42 : Butuh Waktu

158 52 8
                                    

Jangan lupa like + komen.

***

Zafran baru saja memarkirkan mobilnya saat ada satu panggilan masuk di ponselnya. Alis laki-laki itu naik saat melihat nama Ojun tertera disana. Tanpa menunggu lama, segera ia jawab panggilan tersebut.

"Kenapa Jun?" Tanyanya tak ingin basa basi.

"Tante Tania rajin amat kirim lauk buat calon mantu." Ucap Ojun dengan nada menggoda.

"Bunda? Lo ngeliat bunda dimana sih? Orang bunda lagi jenguk temennya di luar kota."

"Lah? Jadi yang tadi masuk ke rumah Jelita bukan bunda ente dong. Tapi kok mirip banget sih."

"Lo ngomong apa..."

Ucapan Zafran menggantung di udara saat melihat Jovan lari tergesa keluar dari rumah. Dengan segera Zafran bergegas keluar dari mobil dan meninggalkan ponselnya begitu saja.

"Kenapa Jov?"

"Bang, tante Anggi bang."

"Tante Anggi?"

"Tante Anggi ke rumah mbak Jelita!" Seru Jovan kemudian berlari meninggalkan Zafran yang kini mematung.

Membutuhkan waktu sepersekian detik bagi Zafran untuk mencerna kalimat yang didengarnya hingga kemudian laki-laki itu memaki. Dengan segera Zafran memacu langkahnya menyusul Jovan.

Bertepatan dengan langkah kaki Zafran yang berhenti di ambang pintu rumah Jelita, di saat itulah ia dapat mendengar suara tamparan yang begitu nyaring memekak telinga.

Kepalan di kedua tangan Zafran menguat hingga membuat tiap ruas di jemarinya memutih. Berusaha menahan amarahnya agar tak meledak saat melihat tangan lancang itu mendarat di pipi kekasihnya. Berusaha tetap menjaga kesopanannya pada sosok yang merupakan adik dari ibunya. Membiarkan Jovan membawa pergi wanita paruh baya itu hingga kini hanya menyisakan dirinya dan juga sang kekasih.

Dengan susah payah Zafran menelan ludah. Berusaha menguatkan hati sebelum akhirnya menyerukan nama perempuan itu. Mencoba menormalkan kembali amarah. Agar suara yang ia keluarkan setelahnya tak terdengar bergetar.

"Jelita." Panggilnya pada akhirnya.

Dapat ia lihat Jelita terkejut dengan kehadirannya. Perempuan itu mendongak dan yang pertama kali Zafran lihat adalah linangan air mata yang membasahi wajah kekasihnya.

Seketika sesak adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Zafran saat ini. Wajah cerah yang ia lihat tadi siang menghiasi wajah sang kekasih, resmi musnah begitu saja. Berganti dengan raut muram yang terasa begitu pekat.

"Mas Zafran?" Panggil perempuan itu dengan suara bergetar.

"Iya aku disini sayang." Ucap Zafran menarik senyum palsu. Bermaksud untuk menghibur Jelitanya.

Ketika ia hendak mendekat, satu langkah mundur yang Jelita perlihatkan seakan bagai alarm peringatan baginya.

"Jelita." Panggil Zafran berusaha meneguhkan hati. Dan gelengan pelan Jelita bermakna satu lagi penolakan bagi laki-laki itu.

"Sayang, aku-"

"Aku mau sendiri mas." Ucap Jelita membuang muka.

"Tapi-"

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang