SIAP SIAP TISU YA SAMA PART INI, HEHEHEHEHEWW.
BTWW JGN LUPA FOLLOW IG AKU, AKU UP ABOUT NAYA&RAFAEL JUGA DISANA [@wwurlvefvck]FOLLOW JUGA IG NAYA&RAFAELNYAA!
[@anayaalfziah]
[@rafaelprtmma]HAPPY READINGG 💗💗
***
"INI SEMUA GARA GARA LO!" bentak Ael dihadapan wajah Anya. Ael benar benar seperti orang kesetanan, persahabatannya hancur, benar benar hancur."lo gila Nya, lo cewek paling gila yang pernah gue taroh di list pertemanan!"
Anya hanya diam tanpa suara, ia sudah menggunakan baju berwarna oren, khas tahanan."lo bilang kalo satu hancur semua hancur, sekarang kenapa lo ginii?!!" ucap Ael tertahan sambil menatap mata Anya penug kekecewaan.
"fine, El. gue tau gue salah, gue udah berusaha minta maaf juga sama Naya, pardon me, i want" ucap Anya datar.
belum sempat Ael menjawab, polisi sudah lebih dulu menarik Varaya Anya Stavia memasuki mobil.
"Naya hancur, artinya sebagian kebahagiaan gue juga pupus"
***
tidak, Rafael belum benar benar meninggalkannya, Rafael tersenyum lirih dengan oksigen dihidungnya.Rafael meraih tangan Naya, kemudian mengelus elusnya. "Naya, denger aku baik baik, ya?"
Naya mengangguk cepat dengan air mata yang tak lelahnya turun sejak tadi.
"jangan benci Ayah kamu, gaboleh..." perkataan lirih Rafael benar benar membuat Naya menundukan kepalanya, nafasnya ngos ngosan.
Aaron mengelus elus pundak Naya, sembari terus menenangkan.
"aku kaya gini karna emang udah takdir, bukan karna Ayah kamu"
"aku gamau liat kamu nangis setelah ini ya? cari yang baru, yang modelan kaya aku banyak ko" ucap Rafael pelan, nyaris seperti berbisik.
Naya menggeleng kuat, kemudian menaruh tangan Rafael yang tidak diinfus dipipinya.
"ngapain ngomong gitu sayang? kan kamu masih disini..."
"sakit Nay, dada aku sakit" Rafael tersenyum lirih, sebelum akhirnya, mata sendu milik seseorang yang tampan ini tertutup rapat.
"PANGGIL DOKTER!"
***
sekujur tubuh Naya bergetar, saat Genta dan Livaska menggiringinya masuk. Naya menggeleng kuat saat melihat, tubuh orang yang ia sayangi tergeletak tertutupi kain.langkah Naya semakin pelan, hingga dirinya benar benar sampai disamping Rafael. "kamu yang buka, gapapa" ucap Livaska dengan derai air mata yang sejak tadi sudah mengalir deras.
Naya diam, bibirnya kelu, rasanya untuk mengeluarkan satu kata saja sangat susah.
Liana berdiri dibelakang Naya, dengan tatapan kospng dan fikirannya yang terbang kemana mana.
Naya dengan tangan gemetarnya membuka kain yang menutupi wajah Rafael, ia harap, orang didalam kain ini bukan kekasihnya.
jelas, terpapang jelas wajah tampan cowok itu. wajah yang setiap harinya selalu memberikan warna dihidup Naya, sekarang hanya bisa menutup mata tanpa berkata sepatah katapun.
"ini mimpi, sayang. ini mimpi, aku tau ini mimpi" ucap Naya sembari mengelus ngelus rambut Rafael, tak ada respon dari cowok itu, Rafael terus memejamkan matanya.
Kalan mulai mendekati Rafael, kemudian mengecup singkat kening putra keduanya. "selamat tidur, raja. sudah cukup perjuangan kamu buat Naya, sekarang saatnya kamu istirahat, Papa bangga punya anak lakik kaya kamu" ucap Kalan membuat Aaron, Genta, Livaska, dan Naya semakin meneteskan air mata.
"Lo hebat, Raf."
"anak mama, Mama sayang terus sama kamu"
"kok lo duluan, Raf?"
Naya tidak tahan, Naya memeluk Rafael sekuat tenaga, Liana yang sejak tadi diam, akhirnya bergerak mengelus ngelus punggung Naya.
perlakuan itu justru semakin membuat perasaan Naya kalut, air matanya terus keluar tanpa henti
"Raf bangun"
"kita lulus bareng bareng Raf"
"BANGUN!" ucap Naya sedikit teriak, membuat Liana refleks menarik Naya kedalam pelukannya.
"maaf, Nak. semua salah mama, maaf"
Naya melepas pelukan itu, kemudian kembali memegangi tangan dingin kekasihnya. "aku gabisa kaya gini Rafa... aku gabisa..." lirih Naya sembari mengeluarkan air matanya.
"bangun Rafael bangun, aku gabisa, gaakan pernah bisa"
"kenangan sama kamu terlalu banyak Raf.. please wake up"
"Naya, lo harus ikhlasin Rafa ya? supaya dia bisa pergi dengan tenang, gue yakin lo bisa lakuin itu" ucap Aaron kemudian menepuk pelan pundak Naya.
***
Naya mengelus batu nisan yang tercantum nama Rafael, Naya merasa dunianya hancur, kebahagiaannya lenyap, warna disetiap hari harinya kembali abu abu."kenapa Rafael... kenapa Rafael yang diambil.." ucap Naya lirih. Aaron, hanya cowok itu yang setia menunggu Naya meluapkan tangisnya disana.
"noh, lo bikin cewek lo nangis" ucap Aaron seolah olah bicara dengan Rafael.
"sakit banget Rafael, sakit banget" Naya kembali berucap.
"janji lulus sama sama kan? kok kamu ga nepatin itu?"
"janji terus ada buat aku kan? tapi kenapa kamu ga ada lagi disamping aku sekarang?"
"aku ada, selalu ada" Naya menghadap ke belakang, tak ada siapapun. namun suara itu jelas, suara Rafael jelas terdengar ditelinganya.
"udah cukup nangisnya. air mata kamu berharga"
"Rafael Pratama akan berjanji selalu ada disamping peri kecilnya, menjaga dan selalu memantau"
"jangan tangisi lagi, aku selalu ada, Anaya".
***
Naya menatap seisi kamarnya, banyak foto Rafael disana, di dinding dinding, di cermin, dan masih banyak tempat yang berisikan tentangnya dan Rafael.Naya mengambil kotak kayu kecil, berisikan beberapa benda lucu yang Rafael sempat berikan kepadanya.
ada gelang, gelang berwarna hitam yang Rafael berikan pada saat mereka kelas 10, gelang bertuliskan nama Rafael Pratama itu benar benar masih terawat.
"kamu pergi, Raf" Naya tertawa lirih.
"kamu benar benar pergi"
hening sejenak, sebelum akhirnya notifikasi handphone membuatnya tersadar.
@rafaelprtmma menyukai postingan Anda.
Naya memukul kepalanya sendiri, ia berhalusinasi.
Naya memutar rekaman saat Rafael menyanyikannya sebuah lagu, lagu yang selalu terngiang ngiang untuk Naya.
'so take my hand, now, seen me, cause you make me into this man!!' suara Rafael terdengar penuh semangat, diiringi suara tawa dari Naya.
'you are that ive needed completing my world!'
'sayang nayaaa!'
Naya mematikan rekaman itu, kemudian, merebahkan dirinya diatas kasur, menutup matanya dan berusaha terlelap, ia masih berharap, semua yang terjadi hari ini hanya mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYA & RAFAEL (COMPLETE)
Jugendliteratur"Kita putus, itu kan yang lo mau ?" - Rafael Pratama ------------- Ini tentang Anaya Alfauziah dan Rafael Pratama, dua remaja yang dipertemukan pada kelas 10, dan berlanjut hingga kelas 12 meskipun dengan penuh lika liku yang keduanya harus jalani. ...