SUMPAAHH TADI PAS BUKA WP CEK READERS UDAH 1K AJA😭💗💗
POKONYA MAKASIH BANGET BUAT UANG UDA BACA SAMA NGASIH VOTE, SEHAT SEHAT YA KALIAN SEMUAAAA❤️❤️❤️
DI CHAP KALI INI AKU BIKIN AGAK PANJANG, SUKA YANG PANJANG PANJANG KAN YA? WGWGWG😂
HAPPY READING AND ALWAYS DON'T FORGET TO TAP STARS ICON!
OH YA, JANGAN BINGUNG KENAPA AARON GAJADI IKUT YA, KALIAN BISA TAU JELASNYA DI CHAP KALI INI.
***
Rafael sibuk memeluk Naya diatas kasur, tak perduli dengan ketukan pintu kamarnya yang terus berbunyi sejak tadi."Rafa ih Rafffaaaa! Kita kan mau ke rumahnya si Tante Nira ituuu! Cepet aaaaa, aku mau siap siaaapp!"
"Sebentar lagi ya?" Ucap Rafael semakin menghirup rambut Naya yang beraroma khas, Fruit Flavour, kesukaannya.
"Sayang ayo..." Rengek Naya dengan nada manja mampu membuat Rafael luluh dan melepas pelukannya.
"Tunggu bentar, El!" Rafael bangkit dari tidurannya kemudian langsung menuju kamar mandi, sedangkan Naya menuju ke pintu kamar untuk membukakan pintu.
"LO BERDUA NGAPAIN, ANJING?!" tanya Ael dengan nada kirang bersahabat.
"GAUSAH GILA FIKIRAN LO, GUE LAGI MALES BANGUN AJA TADI, SETAN!" Teriak Rafael dari dalam kamar mandi.
"Lo mikir yang ga ga ya El? Jahat banget lo?" Ucap Naya kemudian menggeleng geleng kan kepalanya
"Hehe, ampun, Nay Nay. Bercanda doang tadi, hehe. Ayo ah, udah ditungguin Dimas dibawah" Naya mengangguk kemudian kembali menutup pintu.
Setelah Rafael keluar, Naya sedikit menatap sangat pacarnya itu. "Rafael kebiasaan, ya! Kalo di kamar mandi itu jangan ter-"
"Shht, ganti baju sana," ucap Rafael setelah menutupi mulut Naya dengan tangannya.
"Jangan pakai baju yang terlalu terbuka ya, Cantik. Kamu cewe sendiri soalnya," Naya hanya membalasnya dengan deheman setelah ia sampai didepan lemari.
Naya memilih baju oversize dan celana highwaist, benar benar style kesukaan Rafael, Naya tahu itu.
Sweater rajut oversize berwarna hijau botol dan celana highwaist berwarna mocca.
"Iket apa ga rambutnya Raf?" Rafael menggeleng sambil terus memperhatikan Naya yang sedang sibuk dengan wajahnya.
Naya melirik Rafael dari cermin besar dihadapannya, kemudian bergidik ngeri melihat tatapan itu. "Matanya biasa aja, Sayang! Gausah dipelototin akunya!"
"Yang melototin kamu siapa?" Tanya Rafael datar dengan suara serak serak basah. Membuat Naya langsung ciut dan memilih tidak berdebat lagi soal itu.
Naya mengambil tas kecilnya, kemudian berjalan kecil ke arah Rafael. Memeluk lengan cowok itu, kemudian kembali melempar senyum manis kepada Rafael.
"Aaron gajadi ikut, karna aku ikut?" Tanya Rafael semakin mempererat tangannya yang memeluk pinggang Naya.
"Ih kok Rafael kaya gitu? Ya mungkin Aaron sibuk Raf.."
***
"Lah seriusan lo ga jadi ikut?" Tanya Rafael pada Aaton lewat telfon."Iya nih, Raf. Sorry banget, kasih tau juga sama Naya kalo gue gabisa"
"Yaudah, nanti gue sampein ke Naya"
***
"Halo Tan, Dimas udah di Bogor dari pagi tadi Tan. Tante bisa sharelock alamat rumah Tante? Dimas agak lupa soalnya,""Sial Dimm, sebentar ya, Tante kirim"
Tut, panggilan singkat itu berakhir. Naya memainkan jari jari Rafael tanda ia benar benar gugup sekarang.
Sekarang, semuanya berada didalam mobil, dan masing masing mata terfokus pada layar ponsel Dimas.
Ting, notifikasi dari Nira akhirnya terkirim. Dimas segera menuliskan pesan singkat kepada Nira, kemudian langsung menancapkan gas menuju lokasi.
Diperjalanan, Naya terus mengamati setiap taman pemakaman islam yang mereka lewati. Rafael yang melihat itu semakin tidak tega dan kasian kepada gadis ini.
Awalnya dimata Rafael, Naya bukan cewe menye menye yang mudah terluka. Dilihatnya, gadis mungil itu terlihat selalu tegar dan ceria.
Semakin ia mengenal lebih dalam sosok Naya, mampu membuat Rafael jatuh kedalam hati gadis itu. Rafael sadar, sebentar saja waktu yang diperlukan Naya untuk memikat lelaki keras kepala seperti Rafael.
Sesungguhnya, Naya itu rapuh. Jika banyak orang mengumbar ngumbar kesedihannya, tidak dengan Naya. Ia tidak ingin dikasihani, menurutnya sendiri ia sidah terbiasa dengan perlakuan tidak pantas dari Topan juga Liana.
Rafael menggenggam erat tangan Naya. Gadis itu tak kunjung membalikan pandangannya menghadap ke arah Rafael. Matanya terus menyusuri tiap jalan yang mereka lewati.
Dimas menghentikan mobilnya tak jauh dari rumah Nira, agar Naya dan teman temannya tidak terlihat oleh Nira.
"Dim," panggil Naya sedikit bergetar, jantungnya berdegup kencang sekarang. "Tenang aja kak, gue tau apa yang harus gue lakuin"
***
"Assalamualaikum, Tan!" Sapa Dimas kemudian memeluk Nira, seolah olah terlihat biasa saja dan tidak ada niatan lain selain berkunjung dan bersilaturahmi."Ahahahaa, Waalaikumsalam, Dimass! Kenapa kesini sendiri aja?? Kenapa ga ajak Ayah Mama? Ayo sini masuk, duduk dulu",
Dimas hanya tersenyum kemudian duduk di kursi ruang tamu. "Bi bikinin minum!"
Dimas segera mengaktifkan perekam suara dari ponselnya, kemudian menyelipkan ponsel itu di kantong celananya.
Setelah banyal ber basa-basi dan berbincang bincang, mungkin sudah saat yang tepat untuk mulai memasuki topik soal Argaz.
"Eh Tan, Tante... Pasti inget Argaz papanya Naya kan? Tante jangan kaget, Dimas, Naya udah tau semuanya"
Nira seketika terdiam bak membatu, tatapannya menatap dalam mata milik Dimas. "Ya, Tante ingat itu"
"Tante jelas tau, dimana makam Papahnya Naya kan? Tolong kasih tau Dimas, Tan"
"Jangan bawa bawa Tante, Tante tidak tau menau soal itu" Jelas Dimas tahu bahwa Nira berbohong.
***
THXXX
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYA & RAFAEL (COMPLETE)
Teen Fiction"Kita putus, itu kan yang lo mau ?" - Rafael Pratama ------------- Ini tentang Anaya Alfauziah dan Rafael Pratama, dua remaja yang dipertemukan pada kelas 10, dan berlanjut hingga kelas 12 meskipun dengan penuh lika liku yang keduanya harus jalani. ...