39 : Piknik

183 46 14
                                    

Uda 10 harian aku gak update ya huhuhu
Jadi kemaren tuh sakit batuk, trus jadi gak mood buat bikin cerita.
Lagi musimnya sakit kali yaa..
Jadi tetangga sama temen kantorku pada sakit semua terus aku ketularan deh.
Keselnya tuh, baru ketularan pas yang lain uda pada sembuh >.<
Eh? Kok jadi curhat wkwk
Yaudah selamat membaca ^^
Jangan lupa like + komen.

***

Jelita nyaris memekik kaget saat sepasang lengan melingkar di pinggangnya. Namun perempuan itu segera membekap mulutnya sendiri kemudian menoleh pada sosok besar yang kini memenjara tubuhnya.

"Mas Zafran."

"Kamu gak kunci pintu. Kebiasaan." Omel laki-laki itu setelah berhasil mencuri satu kecupan di pipi Jelitanya.

"Masak apa sayang?"

"Mie instan aja mas. Aku laper, tapi lagi males masak." Sahut Jelita tersenyum kecil. Perempuan itu pun melanjutkan kegiatannya tanpa merasa terganggu oleh pelukan Zafran.

"Aku padahal bawa sate ayam loh."

"Oh ya? Kayaknya masih cocok dimakan sama mie."

Zafran mencibir saja sementara Jelita tertawa melihatnya.

"Mas belum makan juga? Aku bikinin mie sekalian ya?"

"Nggak deh. Itu sate ayam ada lontongnya." Sahut Zafran melepas pelukannya. Laki-laki itu berjalan menuju kukas dan mengeluarkan sebotol air dingin dan menuangkan ke dalam gelas kemudian ia teguk hingga habis.

Setelahnya tak ada lagi percakapan di antara keduanya hingga Jelita menyelesaikan kegiatannya. Mereka pun memilih menikmati makan malam mereka di ruang tengah dengan menonton tayangan televisi.

"Aku liat tadi sore kamu bawa mobil." Ucap Zafran membuka pembicaraan setelah keduanya menghabiskan makanan mereka. Jelita yang kini duduk santai di sofa sembari memotong kuku menoleh sekilas dan mengangguk membenarkan.

"Ke supermarket depan. Ada yang mau aku beli."

"Kok gak titip aku?" Tanya Zafran yang masih memusatkan pandangannya pada layar televisi.

"Itu..."

Spontan Jelita kembali menatap kekasihnya. Sementara menanggapi ucapan menggantung perempuan itu, Zafran beralih menatap Jelita.

"Kenapa?"

"Aku beli pembalut." Sahut Jelita menggigit bibir malu.

Zafran yang mulai paham dengan maksud Jelita segera menyunggingkan senyum. Ia yang semula memilih duduk di karpet dan membuat sedikit jarak dengan kekasihnya itu segera beranjak dan duduk tepat di samping Jelita.

"Emang kenapa kalo beli pembalut?"

Jelita kembali menatap Zafran dengan sepasang matanya yang melebar.

"Gak enak sama aku?" Tanyanya lagi seraya menyampirkan anak rambut Jelita ke belakang telinga perempuan itu.

"Atau takut aku malu?"

Zafran kembali tersenyum saat mendapati sang kekasih hanya diam.

"Aku gak malu. Kenapa aku harus malu? Kan aku beli bukan nyuri." Ucap laki-laki itu meyakinkan.

Jelita menghela nafas pelan. Ia letakkan alat potong kuku yang semula ia genggam ke atas meja.

"Tetep aja mas. Rasanya gak etis aja."

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang