saat menyadari jika di luar tengah turun hujan. Ia meraih payung dan kembali berlari. Tempat pertama yang menjadi tujuan Zafran adalah rumah Jelita.

"Jelita." Panggil lak-laki itu dari luar pagar.

"Jelita!" Panggilnya lagi namun rumah itu terlihat sepi. Seperti tak ada penghuni. Membuat Zafran kembali menghela nafas kasar.

Zafran melanjutkan langkahnya. Berlari ke segala tempat yang ada di komplek rumahnya. Di tengah hujan yang turun cukup deras, nama Jelita selalu terlontar dari bibir laki-laki itu. Berharap Jelita akan mendengarnya dan berlari menghampirinya entah dari arah mana.

Namun hingga tenaga laki-laki itu terkuras habis dan nafasnya tak beraturan, pada akhirnya usahanya sia-sia. Jelita tak ada dimanapun.

Ada sedikit rasa sesal karena tadi ia mengiyakan perkataan Jelita untuk pulang. Harusnya laki-laki itu sedikit peka. Jika pertemuan Jelita dan ibunya bisa saja menghasilkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Zafran melangkah gontai ke tengah taman dengan bibirnya yang tak kenal lelah menyebutkan nama Jelita. Laki-laki itu duduk di salah satu bangku taman dengan kepala tertunduk. Tubuhnya gemetar menahan dinginnya air hujan yang menderanya begitu keras. Namun tekadnya untuk menemukan keberadaan perempuan itu membuat Zafran memilih untuk bertahan.

Perlahan, pandangan laki-laki itu mulai mengabur. Tubuhnya terasa ringan dan pendengarannya pun berkurang. Zafran mendongakkan kepalanya berusaha membuat dirinya untuk tetap terjaga. Dari kejauhan ia melihat sosok lain berlari kearahnya. Walau tak dapat melihatnya dengan jelas, Zafran sangat mengenali siapa sosok itu.

"Ketemu.." Gumamnya sebelum ia memejamkan mata.

"Mas Zafran! Mas!" Panggil Jelita saat tubuh besar itu jatuh ke pelukannya.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang