25 : Serius

196 61 12
                                    

Double update guys. Jarang-jarang kan aku begini 😁
Jadiii jangan lupa like + komen biar aku makin semangat lanjutinnya.

***

Jelita mengeratkan genggaman pada tali tasnya. Jantungnya yang mulai berdebar normal kini kembali berpacu lebih keras. Di hadapannya saat ini, ada Juan yang berjalan ke arahnya dengan tatapan penuh selidik.

"Kamu dari mana dek?" Tanya Juan mengulangi yang membuat Jelita harus kembali menelan saliva. Rasanya seperti ketahuan melakukan tindak kriminal saja.

"Ini uda jam sepuluh malem dan kamu baru pulang. Kakak tanya dari mana kamu?"

"Kan Jelita uda bilang sama kakak. Jelita ada janji sama temen." Sahut perempuan itu pada akhirnya. Berusaha mengesampingkan ketakutannya. Namun jawaban itu sama sekali tak menyurutkan tatapan curiga yang terpancar jelas dari manik mata Juan. Tak ingin menyudahi, laki-laki itu kembali bersuara, "Temen yang mana?"

Pertanyaan kedua Juan kembali membuat Jelita kelimpungan. Walau tak tinggal bersama, Juan sangat tau hal-hal apapun mengenai adiknya. Laki-laki itu sangat tau jika Jelita tak memiliki satu teman pun di kota ini.

"Kan! Kan.. Jelita uda bilang temen kantor kak." Sahut Jelita lagi.

"Uda yuk masuk. Dingin." Ucap Jelita berusaha mengalihkan pembicaraan. Perempuan itu kemudian segera menarik paksa lengan Juan untuk ia bawa ke dalam rumah setelah mengunci pintu pagar lebih dulu.

"Kakak mau nginep kan? Besok kan bilangnya cuti."

"Iya." Sahut laki-laki itu singkat seraya menjatuhkan tubuhnya pada sofa di ruang tengah.

Jelita mengangguk saja kemudian berjalan menuju dapur. Menyeduhkan segelas kopi panas untuk Juan. Tak perlu dibicarakan, Jelita tau jika ada sesuatu yang mengganggu pikiran laki-laki itu hingga membuatnya datang kemari.

"Kapan kakak dateng?" Tanya Jelita seraya meletakkan kopi yang dibawanya ke atas meja kemudian duduk di samping sang kakak.

Juan yang semula menyandarkan kepalanya pada sofa mengubah posisinya menjadi duduk tegak dan sedikit melakukan peregangan pada lehernya. Laki-laki itu pun menjawab, "Sekitar jam tujuh malam. Trus bingung kok lampu rumah kamu mati. Ternyata kamu lagi gak di rumah. Untung kakak punya kunci cadangan."

"Ya lagian. Jelita kan uda bilang sebelumnya."

Mendengar jawaban Jelita, Juan hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Laki-laki itu pun meraih cangkir kopi dan meminumnya sedikit.

"Ada kamar kosong kan?" Tanya Juan seraya menyalakan televisi.

"Ada. Tapi agak kotor karena gak ada yang nempatin. Biar aku bersihin dulu."

"Gak usah biar kakak yang bersihin. Kamu istirahat aja." Sahut Juan menahan pergerakan Jelita membuat perempuan itu kembali duduk.

"Besok kamu kan harus kerja. Tidur sana." Lanjutnya.

Jelita masih diam dan memperhatikan mimik serius Juan yang kini menonton tayangan televisi. Sadar jika tengah diperhatikan, laki-laki itu pun menoleh.

"Kenapa?"

"Ada masalah?" Tanya Jelita berterus terang. Satu alis Juan terangkat dan membalas tatapan Jelita dengan bingung.

"Kakak punya masalah ya? Makanya dateng kesini."

Mendengar tebakan Jelita membuat Juan berdecak pelan. Laki-laki itu tak merespon pertanyaan adiknya dan memilih kembali menonton tayangan di hadapannya.

Jelita dan Pelabuhannya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang