23 : Kencan

257 62 14
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

"Aku lagi ngajak kamu kencan Jelita." Sahut Zafran dengan suara beratnya.

"K-kencan mas?" Seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, Jelita kembali mengulangi satu kata yang terucap dari bibir laki-laki di hadapannya.

Ada seulas senyum yang kembali terbit di wajah Zafran sebelum laki-laki itu menimpali, "Iya kencan Jelita."

"Kencan dengan aku, mau?" Tanya Zafran mengulangi ajakannya. Sementara yang sedari tadi menjadi sumber pertanyaan itu masih diam mematung. Seolah tubuhnya berubah menjadi batu yang terasa berat untuk digerakkan bahkan meski Jelita menginginkannya.

"Kencan mas?" Ulang perempuan itu yang masih tak yakin. Dan jawaban Zafran tetap konsisten seperti sebelumnya. Ia mengangguk mantap dan tak ada keraguan di dalamnya.

"Berdua mas?"

Suara tawa terdengar selanjutnya yang lolos begitu saja dari bibir Zafran saat mendengar perkataan Jelita. Tak ingin membuat wajah perempuan itu lebih merah lagi dari saat ini, Zafran menghentikan tawanya dan berdeham untuk menetralkan suaranya.

"Iya cuma kita berdua. Aku sama kamu."

"Jovan gimana?"

"Kalo ada Jovan juga bukan kencan namanya Jelita." Sahut Zafran masih dengan senyumnya yang tak kunjung hilang.

Kali ini Jelita yang berdeham. Berusaha untuk menyembunyikan ketegangan yang sudah sejak tadi menggerogoti.

Bulu mata Jelita bergerak gelisah ke atas dan ke bawah, mengedarkan pandangannya ke berbagai arah kemanapun Jelita ingin melihat. Asal tak bersitatap pada sepasang manik mata kecoklatan milik sang lelaki. Jelita tak ingin menatapnya. Ia tak ingin mengambil resiko jantungnya terjun hingga ke kaki karena debarannya yang berdetak secara anarkis.

"Jelita." Panggil laki-laki itu yang seolah menjadi mantra sihir yang secara otomatis membuat Jelita kembali menatapnya.

"Gimana? Kalo kamu emang ngerasa kurang nyaman karena kita cuma berdua, aku bisa kok ajak-"

"Mau mas." Ucap Jelita memotong perkataan Zafran. Laki-laki itu diam sejenak dan memandangi wajah Jelita yang masih memerah seperti sebelumnya.

Senyum di bibir Zafran semakin lebar saja kala laki-laki itu mulai menarik kesimpulan jika ajakannya Jelita terima dengan sukarela.

"Jam tiga sore gimana?" Ucap Zafran meminta pendapat. Dan ketika Jelita mengangguk tanda setuju, Zafran kembali tersenyum.

"Kalo gitu besok aku jemput kamu jam tiga." Ucap Zafran yang Jelita sahuti dengan anggukan kepala.

"Sampai ketemu hari minggu Jelita-"

"-Dan juga selamat malam." Ujarnya melanjutkan.

Dengan senyum yang seakan enggan musnah dari wajah tampannya, Zafran segera berbalik dan pamit undur diri. Meninggalkan Jelita yang masih berdiri di tempatnya. Sibuk menenangkan ritme jantungnya yang tidak beraturan.

*

"Kamu kemana aja dek? Gak ada kabar seharian."

Adalah gerutuan milik Juan yang pertama kali menyapa ketika Jelita memutuskan untuk menjawab panggilan kakaknya.

"Kan Jelita kerja kak." Sahut Jelita yang kini merebahkan diri di atas ranjang nyamannya.

"Betah banget kerja disana sih dek? Gak ada niatan buat resign aja? Gajinya gak sebanding sama capeknya kamu loh."

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang