Tak terasa waktu bergulir, Naya pindah ke Bandung sejak lulus SMA. namun Liana, Liana lebih memilih menetap di Jakarta sampai Naya menikah.
Dimas sudah berkuliah, satu kampus dengan Naya.
total sudah 3 tahun Anya, Marcell dan Topan dikurung didalam sel, dan total sudah 1 tahun Naya tidak mengunjungi Rafael.
bukan sengaja, Naya hanya tidak memiliki waktu untuk ke Jakarta,apalagi akhir akhir ini ia sedang mengurus acara pertunangannya.
Naya menatap cowok yang berstatus calon tunangannya ini, "kenapa, sih?" tanya cowok itu penasaran.
"Jakarta, please? aku mau ngunjungin dia, udah lama ga kesana" Naya menghembuskan nafas pelan.
Aaron tersenyum manis, kemudian menunduk. "oke, kamu beresin dulu barang barang buat besok. Besok pagi pagi jam 9 aku jemput"
***
"ntar kalo gue mati terus gabisa nikahin Naya, lo ya Ron yang nikahin dia" Aaron tersedak mendengar ucapan Rafael, sedetik kemudian ia tertawa kecil."berarti Naya kawin sama mantan" gumam Ael pelan.
"iya, kan umur gaada yang tau Ron, jangan sampai Naya kawin sama yang lebih baik dari gue" ucap Rafael dengan nada bercanda.
"halahhhh"
"cabut dulu ya Ron, mau kerumah ayang bebeb"
***
besoknya, sepanjang perjalanan Aaron terus memikirkan perkataan Rafael beberapa tahun yang lalu.perkataan Rafael yang menyuruhnya menjadi pendamping hidup Naya.
"Aaron, diem mulu ih. gamau ke jakarta? kalo keberatan bila-" Aaron menutup mulut Naya dengan memasukan satu permen lollipop.
"udah, jangan ngomel bawel" Naya mengendus kesal, namun disisi lain Naya merasa senang dengan lollipop dimulutnya .
"minum, Aaron aku mau minum" ucap Naya. Aaron berteriak didalam hati, semakin dewasa Naya semakin menggemaskan. fikirnya sekarang, hanya focus untuk membahagiakan Naya. dan membuat Naya berhenti mengingat nginget kejadian demi kejadian dimasa mudanya.
beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya Naya sampai di kota penuh kenangan, kota dimana ia dan Rafael selalu menghabiskan waktu Bersama.
Aaron memberhentikan mobilnya didepan rumah Naya. rumah tempat dimana Rafael merenggang nyawa. Aaron menatap sekelas rumah itu, kemudian berbalik menatap ke arah Naya. Naya tersenyum kecut menatap bangunan dua lantai itu.
tangan Aaron dengan cepat meraih tangan Naya, dapat Aaron rasakan getaran hebat ditangan Naya. Naya kembali teringat bayang-bayang ketika peluru itu mengenai Rafael, peluru yang menjadi pelaku kedua setelah Topan yang mengambil hampir dari seluruh nafasnya.
suara bergetar Rafael masih terdengar jelas ditelinganya. menyakitkan, Naya berharap kisah ini hanya dirasakan oleh dirinya seorang, jangan orang lain. kisah yang terdengar begitu menyakitkan.
"masuk dulu Nay, ngunjungin mamah" ucap Aaron pelan. Naya mengangguk lemah. semangatnya seperti tiba tiba hilang terbawa angin. ia takut, ia takut kejadian itu kembali terulang jika ia memasuki rumah itu.
"Naya, tenang." ucap Aaron saat melihat cairan bening mulai menetes membasahi pipi Naya. "Naya, Naya? jawab aku" Aaron membawa Naya kepelukannya, mengusap usap rambut Naya dengan lembut.
"sekarang kita masuk,"
***
"iya, ma. mama nanti ke Bandung kan?" tanya Naya seraya menyiapkan makanan diatas meja makan. Liana tersenyum, "pasti, Nak. mama pasti datang"
"eh, kalian berdua tau pameran yang malem ini diselenggarakan ga? pamerannya ga jauh dari lapangan basket samping komplek" ujar Liana memberi tahu. Aaron menaikan satu alisnya, kemudian mengangguk sambil berdehem kecil.
selesain menata makanan, Naya duduk disebelah Aaron dengan mata yang mengintimidasi. "Ron, pamerannya beneran ada?" Aaron tertawa mendengar pertanyaan itu, melihat Aaron yang tertawa membuat Naya merasa kesal.
Naya memukul lengan Aaron, berharap Aaron merasa kesakitan. "kenapa ketawa!!!? aku lagi ngga ngelucu!"
"yang bilang kamu ngelucu siapa??, pamerannya jelas ada lah, masa ghaib" ujar Aaron kemudian kembali tertawa.
"iya, kalian berdua kesana lah malem ini. sekalian mama mau nitip sesuatu sama Naya, hehe" setelah percakapan random itu, Naya, Aaron dan Liana makan siang Bersama dengan tenang. seolah tak ada beban lagi diantara mereka.
tak ada yang mengungkit ngungkit masalah 3 tahun yang lalu, walaupun rasa sakit itu masih ada saat Naya melihat ruang tamu, tempat Rafael tergeletak tak berdaya dihadapan matanya sendiri. namun Naya berusaha menghangatkan fikirannya, agar perkumpulannya dengan Liana tak kembali menjadi perdebatan.
dapat berdamai dengan Liana adalah suatu kebanggaan untuk Naya, Naya bahagia bisa sampai di titik ini, titik dimana ia dapat akur dengan ibu kandungnya sendiri.namun, sisi lain kehidupan Naya juga merasakan hal yang berbeda jauh.
Naya merindukan sosok Rafael, Naya merindukan Rafael yang selalu memeluknya disaat sedih, Rafael yang selalu ada untuknya setiap hari, sekarang ia hanya dapat menatapi foto Rafael dan menatap nama Rafael yang terukir rapi di batu nisan.
***
sebelum ke pameran, Naya dan Aaron memilih untuk mengunjungi Anya dan Marcell di penjara.
sekarang, Naya sudah beradapan dengan Anya. terlihat sekali perubahan dari diri Anya, Anya menjadi sangat kurus, rambutnya berantakan.
"Nya, apa kabar?"
Anya tersenyum, "baik gue, lo gimana, Nay?" Naya mengangguk, "baik, hehe"
"kenapa lo masih mau ngunjungin gue? gue sadar Nay, orang kaya gue ga pantes dikunjungin, apalagi diperhatiin" Naya menarik nafas dalam dalam, menahan air mata yang sebentar lagi akan turun.
mau bagaimanapun, Anya tetap sahabatnya. Anya tetap Anya, orang yang pernah bahagia dengan Naya. "gue, kangen aja sama lo."
Anya tertawa kecil. "Ael gimana kabarnya?"
"Ael pindah ke Bekasi, dia lanjut kuliah Disana bareng Andhika" Anya mengangguk lega, jujur, berhadapan dengan Naya disaat saat seperti ini sangat menyakitkan baginya. rasa bersalah itu terus terbayang saat menatap wajah Naya.
"Nya, titip salam ke Marcell ya. Aaron udah nungguin didepan, maaf ga bisa lama lama, lo sehat terus" ucap Naya kemudian tersenyum manis sambil berdiri.
"iya Nay, makasih ya. lo bahagia terus!"
***
"Nay, aku ke toilet sebentar, gapapa kamu nunggu disini?" Naya menganguk.
Naya duduk sendiri dipinggiran, melihat kerumunan orang orang dihadapannya. ada sesuatu yang menjanggal dipenglihatan Naya, seseorang yang Naya kenali berdiri dipojokan dengan senyuman manis yang mengambang dibibirnya.
seseorang itu melambaikan tangan sebelum pergi, reflex, Naya langsung berteriak, "RAFAEL! JANGAN PERGI!"
***
HAAAII HAAAIII, LAMA BANGETTT AKU NGGAK UPDATEEE!!!
KANGEN NAYA&RAFAEL NGGAAA?
INII AKU KASIH EXTRA PARTNYA YAA, SETELAH INI AKU BAKAL UP SATU EXTRA PART LAGI YAAA.
KASIH AKU VOTENYA DONGG, MAKASSIIIHH!
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYA & RAFAEL (COMPLETE)
Teen Fiction"Kita putus, itu kan yang lo mau ?" - Rafael Pratama ------------- Ini tentang Anaya Alfauziah dan Rafael Pratama, dua remaja yang dipertemukan pada kelas 10, dan berlanjut hingga kelas 12 meskipun dengan penuh lika liku yang keduanya harus jalani. ...