Last Letter

2.6K 38 0
                                    

Cast:
Johnny as Johan Bumantara (dom)
Doyoung as Dion Areksa (sub)

Warning ⚠
-mpreg
-typo bertebaran

.



.

Happy Reading..

Dion side.

Pagi ini aku terbangun dari tidurku secara mendadak. Rasa mual di perutku membuat ku harus melompat dari kasur dan berlari menuju kamar mandi. Pergerakan yang tiba-tiba membuat suami ku ikut terbangun, ia menyusulku ke kamar mandi. Didepan wastafel aku memuntahkan isi perut ku, tapi yang keluar bukanlah makanan atau apapun, melainkan hanya air liur yang terasa sedikit pahit di tenggorokan ku.

"Dion, kau baik-baik saja?" aku mendengar suara suami ku. Nada bicara nya terdengar sangat khawatir, ia juga membantu meminjat leher belakang ku secara perlahan.

Aku hanya menganggukkan kepala ku, tidak sanggup untuk sekedar berbicara. Hal ini memang sering terjadi di setiap paginya setelah aku mengetahui bahwa didalam tubuhku ada satu nyawa yang akan tumbuh menjadi seorang bayi. Lucu memang, seorang laki-laki seperti ku bisa mengandung seorang bayi, tapi itulah faktanya. Kata dokter, aku adalah laki-laki spesial, hanya sedikit bahkan hampir tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti ku.

"Mari, aku bantu kembali ke kamar" lagi-lagi aku hanya mengangguk menanggapi ucapan suami ku, Johan.

Johan membantu ku duduk bersandar di atas kasur. Aku yakin wajahku sekarang terlihat sangat pucat, aku mengelus perut rata ku untuk mengurangi rasa mual yang masih terasa.

"Kau yakin baik-baik saja?" pertanyaan yang sama kembali Johan lontarkan.

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir" jawab ku dengan menunjukkan senyuman di bibir pucat ku.

Dia ayah biologis dari anak yang ku kandung. Awalnya kami bahagia, sangat bahagia, karena setelah tiga tahun menikah, aku dan Johan akhirnya di berikan kepercayaan untuk menjadi orang tua. Tapi sayangnya, semua harus sirna saat dokter juga mengatakan bahwa aku mengidap penyakit mematikan. Aku bisa sembuh sebenarnya, tapi aku harus kehilangan bayiku untuk mendapat kesembuhan. Tentu aku menolak dengan keras, kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan.

"Kenapa kau tetap mempertahankan janin itu? Apa kau tidak peduli dengan kondisi mu?" tanya Johan lagi. Terdengar ada nada frustasi dari kalimat nya.

"Karena dia anak kita" jawab ku singkat. Johan menghela nafasnya.

"Kenapa kau tidak mau menurut? Sudah ku bilang, gugurkan saja anak itu! Kondismu tidak memungkinkan untuk mengandung anak itu"

Johan marah, aku tahu itu, tapi aku hanya bisa diam. Aku tak pernah mendengar ucapannya untuk menggugurkan kandungan ku, aku selalu memegang teguh ucapan ku untuk membiarkan anak ini didalam tubuhku. Anak ku tidak bersalah, jadi untuk apa aku gugurkan?

Johan selalu mengatakan bahwa dengan kondisi ku yang sekarang, tidak memungkinkan untuk mempertahankan kandungan ku. Aku tidak peduli dengan penyakit sialan ini. Sampai kapanpun aku tidak pernah menggugurkan gumpalan darah di dalam perut ku.

"Anak ini tidak bersalah sama sekali, Jo" ucap ku sambil menatap tepat di matanya. Dapat kulihat Johan semakin frustasi karena sifat keras kepala ku.

"Tapi jika kau tetap mempertahankan anak didalam perut mu, maka kau akan kehilangan nyawa mu, dan aku tidak ingin kehilangan mu" jelasnya. Mataku mulai buram, air mata memenuhi pelupuk mata ku.

"Lalu kau rela kehilangan anak mu sendiri?! Ini anak mu, Jo!" sekali berkedip maka air mataku sudah pasti akan meluncur melewati pipi ku.

"Kita bisa menunda memiliki anak sampai kau sembuh, Dion!" Johan membentak ku. Aku tahu dia tidak ingin kehilangan ku, tapi aku lebih tidak ingin kehilangan anak ku.

Story Of NCT Couple || BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang