sudah satu bulan dari terakhir kali Naya melihat Rafael , Rafael benar benar hilang dari hidupnya , sosial media Rafael yang selalu ia pantau kini sudah tidak ada pergerakan lagi.
Naya sudah mencoba terbiasa , meskipun sewaktu waktu bayangan Rafael masih ada di kepalanya , ia mencoba focus akan kedekatannya dengan Aaron yang semakin dekat sekarang. apalagi sekarang , Naya akan segera naik kelas 11.
sekarang mood Naya sedang tidak bagus , hari ini hari minggu , dan Aaron mengajaknya belajar dirumah cowok itu. Naya sejak tadi belum ada memperlihatkan senyjman manis nya , ia terus menerus menekuk bibirnya kebawah.
Aaron mengambil gorengan yang tadi ia beli kemudian menyuapkannya ke Naya , Naya masih diam meskipun mulutnya terbuka untuk menerima gorengan itu. "ngambek ya ngambek lo , makan jalan terus"
"bodo amat , yang penting gue kenyang" balas Naya cuek. Nira datang dengan minuman berwarna merah di atas nampan yang ia bawa , Nira tersenyum kecil melihat Aaron yang focus menghitung dan menghafal rumus , sedangkan gadis yang ada disampingnya , sama sekali tidak menyentuh satupun buku yang berserakan Disana.
"Naya , ditekuk terus bibirnya" Naya memasang wajah badmoodnya kemudian menunduk , membuat Aaron yang sudah gemas sejak tadi sudah tidak bias menahan lagi , Aaron mencoret wajah Naya dengan asal menggunakan pulpen
karena arah wajah Naya yang menunduk ke bawah , itu membuat Aaron tidak tahu kemana pulpen nya itu mencoret. Naya membulatkan matanya , kemudian dengan segera berusaha mengambil pulpen ditangan Aaron.
"ngeselin looo !" ucap Naya sedikit berteriak. Aaron menjauhkan tangannya , kemudian menahan wajah Naya dengan tangannya. Aaron menaruh telapak tangannya di dagu gadis itu , membuat Naya kehilangan akal.
"Aaron..." rengek Naya semakin membuat Aaron gemas. "aghh , gemesin ya lo. bunda , liat anak angkat bunda , makin gemes"ucap Aaron sambil mencubit kedua pipi Naya. Naya menu juk wajahnya yang terkena coretan tadi , "ini ngilanginnya gimanaaaa !!"
"bias kok , pakai sabun hilang itu" jawab Aaron menahan tawa.
"tanggung jawab lo ya" Aaron tertawa kecil , kemudian mengangguk. "yaudah , ayo"
***
Aaron membersihkan wajah Naya dengan kain yang sudah ia berikan sabun tadi , untung saja coretan itu bias hilang , jika tidak tamat sudah riwayat seorang Aaron.
"iseng boleh Aaron.. tapi jangan kebangetaaann" ucap Naya semakin menggeram , sudah pagi ini mood nya buruk , ditambah lagi oleh tingkah menyebalkan Aaron.
"Aaron jalan yuk , masa belajar terus" Naya berusaha membujuk Aaron , meskipun ditolak berkali kali , tapi Naya bukan orang yang cepat menyerah , ia terus membujuk , sampai akhirnya Aaron menyetujui permintaan gadis itu.
"mau kemana Nay ?" Naya sedikit berfikir sambil menenteng tas kecilnya. "mau jalan jalan aja. terus nih ya kalo kita lihat ada paman paman jualan pentol atau apa gitu , terus pemandangannya bagus , kita singgah disitu dan makan makan sambil liat pemandangan , setuju nggak ?" Naya menaikan kedua alisnya.
Aaron mengangguk kemudian mengacak acak rambut Naya , ia menarik tangan Naya menuju keluar rumah. "Aaron , lo hati hati bawa motornya ya. gausah ngebut" Aaron mengacungkan satu jempolnya , kemudian memakaikan Naya helm. yang membuat Aaron merasa aneh , kali ini tidak ada omelan atau bantahan yang dikeluarkan Naya saat ia memakaikan gadis itu helm.
Aaron menatap wajah Naya yag terlihat sangat damai lewat kaca spion , muncul ide jahilnya untuk menjahili sahabat perempuannya itu , ia menggas motornya beberapa kali membuat Naya memukul beberapa kali pundak Aaron.
"jangan kaya setan ya !"
"heh , inget , gue lebih tua satu tahun dari lo. jadi jangan kurang ajar sama yang lebih tua" Naya mencibir pelan , pandangan matanya tertuju pada satu toko baju kecil , tapi ada satu baju yang menarik perhatiannya.
"Aaron , ke toko itu yu ? ada baju yang bagus kayaknya" Aaron mengangguk kemudian bersiap untuk singgah tepat di depan toko itu. Naya turun , kemudian mulai memilih milih baju Disana. ada satu jaket rajut dengan warna campur aduk , membuat Naya langsung menarik jaket Aaron untuk mendekat ke arahnya. "Aaron ini bagus ga ?"
Aaron menggeleng. "engga" Naya berdecak kesal karena pilihannya tidak disukai oleh Aaron. entahlah , seharusnya jika ia menginginkan itu , tinggal beli dan tidak usah menanyakan Aaron menyukai nya apa tidak. "beli aja kalo mau Naya"
"ya tapi kan lo gak suka , gue gamau beli kalo lo gasuka" Aaron menyerngit heran , "emang apa hubungannya sama gue maimunah ? kan yang make elo bukan gue" tanya Aaron dengan nada terheran heran. "ya kan gue mau langsung pake buat jalan jalannn ! kan yang bareng gue elo jadi gue harus beli baju yang lo suka supaya lo ga ogah ogahan liatin gue !"
Naya mengucapkan itu tanpa sadar , ia menutup mulutnya rapat rapat saat Aaron mulai menatapnya dalam. "tadi lo ngomong apa ?" tanya Aaron , Entah ia seolah tuli saat Naya mengucapkan hal itu. "Gaada , yaudah gue mau beli ini aja" Naya memutuskan apa yang hendak ia beli , Aaron menarik sudut bibirnya , kemudian mengikuti Naya menuju kasir.
setelah selesai membeli baju , ah Lbih tepatnya jaket , Naya langsung memakai Jaket itu dan melanjutkan perjalanannya dengan Aaron. Aaron membawa Naya ke jalan yang belum pernah Naya lewati , Naya melihat persawahan , pohon pohon , dan gunung gunung yang seolah olahberada di awan.
"didekat sini ada yang jualan jualan makanan kayak pentol sama gorengan gitu , dan pemandangannya sawah kayak gini. adem banget , lo pasti suka" Naya mengangguk anggukan kepalanya sembari terus menatapi jalannan.
Aaron menghetikan motornya setelah sampai ditempat tujuan , Naya bersorak ria saat melihat banyaknya paman paman berjualan serba macam makanan Disana. "Aaron , kayaknya pulang dari sini timbangan gue naik 1 kilo deh ! ayo cepeettt !" Naya menggenggam erat tangan Aaron.
keduanya berjalan dengan tangan yang saling menggenggam , entahlah , keduanya nyaman dengan posisi seperti ini. Naya mengajak Aaron membeli pentol kuah Disana , selesai membeli , keduanya langsung duduk di meja dan kursi yang sudah disediakan.
"Aaron , makasih ya"
"makasih karna udah mau jadi sahabat paling pengertian buat gue"
"makasih karna selama ini lo selalu bias nyemangatin gue "
"makasih banget pokoknya , gue saying deh sama lo. apalagi kalo lo traktir. makin cinta" ucap Naya kemudian tertawa lepas. ia langsung melahap pentol kuah itu. sedangkan Aaron ? cowok itu tak mengedipkan mata sama sekali , rasanya ingin terbang mendengar Naya mengatakan hal manis itu.
tapi Aaron tetap Aaron , ia gengsi jika harus memperlihatkan kesaltingannya , ia berusaha membuang wajahnya dengan memakan makanan itu. Naya sesekali kesusahan memakan pentol kuahnya karena angina yang berhembus kencang.
"kenapa sih lo ga pake ikat rambut ?" Naya menyengir lebar. "lupa Ron , dari rumah udah ga pake iket rambut soalnya"
Aaron merogoh sakunya , lagi lagi ada ikat rambut Vana yang tertinggal didalam saku celananya , ia bangkut , kemudian mengikatkan rambut Naya dengan lembut. Naya diam saja dan melanjutkan aktifitasnya , Aaron sudah berkali kali bersikap manis dengannya , membuat Naya sudah biasa dengan sikap itu sekarang.
"makasih ya Aaronjing"
***
Dimas menuruni tangga dengan handphone ditangannya , ia menatap datar Topan yang jug menatapnya datar. setelah Dimas mengetahui semuanya , ia dan Ayahnya sudah jarang berkomunikasi , bahkan Dimas malu , mempunyai Ayah seorang pembunuh seperti Topan.
rasa bersalah itu semakin besar saat ingatannya kembali berputar pada saat malam kejadian Naya mengatakan semuanya , Dimas duduk di kursi meja makan , kemudian memijat dahinya. Dimas akan meperlakukan Naya sebaik mungkin dan sepsecial mungkin sebagai ucapan maaf nya.
***
1238 WORD.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYA & RAFAEL (COMPLETE)
Teen Fiction"Kita putus, itu kan yang lo mau ?" - Rafael Pratama ------------- Ini tentang Anaya Alfauziah dan Rafael Pratama, dua remaja yang dipertemukan pada kelas 10, dan berlanjut hingga kelas 12 meskipun dengan penuh lika liku yang keduanya harus jalani. ...