NAYA DAN KELAM - 46

62 12 0
                                    

Naya memikirkan sesuatu sebelum ia benar benar memejamkan matanya sekarang. bahagia , Naya benar benar bahagia dengan kembali utuhnya hubungan ia Bersama Rafael. tapi besok sudah hari Senin lagi , Naya dan Rafael harus kembali bersekolah.

yang ia tidak siap adalah , bertemu lagi dengan Aaron , mereka berdua putus tanpa alasan yang jelas , tapi begitu mudah Naya melepaskan seorang Aaron , kan '?.

sudah , Naya tidak ingin memikirkan hal itu lagi. ia memeluk guling yang ia beri nama "Rakael" , sebagai pengganti sang Rafael yang seharusnya ia peluk saat sebelum ia tidur.

***

kebiasaan Rafael yang dahulu sekarang kembali lagi , menjemput Naya dan pergi ke sekolah Bersama gadis itu.

Rafael mengeluarkan bajunya yang tadi ia masukkan , merasa aneh jika ia menggunakan seragam yang rapi. seragam memang ia keluarkan , namun dasi serta ikat pinggang masih ia kenakan.

Rafael mengambil tidak menggunakan hoodie pagi ini , ia mengambil kunci motornya kemudian pergi keluar kamar.

sesampainya dirumah Naya , ia tidak melihat gadis yang ia jemput di halaman rumah , padahal tadi , ia sudah menyuruh Naya menunggunya di depan rumah.

Naya melepas helmnya , kemudian mulai menaiki teras rumah Naya. ia mengetuk pintu , tak ada jawaban Attau orang yang membuka pintu rumah itu. "Naya" panggil Rafael sedikit mengencangkan suaranya.

hendak mengetuk yang kedua kalinya , ada yang keluar , bukan Naya melainkan Dimas. Dimas langsung keluar dan menutup pintu , cowok itu sudah menggunakan seragam yang rapi , namun wajahnya sedikit terlihat panik.

"kenapa Dim ? ada apa ?" tanya Rafael.

"bokap nyokap gue balik tengah malam tadi , Naya dipukulin , plis , Naya didalam Gudang sama bokap gue , gue gabisa buka pintunya , gue gaberani"

Rafael sedikit terkejut mendengar itu. "kenapa dipukulin ? Naya ada bikin kesalahan apa ?"

Dimas menggeleng. "Naya ga bikin kesalahan apa apa , bokap nyokap gue pulang sambal emosi , gue gabisa tanyain kenapa mereka berdua marah dan lampiasin amarahnya sama Naya , tolongin Naya Raf , masuk , buka pintu gudangnya , gue gaberani , gue takut Naya makin kesiksa didalam sana"

***

Naya terbangun dari tidurnya karena teriakan keras Topan diluar sana memanggil namanya , ia melihat jam , jam menunjukan pukul 01.34 , Naya sedikit takut untuk bangun , karna suara Topan terdengar sangat keras dan menggema.

Naya tetap keluar , ia mengikat rambutnya dan sedikit bersiap diri , kemudian membuka pintu kamarnya dan langsung turun ke lantai bawah.

dilihatnya Topan sudah melepas jas dan dasinya , sedangkan Liana berdiri dengan dada naik turun menahan amarah disamping suaminya sambal menatap Naya.

Naya sudah berada dihadapan kedua orangtuanya , tak lupa juga menatap sekelas Dimas yang berada tak jauh dari Naya. "ken-"

Topan menarik rambut yang sudah Naya ikat tadi , kemudian menghempaskannya ke lantai. air mata Naya turun detik itu juga , apa salahnya ?

Naya hendak bangun namun kerah baju tidurnya sudah kembali ditarik oleh Topan , Topan menyeretnya sampai ke Gudang , sedangkan Dimas hanya diam , takut bertindak dan berakhir dipukuli Bersama kakaknya.

Dimas meneguk kasar salivanya , tidak bisa ia terus diam , ia segera menyusul kakaknya ke Gudang tanpa menghiraukan teriakan marah dari Liana memanggil namanya.

sebelum Topan menutup pintu , Dimas sudah LEBIH dulu masuk dan melihat tatapan Naya yang meminta tolong kepadanya. "keluar , Dimas" suruh Topan dingin. Dimas menggeleng , "lepasin Kakak , Yah. Ayah bisa lampiasin ke orang lain kalo Ayah lagi emosi , tapi jangan sama Kakak , Kakak ga salah Yah" ucap Dimas pelan.

"keluar , Dimas !" Topan menendang kaki anaknya itu sampai sedikit mundur keluar , kemudian menutup pintu dan menguncinya.

tatapan Topan kembali tertuju pada Naya , ia melepas cengkramannya di kerah baju Naya , kemudian mendudukan Naya di kursi , tak lupa juga mengikatnya.

"Kak , Ayah ! bisa stop ga ?! buka pintunya !" teriakan Dimas dari luar sama sekali tidak membuat Topan sadar dari kerasukannya , ia tetap mengeksekusi Naya disini.

"Yah.. Naya mau keluar.." lirih Naya kemudian kembali meneteskan air matanya. "besok pagi , baru kamu saya izinkan keluar" bohong , Naya tahu itu bohong , Entah sampai kapan ia akan berada di Gudang sialan ini.

Topan menampar pipi kanan Naya dengan sangat kencang , Naya pasrah , apapun yang terjadi padanya selanjutnya , Naya yakin hanya tuhannya yang tahu.

Naya tidak tahu jam berapa Topan berhenti menyiksanya , Topan keluar dan kembali menguncir pintu dari luar.

***

"gimana gue bisa bantu lo , Dim ? bokap nyokap lo berdua gatau gue siapa , malah nambah masalah lagi" keluh Rafael sedikit bingung bagaimana cara menolong Naya didalam sana.

Dimas hanya diam , masih sama terkunci dalam kebingungan. "tunggu , bokap lo udah keluar belum dari Gudang ?" Dimas mengangguk. "Gudang ada kacanya ga ?"Dimas kembali mengangguk , "tapi , udah gabisa dibuka , udah karatan kunciannya"

"kan bisa dipecah kacanya , Dim" Dimas tersenyum tipis , kemudian menuntun Rafael ke kaca Gudang. Rafael menghintip dari kaca Gudang , ia menepuk nepuk kaca itu agar debunya sedikit hilang.

benar saja , Naya terduduk diatas kursi dengan menundukan kepalanya , suara isakan tangis Naya masih terdengar , sehingga Rafael tahu gadis itu tidak pingsan.

Rafael memukul jendela itu , membuat Naya tahu ada dirinya Disana. Naya yang menyadari kehadiran Rafael segera menolehkan kepalanya , senyuman itu langsung terbit disertai air mata yang semakin deras mengalir.

Rafael mengambil tongkat baseball yang tergantung tepat disamping jendela. Rafael menghantamkan tongkat baseball itu kemudian tersenyum bangga , kaca itu pecah berkeping keping.

untung kaca itu cukup Panjang dan lebar , semakin memudahkan Rafael masuk. Dimas hanya menunggu diluar , perasaannya kalut sekarang.

Rafael melepas ikatan tangan dan kaki Naya , sudah yang kedua kalinya Rafael menyelamatkan Naya dalam keadaan seperti ini. Rafael membawa Naya kedalam gendongannya , ia mengusap usap rambut Naya kemudian membawanya kehadapan jendela.

mata Naya merah , nampaknya gadis itu tidak tidur semalaman. Naya keluar LEBIH dulu , barulah Rafael. "Gudang kedap suara ?" tanya Rafael dengan posisi memeluk Naya sekarang. Dimas hanya menganggukan kepalanya.

"gue bawa Naya ke mana ? masa iya ke rumah gue ?" tanya Rafael kehilangan akal. "terpaksa dibawa kerumah lo dulu Raf , gue mohon"

Rafael mengiyakan permintaan Dimas , ia menatap mata Naya sebentar. "kamu mau digendong ? ATAU jalan sendiri aja?" Naya memeluk Rafael lebihh erat , "gendong , kaki nya sakit"

***

SEGINI DULU YAAA , MMF GABISA PANJANG DULUU.

FOLLOW IG : @urrcintaa

sklian moots !

NAYA & RAFAEL  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang