48 : Akhir Perjalanan

174 51 11
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

(Cr : Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cr : Pinterest)

"Kita...akhiri aja ya?"

Zafran tersenyum kecil dan menatap bingung pada perempuan di sampingnya. Lama ia menatap Jelita hanya untuk membaca apa yang ada di benak perempuan itu. Berkali-kali Zafran menelan saliva dan mengingat kembali kalimat terakhir yang Jelita lontarkan sembari mencoba mencerna maksud dari perkataan sang kekasih.

"Maksudnya?"

"Aku mau kita berenti mas."

"Sayang, kamu mau ngomong apa sebenernya? Aku gak ngerti. Bisa tolong dijelasin lagi?" Sanggah Zafran tak sedikitpun mengalihkan perhatiannya pada perempuan itu.

Jelita terdiam. Tenggorokannya terasa tercekat saat menatap lurus pada kedua manik kecoklatan di hadapannya. Merasa tak memiliki keberanian lebih jika terus menatap laki-laki itu, Jelita memutus pandangannya lebih dulu dan menghela nafas pelan.

"Jelita?"

"Aku gak bisa mas. Aku uda gak bisa lanjutin ini semua."

"Kenapa gak bisa? Apa yang bikin kamu gak bisa?"

Kini Zafran menarik kedua tangan Jelita dan menggenggamnya. Memutar tubuh perempuan itu hingga kini menghadapnya.

"Jawab aku. Apa yang bikin kamu mau berhenti? Aku ada salah sama kamu? Iya?"

Rentetan kalimat pertanyaan yang Zafran layangkan membuat Jelita yang semula tertunduk kini kembali menatapnya. Tanpa ragu ia menggeleng menjawab pertanyaan Zafran.

"Terus?"

"Kamu inget apa yang kamu ucapin ke aku saat aku nerima ajakan kamu buat kencan mas? Tentang kapal dan pelabuhannya."

Tanpa berucap, Zafran hanya mengangguk mengiyakan.

"Lalu?"

"Kita bukan keduanya. Baik itu kapal atau pelabuhan."

Semakin tak mengerti dengan perkataan sang kekasih, kerutan di kening Zafran makin dalam saja.

"Maksud kamu?"

"Aku gak pengen jadi salah satunya."

"Jelita."

"Jangan berusaha lagi mas. Jangan berjuang lebih dari ini. Jangan tarik aku ke daratan. Aku gak mau. Aku bukan kapal yang cukup layak buat kamu tarik untuk menepi."

"Sstt sayang, kok kamu ngomong gitu? Kamu berhak bahagia Jelita. Dan aku gak akan pernah berhenti perjuangin kamu."

Zafran menangkup wajah Jelita dengan kedua telapak tangan besarnya. Mencoba menenangkan perempuan itu yang kini terisak. Namun Jelita menggeleng cepat dan menjauhkan tangan Zafran dari wajahnya. Ia mundur perlahan, membuat jarak diantara mereka yang membuat Zafran tertegun dibuatnya.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang