3 : Paket

335 75 11
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

Mata yang terpejam itu dengan terpaksa harus membuka. Karena suara di luar sana yang mengganggu tidur lelapnya. Jelita terbangun dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia sedikit menyipit saat sinar matahari yang begitu menyilaukan menyapa netranya untuk pertama kali di hari ini.

Suara ketukan terdengar. Membuat perempuan itu bertanya-tanya siapa tamu yang bertandang ke rumahnya sepagi ini tepat di hari libur. Terlebih ia tak memiliki kenalan yang cukup akrab di kota ini. Tidak, sebelum ia bertemu dengan laki-laki yang membuatnya harus sedikit bergerak dari zona nyamannya.

Zafran. Laki-laki yang memasukkannya ke dalam grup komplek perumahan tanpa permisi. Mungkin bagi Zafran itu adalah hal yang wajar. Tapi bagi Jelita itu adalah hal merepotkan. Menjadi akrab dan memiliki hubungan yang baik dengan orang asing tidak pernah masuk dalam daftar rencana Jelita meninggalkan kota kelahirannya.

Suara ketukan itu kembali terdengar. Membuat Jelita dengan malas beranjak dari tempat tidurnya. Tak lupa mengikat rambutnya yang terurai, perempuan itu kemudian bergegas keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu.

"Selamat pagi Jelita."

Sapa Zafran dari balik pagar saat pintu rumah di hadapannya terbuka. Jelita tersenyum kikuk menanggapi sapaan Zafran yang selalu cerah di penglihatannya. Perempuan itu kemudian bergegas menuju pagar rumah dan membukanya.

"Ini ada paket buat kamu."

Zafran menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang untuk Jelita. Perempuan itu kemudian teringat jika ia memiliki satu lagi paket barang yang seharusnya sampai hari ini.

"Tadi kurirnya bingung cari rumah kamu. Jadi aku yang ambilin sekalian mau mampir ke rumah sebelah." Ucap Zafran menjelaskan mengenai alasan dirinya yang datang mengantarkan paket untuknya.

Jelita menerima barang tersebut kemudian berucap, "Makasih mas."

"Sama-sama." Sahut Zafran tersenyum ramah.

"Kalo gitu aku pamit dulu. Selamat liburan, Jelita."

Zafran segera bergegas meninggalkan Jelita dengan senyumnya sebelum laki-laki itu benar-benar pergi. Jelita jadi penasaran mengapa begitu mudahnya bagi Zafran untuk memperlihatkan senyumannya. Apa laki-laki itu tak menyadari jika senyumannya sangat manis? Sepertinya ia sangat menyadarinya. Karena itulah Zafran tak pernah ragu untuk memamerkan senyum lesung pipinya.

*

"Jadi itu yang namanya Jelita?"

Ojun, pemilik rumah yang berada tepat di samping rumah Jelita masih setia memperhatikan dari pagar rumahnya bahkan setelah perempuan itu menutup pintu. Zafran kembali memperhatikan kediaman itu sebelum mengangguk menanggapi pertanyaan tetangganya.

"Cakep juga Zaf. Uda nikah belum?"

Zafran hanya mengedikkan bahunya menanggapi pertanyaannya. Laki-laki itu berjalan memasuki halaman rumah Ojun dan duduk di teras rumahnya.

"Uda berapa lama pindah? Kok gak denger apa-apa pas pindahan?"

"Tanya aja sendiri ke orangnya. Sekalian kenalan gih."

"Ya ente kan tau kalo ane orangnya pemalu." Sahut Ojun seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Entah untuk alasan apa laki-laki itu mengambil posisi seperti saat ini. Zafran hanya berdecak pelan menanggapi. Selain tingkah absurd Jovan, ia juga harus menghadapi spesies yang sama dengan adiknya dan sayangnya orang itu adalah Ojun, sahabatnya sejak kecil.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang