Jangan lupa like + komen.
***
Suasana supermarket sore ini tidak begitu ramai pembeli. Membuat Jelita cukup berpuas hati karena artinya ia tak perlu berlama-lama mengantri di bagian kasir. Perempuan itu memasukkan beberapa bahan makanan seperti tomat, paprika, bawang, telur, dan masih banyak lagi.
Langkah Jelita berhenti tepat di bagian buah-buahan yang tersusun rapi di tempatnya. Buah-buahan itu terlihat amat segar hingga mengundang minat Jelita untuk membelinya. Padahal niat awal perempuan itu hanya membeli bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk membuat makan malamnya hari ini.
Saat Jelita sedang sibuk memikirkan buah apa yang akan ia pilih sebagai makanan penutup nanti malam, seseorang berdiri tepat di sampingnya. Jelita kemudian menoleh dan mendapati Zafran yang tengah mengambil beberapa apel untuk ia masukkan ke dalam keranjangnya.
Lagi-lagi ia dipertemukan dengan laki-laki ini. Pertemuannya dengan Zafran di taman saat itu seolah mengundang pertemuan-pertemuan selanjutnya yang tak terduga. Di satu sisi Jelita merasa tak nyaman karena harus terlibat pembicaraan dengan Zafran. Tapi di sisi lain perempuan itu merasa tak keberatan dengan kehadirannya.
Ketika Jelita tenggelam dalam pikirannya, di saat itulah Zafran menoleh dan baru menyadari keberadaan Jelita. Senyum terbit di wajah tampannya. Seperti biasa, senyuman laki-laki itu tak pernah membosankan untuk dinikmati. Mengundang kedua sudut bibir Jelita untuk terangkat dan membalas senyumannya.
"Baru pulang kerja Jelita?" Sapa laki-laki itu ramah.
Jelita mengangguk pelan menjawab pertanyaannya. Kemudian netranya menangkap bagaimana penampilan Zafran saat ini. Setelah beberapa pertemuan mereka sebelumnya, baru kali ini Jelita melihat Zafran dengan pakaian formalnya. Itu telihat... sangat cocok di tubuh atletis laki-laki itu.
Zafran kembali tersenyum sembari menimpali, "Sama."
"Kamu lagi cari apa?" Lanjutnya.
"Buah." Sahut Jelita singkat dan beralih menatap buah-buahan segar di hadapannya. Kembali teringat tujuan awalnya.
"Buah apa?"
"Gak tau." Jelita menggeleng pelan dan masih menimbang-nimbang buah apa yang harus ia beli.
"Semangka kayaknya enak. Atau mungkin melon?"
Jelita kembali menoleh dan melihat Zafran menenteng sterofom di kedua tangannya. Salah satunya berisi beberapa potong semangka, dan lainnya berisi beberapa potong melon. Kedua pilihan itu sama-sama terlihat lezat hingga membuat Jelita ingin cepat-cepat menyantapnya.
"Gimana? Atau mau yang lain?"
Zafran kembali menatap Jelita. Menunggu jawaban perempuan itu. Jelita melangkah mendekat dan meraih keduanya kemudian memasukkannya ke dalam keranjang.
"Dua-duanya juga enak." Ucap laki-laki itu kembali tersenyum dan mengekori langkah Jelita yang berjalan mendahuluinya.
"Kamu uda mau bayar?"
"Iya." Sahut Jelita mengangguk pelan dan menatap Zafran seolah bertanya apakah laki-laki itu juga akan pergi ke kasir.
"Aku juga uda."
"Cuma beli buah?"
"Jovan nitip buah." Sahut Zafran menjelaskan. Jelita mengangguk mengerti dan setelahnya tak ada lagi percakapan diantara keduanya hingga mereka selesai membayar lalu melangkah keluar dari supermarket dengan membawa masing-masing tas belanjaan mereka.
Zafran dan Jelita berjalan dengan arah yang berbeda. Namun tak lama Zafran berbalik dan mengejar langkah Jelita.
"Kamu pulang naik apa?"
"Jalan." Sahut Jelita seraya melanjutkan langkahnya.
"Pulang sama aku aja." Ucap Zafran menawarkan tumpangan. Jelita menoleh sekilas kemudian menolak ajakan laki-laki itu dengan gelengan pelan.
"Uda deket, aku jalan kaki aja." Tolak Jelita namun Zafran menggeleng cepat dan mengambil alih dua kantung bawaan Jelita.
"Bawaan kamu berat."
"Gak apa-apa. Aku bisa sendiri." Ujar Jelita hendak meraih kembali kantung belanjanya. Zafran mengambil langkah mundur dan bersikeras dengan tawarannya.
"Pulang bareng ya Jelita. Tolong jangan tolak tawaranku." Ucap laki-laki itu tegas dengan senyuman yang kembali terlukis di wajahnya. Melihat bagaimana gigihnya Zafran membuat Jelita tak enak hati untuk kembali menolak tawarannya. Maka yang ia lakukan hanya mengangguk pasrah.
"Mobilku disana. Ayo."
Zafran berjalan mendahului Jelita setelah menunjuk arah tempat mobilnya terparkir. Jelita mengikuti langkahnya dari belakang.
*
"Uda sampe."
Zafran meraih kantung belanja milik Jelita yang berada di kursi penumpang bagian belakang dan menyerahkan pada pemiliknya.
"Makasih mas."
"Sama-sama." Sahut Zafran tersenyum. Kemudian tanpa mengatakan apapun, Jelita bergegas keluar dari mobil laki-laki itu. Ia sempat menghentikan langkahnya dan berbalik. Hanya untuk mendapati Zafran yang belum juga melajukan mobilnya dan setia menatapnya. Laki-laki itu kembali melempar senyum dan melambaikan tangan.
Jelita tersenyum tipis kemudian melanjutkan langkahnya berjalan memasuki rumah. Setelah pintu rumah itu tertutup, barulah Zafran menancap pedal gas mobilnya meninggalkan kediaman Jelita.
*
"Tumben jam segini uda pulang bang."
Jovan menyambut kedatangan kakaknya dan mengambil alih kantung belanjaan berisi apel pesanannya dari Zafran. Senyum terbit di wajah laki-laki itu.
"Wuih seger nih."
"Buat apaan sih apel? Biasanya gak doyan buah."
"Buat mbak Jelita dong."
Satu alis Zafran terangkat naik mendengar jawaban Jovan. Ia melipat kedua tangan di depan dada dan menatap Jovan penuh selidik. Sementara yang mendapat tatapan maut itu hanya tersenyum dengan wajah polosnya.
"Mbak Jelita kan tetangga baru kita bang. Uda semestinya dong kita ngirim-ngirim apa kek. Biar lebih akrab."
Zafran memutar matanya malas mendengar alasan yang terlontar dari bibir adiknya. Jovan berdiri dan hendak keluar dari rumah jika saja Zafran tak menahan kerah bajunya.
"Mau kemana? Dari tadi uda keluyuran. Sekarang mau keluar lagi?"
"Bentar doang bang. Mau ngasih ini ke mbak Jelita."
"Besok aja."
"Kalo besok apelnya keburu layu bang."
"Banyak alesan kamu. Besok aja!"
Perdebatan dua kakak beradik itu harus terinterupsi saat ponsel milik Zafran berbunyi. Dengan masih menahan pergerakan Jovan, laki-laki itu meraih ponselnya dan menerima panggilan.
"Iya bun?"
"Bunda?" Mengetahui dengan siapa Zafran berbicara saat ini, Jovan melepas paksa cengkraman kakaknya di kerah pakaiannya kemudian mendekat.
"Jovan? Ada nih." Zafran melirik kearah Jovan yang kini menatapnya dengan tatapan berbinar. Laki-laki itu kemudian terkekeh melihat bagaimana raut wajah adiknya saat ini.
Zafran menyodorkan ponselnya pada Jovan dan laki-laki itu langsung menerimanya dan menjauh dari jarak pandang sang kakak. Seakan tak ingin Zafran mendengar percakapan mereka. Setelah mendapat telepon dari sang bunda, Zafran yakin jika Jovan akan melupakan niatnya untuk mengunjungi Jelita. Maka yang laki-laki itu lakukan adalah mengambil kembali kantung berisi apel itu dan berjalan menuju dapur kemudian memasukkannya ke dalam kulkas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita dan Pelabuhannya [END]
Fanfiction{FANFICTION} Jelita kabur dari rumahnya karena kemarahannya pada sang ibu. Gadis itu memilih menutup dirinya dari keramaian. Tak banyak bicara, dan tak pernah menunjukkan perubahan pada raut wajah datarnya. Suatu ketika ia dipertemukan dengan seoran...