24 : Kencan Kedua

196 58 21
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Kamu suka nonton apa?"

Pertanyaan yang Zafran lontarkan membuat Jelita tersadar dari lamunannya. Perempuan itu lantas menoleh pada laki-laki yang masih setia berada di sampingnya. Jelita kembali membaca daftar film yang akan di tayangkan pada sore ini.

Yah, pada akhirnya Zafran memutuskan untuk mengajak Jelita nonton di Bioskop setelah perempuan itu berkata bahwa ia tak tau harus kemana ketika tengah berkencan. Karena ini adalah kencan pertamanya. Sebuah jawaban jujur yang membuat Zafran melengkungkan senyumnya.

Jelita terdiam sejenak, terlihat menimbang-nimbang film apakah yang akan ia tonton.

"Mas Zafran mau nonton apa?" Tanya perempuan itu pada akhirnya setelah tak bisa memikirkan film apapun yang ingin ia tonton. Dilihatnya Zafran yang kini tengah tersenyum padanya.

"Aku bisa nonton apa aja." Sahut laki-laki itu seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Jawaban yang sangat tidak membantu.

Jelita menghela nafas sejenak dan kembali beralih pada deretan judul film di hadapannya sebelum akhirnya mengarahkan telunjuknya pada 'Ivanna' yang kebetulan akan tayang beberapa saat lagi.

"Kalo gitu yang ini aja mas." Ucapnya yang kemudian membuat Zafran menatapnya ragu. Film horor di kencan pertama?

"Kamu mau nonton ini?" Tanya Zafran memastikan dan Jelita mengangguk membenarkan.

Sebenarnya tujuan Jelita menjatuhkan pilihannya pada film horor yang lagi ramai dibicarakan itu adalah karena ia enggan untuk menunggu lebih lama. Bukan karena ia tak suka menunggu. Hanya saja berduaan dengan Zafran lebih lama membuatnya ingin gila saja rasanya. Setidaknya dengan menonton film menegangkan akan membuat perhatian perempuan itu teralihkan.

Namun ternyata perkiraan Jelita SALAH! Saat keduanya memasuki ruangan yang pada akhirnya menjadi gelap itu, debar jantungnya semakin berdetak tak tau malu.

Beberapa kali Jelita menelan ludah karena duduk begitu dekat dengan Zafran. Dapat memperhatikan sisi samping wajah tampan itu dengan jarak yang sangat dekat. Dengan pencahayaan yang minim, anehnya paras laki-laki itu menjadi berlipat-lipat lebih tampan.

Jelita menjadi sedikit penasaran, apakah jika tanpa cahaya, wajah tampan itu akan menjadi lebih tampan dari saat ini? Ah! Lagi-lagi Jelita memikirkan hal tak masuk akal lainnya. Segera perempuan itu menggeleng cepat. Berusaha menghalau pikiran-pikiran nakalnya yang tak layak dipertahankan.

Helaan nafas yang lolos dari bibir Jelita berhasil mengundang perhatian Zafran. Laki-laki itu kemudian menoleh dan mengerutkan kening saat melihat perempuan di sampingnya terlihat gelisah.

"Kamu takut?" Bisik Zafran yang sedikit mencondongkan tubuhnya pada Jelita. Membuat perempuan itu kontan menahan nafas.

Jelita menggeleng kaku dan segera memutus pandangannya dari sepasang mata yang memandangnya penuh tanya.

"Yakin?"

Jelita mengangguk menanggapi pertanyaan Zafran dengan nafasnya yang masih tertahan. Demi apapun, Jelita hanya ingin laki-laki itu kembali duduk tenang di tempatnya dan berhenti menatapnya seperti ini. Atau Jelita akan mati lemas karena kehabisan pasokan oksigen di paru-paru.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang