ENDING-60

88 18 0
                                    

bulan November, tepatnya satu bulan setelah Anya dan Marcell terkurung didalam sel.

Naya sudah lama tak melihat dunia luar, hari ini kebetulan hari minggu, Naya ingin keluar dengan tujuan mengunjungi Anya untuk membahas sesuatu.

Naya masih dengan larutan kesedihannya, ia menatap dirinya dicermin. mata itu sudah lelah menangis, hingga hanya menyisakan bekas tangisan disana.
***
Naya sudah duduk berhadapan dengan Anya, Anya maupun Naya belum ada yang membuka suara.

"hai" ucap Naya ramah.

Anya menatap wajah Naya sekilas, kemudian tersenyum tipis. "ngapain ngunjungin gue, Nay? gue ga pant-"

"gue cuman mau liat keadaan lo, setelah berhasil bikin gue hancur berantakan" potong Naya cepat.

"gue, baik baik aja" ucap Anya dengan senyuman yang masih tertera disana. baju oren yang dikenakan Anya semakin membuat perasaan Naya campur aduk.

"Nay.. maafin gue" ucap Anya pelan. Naya tak ingin membuang buang waktu, ia tahu waktu yang diberikan pihak kepolisian tidak banyak.

"gue nyesel Nay, gue nyesel"

"kalo aja lo nyesel sebelum semuanya fatal kaya gini, gue yakin lo gaakan make baju oren sialan itu" ucap Naya datar

"bukan cuman gue sama Marcell, Nay." ucap Anya seolah memberi tahu.

Naya terdiam sebentar, sebelum akhirnya berdehem kecil.

"ada Geva, Jonathan, dan Queenza. bahkan didalam permainan yang gue buat, Nathan sempat terlibat. lo ingat masalah handphone lo yang tiba tiba ada ditangan Nathan waktu lo kelas 10? itu juga bagian dari plan gue"

"sialan, lanjutin" suruh Naya dengan intonasi mulai meninggi.

"kami ngelakuin semua ini bukan karna satu tujuan, kami punya tujuan masing masing buat ngehancurin lo, Nay. dan akhirnya gue pergi dari semua plan yang gue buat, mereka semua marah sama gue karna gue seenaknya ninggalin plan."

"terutama Geva, dia bener bener sayang sama Rafael dan dia punya tujuan yang sama kaya gue, buat ngancurin lo dan ngambil Rafael dari lo. tapi gue tetep pura pura gatau soal tujuan dia yang sama kaya gue, karna gue tau dia gaakan mau kerja sama lagi kalo dia tau apa tujuan gue"

"dan ternyata, gue yang membuat rencana, mereka yang dapat hasilnya. gue gapernah dapetin sekecil perhatian pun dari Rafael, apalagi hatinya.sedangkan Geva, dia setidaknya pernah berstatus pacar Rafael"

"jujur Anaya, gue yang ngomporin bokap nyokap lo supaya ga setuju sama hubungan lo berdua" finish Anya.

"persetan, Nya. lo temen yang paling gue percaya, malah kaya gini? emang ga waras" Naya terkekeh meremehkan.

Naya keluar dari ruangan, kemudian menatap satu petugas yang menunduk. "angkat ae kepala lo, gue gaakan ngebunuh lo, Om" Naya tertawa kecil.

"hehe, becanda Om." meihat pamannya -yang memang bagian dari kepolisian-- diam saja, Naya mengerutkan keningnya.

"Om Van, kenapa ih?"

"temen temen kamu mau ketemu sama Anya dan Marcell"
***
plak!
Teri menampar kencang pipi Anya, kemudian menatap penuh amarah kepada kedua temannya ini.

"malu maluin lo berdua anjing!!!!" frustasi Teri.

Beyya menggeleng gelengkan kepalanya, seolah tak menyangka kedua teman kecilnya ini berbuat kejahatan.

"cuman gara gara lo sesuka itu sama Rafael lo berakhir di penjara, Goblok! itu suka atau terobsesi, hah?!" ucap Teri kemudian menjambak kuat rambut Anya.

Anya diam saja, ia tahu ia salah. sedangkan Marcell, gadis itu sudah menangis sesegukan sejak tadi.

"Marcell, lo juga! lo kenapa kayak gini hah? kenapa lo ngikut ngikut brengsek kaya Anya?! lo dibayar berapa sama dia? lo butuh duit Cell? gue bisa tranfer berapapun itu yang lo mau!" bentak Teri.

"gue.. gue gatau, Ter. gue cuman mau berterima kasih sama Anya dengan cara ngikutin perintah dia, gue takut gabisa sekolah lagi Ter.." ucap Marcell disertai air mata yang terus mengalir deras.

"berterima kasih atas apa? apa hal yang mengharuskan banget lo nurutin kata kata bajingan ini? hah? jawab gue!"

"TERI! gue bisa sekolah di SMA favorit itu karna Anya! gue bukan anak dari orang ber uang kaya lo semua! gue beda Teri gue beda! bisa sekolah di SMA Jaya Bakti itu bener bener hal yang buat gue bersyukur, makanya gue nurut apa perintah Anya, Ter.." jelasnya gemetar.

"lo bayar Marcell berapa?" tanya Teri pada Anya.

"udahlah, Ter. Anya udah ga waras kan, ngapain lo ajak ngomong?" sindir Beyya kemudian kembali memainkan ponselnya.

"Anya bayar gue 10 juta setiap gue ngelakuin perintahnya" Marcell akhirnya buka suara.

"emang gila, sih. Lo berdua pantes terkurung dipenjara, bahkan sampai lo berdua membusuk" sarkasnya.

"time has run out" ucap Naya dengan santai dari ambang pintu.
***
Naya mengelus ngelus batu nisan bernamakan Rafael Pratama disana.

Naya sangat merindukan sosok ini, sangat sangat merindukan Rafael. ia heran, apakah Rafael sama sekali tidak niatan singgah kedalam mimpinya?

"sayang.. setidaknya mampir ke mimpi aku ya? aku pengen meluk kamu sekali lagi.." ucap Naya mulai kembali menangis,jahitan sementara itu kembali terbuka, menampilkan luka besar yang ada didalamnya.

Naya terduduk disamping makam kekasihnya, warna warna dihidupnya kembali menjadi abu abu sejak kematian Rafael.

suara suara tawa dari cowok itu seolah ditelan bumi, tak sekalipun Naya pernah mendengar lagi suara indah cowok ini.

"hei, ngapain nangisin dia lagi?" ucap seseorang disamping Naya. Naya menoleh karna suara yang ia dengar... sangat identik dengan kekasihnya.

entah ini benar atau hanya halusinasi Naya, ia benar benar melihat keberadaan Rafael yang tengah berjongkok menatap kearahnya.

"R-rafael?" Naya dengan tangan gemetarnya mencoba menyentuh tangan Rafael, dingin, tangan cowok itu sangat dingin.

"ya, sayangku? jangan nangisin Rafael lagi, udah udah, sini kalo mau peluk, aku mah kalo kamu mau peluk gaakan pernah bisa nolak" ucap Rafael kemudian tersenyum manis, cowok itu merentangkan tangannya.

Naya dengan cepat jatuh dipelukan Rafael, dapat Naya lihat wajah Rafael sangat pucat, sangat sangat pucat.

"Raf.. kamu kemana aja? kenapa ga pernah ngelukis warna warni lagi dihidup aku?"

"aku gabisa, Nay. dunia ga nerima aku lagi, hehe. tapi tenang aja lah kamu tuh, aku sayang baget tau sama kamu. hati ini masih seutuhnya buat kamu. tapi aku tau kok aku gabisa jadi milik kamu lagi, jadi... sama siapapun kamu berjodoh nanti, jangan lupa kunjungin aku terus, ya?"

"kamu berhak bahagia sama pilihan kamu, jangan terlalu lama berlarut larut dalam kesedihan. sebentar lagi juga kamu bakal lulus, terus kuliah, kerja, eh udah nikah aja ntar" ucap Rafael kemudian terkekeh.

"sayang, udah hampir maghrib. kamu pulang ya? aku juga mau pulang, kapan kapan kesini lagi ya? inget, kalo kamu udah punya pasangan nanti juga jangan lupa mampir kesini, kenalin juga orang yang kamu pilih nanti, pastiin orang itu bikin kamu bahagia, bahkan jauh lebih bahagia dibandingkan saat kamu sama aku. i love you more, Anaya"

NAYA & RAFAEL  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang