KERIBUTAN - 47

64 12 0
                                    

"Raf kok ba-? , ASTAGFIRULLAH , NAYA KENAPA ?" ucap Livaska sedikit terkejut melihat Naya digendong oleh Rafael , Rafael tak menjawab namun langsung membawa Naya ke kamarnya , tak lupa dibuntuti Livaska dari belakang.

Rafael merebahkan Naya di kasurnya , ia melepas tas dan baju seragamnya , sekarang Rafael hanya mengenakan kaos dalam hitam. "Ma , Mama jagain Naya sebentar , Rafael ambil air panas"

Livaska memukul tangan anak tengahnya itu , kemudian memberi sedikit tatapan tajam. "EMANG kamu tau dimana letaknya air panas ? udah , Mama aja ! kamu disini temenan Naya" Livaska bangkit dari sisi Kasur Rafael , kemudian pergi meranjak ke dapur.

Rafael sedikit merebahkan dirinya disamping Naya , kemudian menggenggam tangan gadis itu. "Nay , buka matanya dong" Naya menurut , karna sejujurnya Naya masih sadar , hanya saja matanya sangat sulit dibuka.

"gapernah aku liat kamu separah ini" ucap Rafael kembali mengelus punggung tangan Naya. "emh , aku jelek , 'ya?" tanya Naya pelan.

Rafael menggeleng , kemudian merapikan rambut Naya. "ga , kamu cantik terus dimata aku"

"heh , minggir sana , mama aja yang ngobatin" Rafael berdecak sedikit , karna menurutnya Livaska sudah mengganggu aktifitasnya dengan Naya. "Naya senderan bisa nggak ? Tante bantuin sini" Livaska membantu Naya menggerakan tubuhnya.

selesain mengompres beberapa Lebam diwajah Naya , Livaska memberikan Rafael waktu untuk bicara dengan Naya , karna Livaska yakin Naya LEBIH terbuka dengan Rafael.

"sini peluk" perlahan Naya mulai menyenderkan kepalanya ke dada Rafael , Rafael memeluk Naya erat , sambal terus mengelus rambutnya. "kamu udah bisa cerita belum sama aku ? kalo belum nanti aja , gapapa"

Naya diam sebentar sebelum akhirnya membuka suara , "Ayah jahat ya , Raf"

"orang jahat kaya Ayah , kenapa ga dimasukin ke penjara ?" Rafael diam sambal memandangi wajah Naya dari atas , mata gadis itu menatap kebawah , kepalanya juga sedikit ia tundukan.

Rafael bingung akan memberikan jawaban apa , ia sendiri bingung dengan keadaan Naya sekarang. ia diam , LEBIH baik mengeratkan pelukannya disbanding harus menjawa pertanyaan Naya.

***

"ini Naya kemana sih ? kok ga masuk" ucap Beyya yang sekarang duduk diantara Ael dan juga Andhika. "tau , mana nomornya ga aktif lagi" Ael masih sibuk mengirimkan pesan kepada Naya , tak lupa juga beberapa kali menelfon gadis itu.

Aaron tak sengaja mendengar percakapan tiga manusia yang berada di depannya itu , kening nya sedikit mengerut. "Bey , Naya kenapa ?" tanya Aaron. "gatau gue , kalo gue tau juga gamungkin gue ngedumel dari tadi"

"yaudah sih , pulang sekolah langsung cus aja ke rumahnya" timpal Aaron kemudian kembali memainkan gamenya. Beyya serta dua cowok yang berada disamping kanan dan kirinya itu langsung menoleh kebelakang.

"terus lo ikut gitu ? bukannya lo putus ya sama Naya ?" Beyya membelalakan matanya mendengar ucapan dari Andhika , secara reflex Beyya menginjak sepatu putih bersih milik Andhika.

"heh , Dik. gue sama Naya putus , terus kami temenan , EMANG kaya lo , setelah putus kaya orang gakenal ?" Aaron sedikit mengulum tawanya yang sebenarnyya sebentar lagi akan pecah , namun ia tahan untuk memberi kesan mengejek seorang Andhika Margertisha.

"tau ah , babang Dika marah sama aa Aaron" Andhika pergi menjauh dari sana. "anjrit , banci"

***

Andhika , Ael , Beyya , dan Aaron sampai dirumah Naya berbarengan dengan Dimas yang memarkirkan motornya. Dimas menatap keempat orang itu , kemudian menghelah nafas seperti sudah tahu kenapa mereka dating kesini.

NAYA & RAFAEL  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang