TERBONGKAR- 56

75 18 3
                                    

Naya dan Dimas telah sampai diambang pintu rumah. mereka berdua beratatapn sebentar, saling menyemangati karna tahu akan mendapatkan ocehan dari Liana.

ceklek. sebelum salah satu dari mereka ada yang mengetuk, Liana lebih dulu membukakan pintu dengan wajah datar. bukannya menanyakan secara lembut, Liana menampar pipi Naya cukup keras. ya, hanya Naya, bukan Dimas.

"ma? Naya salah apa?" ucap Naya gemetar menahan tangis. "kemana kalian berdua, hah?! berani kalian berpergian tanpa seizin mama? ngerasa udah besar kalian sekarang?!" ucap Liana membentak.

"ma, udah ma. biar Dimas yang jelasin, masuk dulu ya?" ucap Dimas menengahi. ketiganya masuk secara beriringan, kemudian duduk di sofa ruang tamu. "Dimas sama Naya ke bogor ngunjungin tante Nira, silaturahmi aja, ma. disamping itu juga Dimas ngajak Naya sama temen temen ka Naya buat healing Disana"

Liana menatap sendu kedua anaknya ini, kemudian ia menyuruh Naya duduk disampingnya. Naya menurut meskipun dengan kepala menunduk, ia duduk disamping Liana tanpa mendongakan kepalanya.

"Naya jujur sama mama, ya. Naya punya pacar?" intonasi yang digunakan Liana saat ini sangat lembut, sangat jarang Naya mendengar nada ini diberikan oleh Liana untuknya. tak hanya nada lembut itu, Liana juga mengelus ngelus kepala Naya.

bukannya menjawab, Naya hanya menangis dalam tundukannya, menangis karna ia sangat merindukan Liana yang ada dihadapannya sekarang. Liana yang lembut dan tidak kasar. Liana yang menyayanginya layaknya seorang ibu normal. Naya sangat lama tidak mendapatkan perlakuan ini, sangat sangat lama.

jika diibaratkan, hal ini adalah lengkara yang terjadi dihidupnya. sebuah kemudtahilan yang sering ia andai andaikan, yang ternyata terjadi tanpa ia minta.

"kenapa nangis?" tanya Liana masih sama lembutnya. "kalo Naya jujur, mama gaakan marah?" tanya Naya pelan. "tergantung siapa pacar kamu, Naya"

hening sebentar, sebelum akhirnya Naya yakin akan memberitahukan siapa pasangannya sekarang. "Naya punya pacar, ma. Rafael" ucapnya masih menundukkan kepala.

***

Naya memeluk erat guling yang ia jadikan sebagai tempat meluapkan segala masalah dan keluh kesah, gulingnya ia beri nama Rakael itu sudah banyak menyerap cairan air mata yang setiap harinya Naya keluarkan.

Naya tak sama sekali menggubris gedoran pintu dari Dimas, ia hanya terus menangis dengan kesunyian malam ini.

disuruh menyudahi hubungin dengan seorang yang benar benar ia cintai, itu sebuah masalah besar dan buruk yang Naya tidak pernah inginkan masalah itu hinggap di dirinya. Naya mencintai Rafael, sungguh itu tidak akan pernah pudar. sosok Rafael yang sudah lama ada dihatinya, dan dengan mudah Liana menyuruhnya menyudahi hubungin manis itu.

"KAK! BUKA PINTUNYA GUE BILANG, SIALAN! BUKA NAYA BUKA!" teriak Dimas sambal menggedor gedor pintu kamar Naya. Naya muak, Naya turun dari kasurnya kemudian berdiri dihadapan pontu dengan wajah memerah.

"KALO GUE BUKA PINTU INI APA BISA NGERUBAH KEPUTUSAN MAMA, HAH?! BISA?" ucap Naya membuat segala pergerakan Dimas berhenti. "lo gaakan tau rasanya di posisi gue, Dimas. gue mohon, biarin gue sendiri, jangan ganggu gue. biarin gue perang sama diri gue sendiri"

"gue pacaran sama Rafael itu salah banget kah Dim? se salah itu?"

"putus dengan Rafael, masih banyak cowok yang mau sama kamu. mama tidak suka dengan dia, kamu sendiri tau dia adik dari Genta. tidak tahu malu"

perkataan itu yang terus terngiang ditelinga Naya, yang jelas sangat menyakiti hatinya.

Naya kembali ke tempat tidurnya, kemudian mentap layer ponsel yang menunjukan Nama Rafael sedang memanggilnya Disana.

NAYA & RAFAEL  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang