Karena yang komen juga gak banyak-banyak banget, berarti yang excited kan cuma dikit tuh..
Jadi bonchapnya aku pangkas. Aku kurangi 5. Jadi hanya menyisakan 3 bonchap lagi termasuk yang ini ya guys...
Kalo mau salahin, salahin siders aja. Emang susah bujuk siders tuh. Author favoriteku aja ampe hapus ceritanya gara-gara gak kuat T.T
Tuh kan jadi curcol.
Dah ah happy reading u.u***
Dibanding minggu-minggu sebelumnya, Zafran lebih memilih menghabiskan akhir pekannya dengan mengajak Jelita berkelana mengelilingi mall di hari Sabtu. Tak seperti biasanya dimana ia akan bermalas-malasan seharian di rumah menikmati hari liburnya, laki-laki itu terlihat begitu bersemangat sejak pagi tadi.
Toko yang menjual beragam perlengkapan keperluan bayi, Zafran datangi tanpa merasa bosan sama sekali. Sejauh ini sudah sebanyak tiga toko perlengkapan bayi yang ia datangi. Merasa tak cukup tak peduli sudah se penuh apa barang bawaan yang sudah ia beli. Sementara Jelita memilih duduk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan terlebih dengan membawa beban di perutnya yang sudah membesar.
Senyum di bibir Jelita kembali terlukis saat melihat suaminya berjalan menghampiri dengan sedikit berlari.
"Pelan-pelan mas. Nanti jatuh." Ucap perempuan itu seraya mengusap keringat yang mulai membasahi kening laki-laki itu. Sementara Zafran hanya tersenyum menanggapi nasihat bernada khawatir sang istri.
"Sayang, bagus yang mana? Ini atau yang ini?" Tanya Zafran seraya menunjukkan dua pasang pakaian yang modelnya tak jauh berbeda. Jelita bahkan tak bisa menemukan perbedaan dari kedua pakaian tersebut.
"Semuanya bagus sih mas. Tapi.."
Perempuan itu menghentikan ucapannya. Merasa sedikit ragu untuk bertanya lebih lanjut.
"Kenapa sayang?" Tanya Zafran ingin tahu.
"Dari tadi kamu beli baju banyak banget. Dan semuanya baju anak laki-laki."
"Iya. Terus kenapa?"
"Kalo kamu lupa, kita bahkan belum tau jenis kelamin anak kita mas. Kan baru nanti malem jadwal kontrolku sekalian tanya dokter jenis kelaminnya."
Alih-alih menjawab, Zafran tersenyum semakin lebar dan mengangguk membenarkan. Pandangan laki-laki itu beralih menatap perut buncit istrinya. Ia mengusap lembut dan melayangkan kecupan cukup lama disana.
"Aku yakin banget sayang. Anak kita laki-laki."
"Dari mana kamu tau?"
"Firasat aja." Sahut Zafran yakin. Membuat Jelita merasa sedikit khawatir. Takut laki-laki itu akan kecewa jika saja dokter mengatakan bahwa anak mereka nyatanya berjenis kelamin perempuan. Sementara suaminya itu sudah menghabiskan banyak biaya guna membeli perlengkapan untuk bayi laki-laki yang mungkin akan terbuang sia-sia.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Zafran saat menyadari mendung di wajah sang istri.
"Kalo ternyata anak kita perempuan gimana?"
"Ya gak apa-apa. Emang kenapa kalo perempuan?"
"Kamu kan uda keluarin uang banyak buat beli perlengkapan bayi laki-laki mas. Kalo ternyata anak kita perempuan, kan semua yang uda kamu beli jadi gak kepake." Ujar Jelita yang kini mulai terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita dan Pelabuhannya [END]
Fanfiction{FANFICTION} Jelita kabur dari rumahnya karena kemarahannya pada sang ibu. Gadis itu memilih menutup dirinya dari keramaian. Tak banyak bicara, dan tak pernah menunjukkan perubahan pada raut wajah datarnya. Suatu ketika ia dipertemukan dengan seoran...