ADIK KELAS SIALAN! -50

52 13 1
                                    

Naya berjalan secara beriringan dengan Rafael dikoridor sekolah, tangan Rafael masih setia menggenggam erat tangan mulus gadisnya ini.

"Raf, aku mau ngasih tau Ael Dika sama Beyya soal rencana kita hari minggu ini. Kamu bilang sekalian liburan kan ?" Tanya Naya dengan mata berbinar.

"Iya, kasih tau aja mereka. Biar nanti kita atur jam nya" Naya mengacungkan kedua jempolnya.

Setelah sampai didalam kelas, dua anak manusia itu duduk dikursi mereka yang memang bersampingan.

"Ngok," panggil Naya kepada Ael yang tengah fokus bermain game di ponselnya.

"Apa, jangan ganggu dulu" Naya bangkit dari duduknya, kemudian merampas ponsel cowok itu.

Ael hanya bisa menggeram rendah tanpa bisa memarahi Naya, terlalu berat untuk sekedar menatap tajam mata gadis itu.

"Iya, Nayanjing. Mau apa sih lo?" Aaron refleks melempar kaos kakinya ke kepala Ael, sebagai tanda protes karna Ael menggunakan nama kesayangannya untuk Naya.

"Itu nama Naya cuman gue yang boleh manggil begitu, setan!" Ael mencibir pelan, tanpa menoleh ke arah Aaron.

"Dika, Beyya, Ron sini dulu deh, ada yang mau gue diskusiin"

Aaron menurut begitupun dengan yang lain, bedanya, Aaron melempar tatapan tajam kepada Ael yang sama sekali tidak merasa bersalah.

"Hari minggu nanti, ikut gue ke Bogor yuk ?" Tanya Naya to the point. "Hah? Bogor? Ngapain eek ?"

"Liburan, sekalian bantu Naya nyari keberadaan Papahnya" Rafael yang membantu Naya menjawab.

"Nah, iya gituu. Kalian bisa kan?" Tanya Naya penuh harapan kepada teman teman dihadapannya ini.

"Gue sih, kalo Naya yang minta, gabisa nolak. Ikut" Ael menjawab lebih dulu.

"Nayyyy, sorry sebelumnya ya? Gue gabisa ikut ke Bogor nih, hari minggu mamah gue nikah lagi soalnya"

"Anjrit,?"Ael menjawab pelan. "Gue bisa" Naya tersenyum senang, tidak apa jika Beyya tidak bisa, itu bukan masalah besar untuk Naya.

"Jadi Naya sendiri yang cewek dong? Apa ga mikir yang macem macem ntar si Dimas?" Tanya Aaron sedikit ragu jika hanya Naya satu satunya perempuan yang ada dirombongan mereka.

"Dimas ikut kok, tenang aja"

***
Naya berjalan sendirian di koridor sebelah kanan sekolahnya, ia mencari Rafael kesana kemari.

Setelah makan dikantin tadi, Rafael pamit ke toilet sebentar namun pacarnya itu tak kunjung kembali

Tak sengaja melewati lab kimia, Naya mendapati punggung seseorang yang...,tidak asing baginya.

Cowok itu nampaknya sedang mendorong gadis yang lebih pendek darinya, kemudian menekan bahu gadis itu ke dinding.

"Awwh" Naya mendengar ringisan dari gadis yang ia yakini adalah adik kelasnya.

Cowok itu semakin mendekatkan wajahnya kebagian wajah dan bahu adik kelas itu.

Sekali lagi, Gadis itu meringis pelan. "Udah, ke UKS sana," suruh cowok itu akhirnya bersuara.

Tubuh Naya bergetar setelah mendengar suara cowok itu, itu Rafael.

Rafael menatap kepergian Suci,alias gadis yang ia bantu karna bahunya tertancap paku di dinding.

Rafael mendadak kaget, setelah mendapati Naya yang ingin pergi dari sana.

Dengan cepat Rafael bergerak kedepan pintu dan menahan bahu pacarnya itu.

"Lepasin.." ucap Naya pelan kemudian dengan sekuat tenaga melepas tangan Rafael dari lengannya.

Naya diam, jujur seluruh badannya lemas sekarang. "Kamu mikir apa soal aku sama Dia tadi?"

"Kami mikir aku nyium dia ? Ogah, mau nyium juga mending cium kamu"

Naya terlalu lemah mendengar penuturan dari Rafael, fikirannya kembali percaya kepada apa yang diucapkan cowok itu.

Naya menyenderkan dahinya ke dada kokoh Rafael, kemudian memeluk cowok itu.

"Mau aku cium?" Naya memukul pelan bibir Rafael kemudian pergi meninggalkan cowok itu.

***
"Eh, cita cita lo apa Dik ?"

Tanya Ael yang sekarang sedang menghirup tokoknya dibelakang sekolah bersama Andika.

"Gue mau jadi pemilik hati Beyya" Ael tersenyum meremehkam cita cita sahabatnya itu, ia rasa, Andika tidak akan pernah mendapatkan sosok kekasih.

"Mantan lo aja berapa, mau dapetin Beyya ? Keknya duluan gue" hadiah istimewa dari Andika lngsung mendarat di kepala Ael, membuat Ael sedikit meringis.

"Gasabar hari minggu" Ucap Andika sambil membuang kertas yang sejak tadi ia mainkan. "Dih, lo mah apa aja ga pernah sabar"

"Lian, lo bisa ga sih ? Gausah gitu sama gue?" Ael sedikit bingung, biasanya jika ia melempar kata kata yang mungkin akan menyinggung Andika, cowok itu biasa saja. Namun beda dengan sekarang, cowok itu sedikit lebih sensitif.

"Lah, lo pms kah ?" Tanya Ael masih bercanda. Andika pergi dari sana tanpa bersuara.

"Dik, Dika ! Jangan aneh lo, setan!" Ael membuang rokoknya sembarangan, kemudian menyusul Andika yang memang belum jauh dari sana.

Ael berhasil mengiringi jalan Andika, namun berkali kali Ael berucap, Andika tetap tidak menggubris.

"Kerasukan lo?"

"Iya, kerasukan arwah bokap lo"
***
Haiii, update lagi wkwkwkk.

Jangan lupa votenya makasii💗

Ini Naya!

Ini Rafael!

 Ini Rafael!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Aaron!

Ini Beyya!

Ini Andika!

Ini Ael As Lian!

NAYA & RAFAEL  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang