when people can be happy with their parents , why cant I ? I need it too , god- Anaya Alfauziah
Anaya Alfauziah, gadis cantik dengan rambut hitam lurus yang juga sering ia gelombangkan. Kini ia masih menduduki kelas 1 SMP, ia juga punya cita cita yang sederhana. bahagia bersama orangtua.
"Naya? belum pulang?" tanya Dika -salah satu teman sekelasnya-. Gadis berperawakan cukup pendek itu mengangguk. "kenapa? biasa nya lo pulang sama anya-sahabat nya"- Naya menghelah nafas berat. "Anya udah balik duluan, ibu nya masuk rumah sakit"
"yaudah balik bareng gue yuk? gue lagi gada tumpangan nih" Naya menggeleng cepat, "jangan, bukannya gue nolak tawaran lo Dik, tapi nanti gue dipukulin papa lagi gara gara pulang sama cowo"
Dika terdiam ia merasa kasian terhadap Naya. "yaudah telfon sodara lo aja, siapa kek gitu, jangan pulang sama ojol Nay, bahaya lo masih kecil, ntar dikira bocil esde" ledeknya kemudian menjulurkan lidahnya mengejek Naya. "Dik lo balik duluan aja, sana, hush hush" usirnya.
Naya terdiam , ia teringat kakak sepupunya bersekolah di SMA dekat SMP nya.
Anda :
Ka, kaka masih di sekolah kan?
Jemput gue dong, papa atau mama nggak
Ada yang jemput
Ka Caca :
Yaudah Nay, tunggu di halte depan ya.
Naya tersenyum lega, namun senyuman itu pudar Ketika ia melihat Topan -ayahnya- menjemput Dimas Angkarana Alfauziah alias adiknya. Ia hendak memanggil sang ayah namun ia mengurungkan niatnya, "percuma, Nay" batinnya.
Sedetik kemudian, ia dikejutkan dengan kehadiran Caca yang menggunakan seragam putih abu abu dengan motor scoopy hitam matte nya. "naik" titahnya, Naya hanya mengangguk kemudian menaiki motor Caca.
"lo pulang aja kak" Caca mengerutkan keningnya, "lo yakin gapapa kalo gue langsung?" tanya Caca , ia hanya takut adik sepupunya ini dimarahi dan dipukul meskipun tidak melakukan kesalahan sama sekali.
Naya tersenyum sembari mengangguk, "udah sono" meskipun terbesit dihatinya sedikit khawatir terhadap Naya, namun ia tetap berusaha berfikiran positif. "yaudah, gue duluan, kalo perlu apa apa telpon"
Naya memasuki rumahnya dengan perasaan sudah siap. "dari mana aja?" tanya Topan datar, "Naya nggak kemana mana, yah, cuman tadi Naya nggak ada tumpangan buat pulang, jadi harus nunggu kak Caca dulu" ucapnya sembari menunduk, takut untuk menatap mata sang ayah.
"PEKERJAAN KAMU DIRUMAH MASIH BANYAK!" bentak Topan tepat dihadapan wajah putri satu satunya itu. "KAMU ITU DIRUMAH NGGAK ADA GUNANYA! BEBAN BUAT MAMA ! BEBAN BUAT SEMUA ORANG!"
"KAMU NGERJAIN APA APA GAK ADA YANG BECUS! KALO BUKAN KARNA DIMAS, KAMU SUDAH SAYA USIR JAUH HARI SEBELUM HARI INI" bentaknya lagi, Naya memberanikan diri untuk mendongak dan menatap mata sang ayah dengan matanya yang sudah dipenuhi air mata yang mengalir laju di pipinya akibat bentakan ayahnya.
"karna Dimas ayah bilang?" ucapnya gemetar, "Dimas benci aku yah, dia pencitraan doang so soan ngebelain Naya, ayah gatau dia dibelakang ayah kaya gimana" lanjutnya.
Plak !
Satu tamparan pedas mendarat di pipi mulus Naya, "JANGAN FITNAH YANG ENGGA ENGGA SOAL DIMAS!" bentaknya lagi. Kemudian, Topan melangkah pergi dari sana, kini hanya tersisa Naya yang sedang berdiri di ambang pintu, dan Dimas yang berjalan mendekat ke arah kakak nya itu.
"gue baik kok, kak" ia menurunkan dirinya kemudian berbisik ditelinga Naya. "dimata ayah" lanjutnya kemudian tersenyum.
..
Naya menundukan dirinya di pinggiran kasur. Ia menatap foto dirinya yang tengah tersenyum di taman Bersama Dimas. "lo jahat, Mas" gumamnya.
Ia melirik seisi kamar nya, "gue akan pergi dari rumah sialan ini" gumamnya lagi. Ia berfikir sebentar , kemudian menjentikan jarinya lalu mengambil handphonenya.
Anda :
Ka , jemput gue ka , tapi lo di jendela kamar
Gue aja
Caca :
Ngapain ?
Anda :
Jemput aja kak
Dengan cepat ia mengunci pintu kamarnya, kemudian mengambil tas yang cukup besar, ia masukkan semua baju, perlengkapan sekolah dll. Naya sudah Lelah sekarang, bertahun tahun hidup Bersama orang tua, namun perlakuan yang ia dapat sangat buruk.
Caca masih sangat bingung dengan Naya, namun Naya hanya akan menceritakannya nanti setelah sampai di rumah. Sesampainya di rumah Caca , Auli dan Farid -mama dan bapak- Caca sedikit bingung dengan Naya.
"Naya.. kamu ngapain? kok sore sore gini kesini? bawa tas pula" tanya Farid penasaran, "Naya.. kabur dari rumah, Hehe"
"hah?" tanya Dewi -adik Caca- , Caca , Auli Dan Farid serempak. "Nay?" tanya Caca tak percaya. "Naya gatahan, om , tante"
"ah, yaudah kamu beresin barang barang kamu dulu dikamar Caca sama Dewi, nanti kamu tidur di bawah Dewi ya Nay" Naya mengangguk setuju. For your information, Caca ama Dewi itu satu kamar , Caca tidur si Kasur sendiri, sedangkan Dewi tidur di ranjang dua tingkat bagian atas.
Malamnya, Naya Caca dan Dewi tengah bermain permainan Monopoli, disana Caca lah yang tertua , sedangkan Dewi yang termuda. "gue lagi yang bangkrut !" teriak Naya.
"kasian deh lo, makanya harus beli yang mehong, terus kasi rumah kasi hotel, kaya gue, nih" ucap Caca sombong. "aa dede Naya makan sini !" teriak Auli memanggil ketiganya. Masing masing dari ketiganya menyimpan uang dan kartu negara masing masing, kemudian berlarian ke meja makan.
Diantara semuanya, Naya lah yang kelihatan paling Bahagia, momen momen makan Bersama yang selama ini ia impikan. "tante, Naya mau ituu" pintanya diiringi senyuman lebar di bibirnya.
"Naya kalo mau apa aja langsung ambil aja, ngga usah izin" ucap Farid.
Naya mengangguk cepat. Ia segera mengambil beberapa tempe goreng, tak lupa juga mengambil sayur kangkung kesukaannya sejak dulu. "Nay, gue ada sesuatu buat lo" ucap Caca sembari mengambil lauknya
"apaan kak?" tanya nya dengan tangan yang sudah mulai mengambil nasi dan lauknya. "ntar aja deng, nanti beberapa tahun lagi"
.
HADIAH APA YAA KIRA KIRA ?
PART SATU [1] SUDAH DIREVISI : 24/06/23
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYA & RAFAEL (COMPLETE)
Teen Fiction"Kita putus, itu kan yang lo mau ?" - Rafael Pratama ------------- Ini tentang Anaya Alfauziah dan Rafael Pratama, dua remaja yang dipertemukan pada kelas 10, dan berlanjut hingga kelas 12 meskipun dengan penuh lika liku yang keduanya harus jalani. ...