Naya memikirkan sesuatu sebelum ia benar benar memejamkan matanya sekarang. bahagia , Naya benar benar bahagia dengan kembali utuhnya hubungan ia Bersama Rafael. tapi besok sudah hari Senin lagi , Naya dan Rafael harus kembali bersekolah.
yang ia tidak siap adalah , bertemu lagi dengan Aaron , mereka berdua putus tanpa alasan yang jelas , tapi begitu mudah Naya melepaskan seorang Aaron , kan '?.
sudah , Naya tidak ingin memikirkan hal itu lagi. ia memeluk guling yang ia beri nama "Rakael" , sebagai pengganti sang Rafael yang seharusnya ia peluk saat sebelum ia tidur.
***
kebiasaan Rafael yang dahulu sekarang kembali lagi , menjemput Naya dan pergi ke sekolah Bersama gadis itu.
Rafael mengeluarkan bajunya yang tadi ia masukkan , merasa aneh jika ia menggunakan seragam yang rapi. seragam memang ia keluarkan , namun dasi serta ikat pinggang masih ia kenakan.
Rafael mengambil tidak menggunakan hoodie pagi ini , ia mengambil kunci motornya kemudian pergi keluar kamar.
sesampainya dirumah Naya , ia tidak melihat gadis yang ia jemput di halaman rumah , padahal tadi , ia sudah menyuruh Naya menunggunya di depan rumah.
Naya melepas helmnya , kemudian mulai menaiki teras rumah Naya. ia mengetuk pintu , tak ada jawaban Attau orang yang membuka pintu rumah itu. "Naya" panggil Rafael sedikit mengencangkan suaranya.
hendak mengetuk yang kedua kalinya , ada yang keluar , bukan Naya melainkan Dimas. Dimas langsung keluar dan menutup pintu , cowok itu sudah menggunakan seragam yang rapi , namun wajahnya sedikit terlihat panik.
"kenapa Dim ? ada apa ?" tanya Rafael.
"bokap nyokap gue balik tengah malam tadi , Naya dipukulin , plis , Naya didalam Gudang sama bokap gue , gue gabisa buka pintunya , gue gaberani"
Rafael sedikit terkejut mendengar itu. "kenapa dipukulin ? Naya ada bikin kesalahan apa ?"
Dimas menggeleng. "Naya ga bikin kesalahan apa apa , bokap nyokap gue pulang sambal emosi , gue gabisa tanyain kenapa mereka berdua marah dan lampiasin amarahnya sama Naya , tolongin Naya Raf , masuk , buka pintu gudangnya , gue gaberani , gue takut Naya makin kesiksa didalam sana"
***
Naya terbangun dari tidurnya karena teriakan keras Topan diluar sana memanggil namanya , ia melihat jam , jam menunjukan pukul 01.34 , Naya sedikit takut untuk bangun , karna suara Topan terdengar sangat keras dan menggema.
Naya tetap keluar , ia mengikat rambutnya dan sedikit bersiap diri , kemudian membuka pintu kamarnya dan langsung turun ke lantai bawah.
dilihatnya Topan sudah melepas jas dan dasinya , sedangkan Liana berdiri dengan dada naik turun menahan amarah disamping suaminya sambal menatap Naya.
Naya sudah berada dihadapan kedua orangtuanya , tak lupa juga menatap sekelas Dimas yang berada tak jauh dari Naya. "ken-"
Topan menarik rambut yang sudah Naya ikat tadi , kemudian menghempaskannya ke lantai. air mata Naya turun detik itu juga , apa salahnya ?
Naya hendak bangun namun kerah baju tidurnya sudah kembali ditarik oleh Topan , Topan menyeretnya sampai ke Gudang , sedangkan Dimas hanya diam , takut bertindak dan berakhir dipukuli Bersama kakaknya.
Dimas meneguk kasar salivanya , tidak bisa ia terus diam , ia segera menyusul kakaknya ke Gudang tanpa menghiraukan teriakan marah dari Liana memanggil namanya.
sebelum Topan menutup pintu , Dimas sudah LEBIH dulu masuk dan melihat tatapan Naya yang meminta tolong kepadanya. "keluar , Dimas" suruh Topan dingin. Dimas menggeleng , "lepasin Kakak , Yah. Ayah bisa lampiasin ke orang lain kalo Ayah lagi emosi , tapi jangan sama Kakak , Kakak ga salah Yah" ucap Dimas pelan.
"keluar , Dimas !" Topan menendang kaki anaknya itu sampai sedikit mundur keluar , kemudian menutup pintu dan menguncinya.
tatapan Topan kembali tertuju pada Naya , ia melepas cengkramannya di kerah baju Naya , kemudian mendudukan Naya di kursi , tak lupa juga mengikatnya.
"Kak , Ayah ! bisa stop ga ?! buka pintunya !" teriakan Dimas dari luar sama sekali tidak membuat Topan sadar dari kerasukannya , ia tetap mengeksekusi Naya disini.
"Yah.. Naya mau keluar.." lirih Naya kemudian kembali meneteskan air matanya. "besok pagi , baru kamu saya izinkan keluar" bohong , Naya tahu itu bohong , Entah sampai kapan ia akan berada di Gudang sialan ini.
Topan menampar pipi kanan Naya dengan sangat kencang , Naya pasrah , apapun yang terjadi padanya selanjutnya , Naya yakin hanya tuhannya yang tahu.
Naya tidak tahu jam berapa Topan berhenti menyiksanya , Topan keluar dan kembali menguncir pintu dari luar.
***
"gimana gue bisa bantu lo , Dim ? bokap nyokap lo berdua gatau gue siapa , malah nambah masalah lagi" keluh Rafael sedikit bingung bagaimana cara menolong Naya didalam sana.
Dimas hanya diam , masih sama terkunci dalam kebingungan. "tunggu , bokap lo udah keluar belum dari Gudang ?" Dimas mengangguk. "Gudang ada kacanya ga ?"Dimas kembali mengangguk , "tapi , udah gabisa dibuka , udah karatan kunciannya"
"kan bisa dipecah kacanya , Dim" Dimas tersenyum tipis , kemudian menuntun Rafael ke kaca Gudang. Rafael menghintip dari kaca Gudang , ia menepuk nepuk kaca itu agar debunya sedikit hilang.
benar saja , Naya terduduk diatas kursi dengan menundukan kepalanya , suara isakan tangis Naya masih terdengar , sehingga Rafael tahu gadis itu tidak pingsan.
Rafael memukul jendela itu , membuat Naya tahu ada dirinya Disana. Naya yang menyadari kehadiran Rafael segera menolehkan kepalanya , senyuman itu langsung terbit disertai air mata yang semakin deras mengalir.
Rafael mengambil tongkat baseball yang tergantung tepat disamping jendela. Rafael menghantamkan tongkat baseball itu kemudian tersenyum bangga , kaca itu pecah berkeping keping.
untung kaca itu cukup Panjang dan lebar , semakin memudahkan Rafael masuk. Dimas hanya menunggu diluar , perasaannya kalut sekarang.
Rafael melepas ikatan tangan dan kaki Naya , sudah yang kedua kalinya Rafael menyelamatkan Naya dalam keadaan seperti ini. Rafael membawa Naya kedalam gendongannya , ia mengusap usap rambut Naya kemudian membawanya kehadapan jendela.
mata Naya merah , nampaknya gadis itu tidak tidur semalaman. Naya keluar LEBIH dulu , barulah Rafael. "Gudang kedap suara ?" tanya Rafael dengan posisi memeluk Naya sekarang. Dimas hanya menganggukan kepalanya.
"gue bawa Naya ke mana ? masa iya ke rumah gue ?" tanya Rafael kehilangan akal. "terpaksa dibawa kerumah lo dulu Raf , gue mohon"
Rafael mengiyakan permintaan Dimas , ia menatap mata Naya sebentar. "kamu mau digendong ? ATAU jalan sendiri aja?" Naya memeluk Rafael lebihh erat , "gendong , kaki nya sakit"
***
SEGINI DULU YAAA , MMF GABISA PANJANG DULUU.
FOLLOW IG : @urrcintaa
sklian moots !
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYA & RAFAEL (COMPLETE)
Teen Fiction"Kita putus, itu kan yang lo mau ?" - Rafael Pratama ------------- Ini tentang Anaya Alfauziah dan Rafael Pratama, dua remaja yang dipertemukan pada kelas 10, dan berlanjut hingga kelas 12 meskipun dengan penuh lika liku yang keduanya harus jalani. ...