PAPA - 48

54 15 0
                                    

Naya terbangun dari tidurnya , ia akan sekolah hari ini. tak lupa menggunakan masker agar luka lukanya tidak terlalu kelihatan.

ia melengos melewati ruang tamu , tanpa menyalimi ATAU berpamitan dengan Liana. kepala Naya pusing , banyak pertanyaan dan masalah yang terkumpul didalam otak Naya , dan jelas dari sumber yang berbeda beda.

kemana teman temannya ? kemana Anya ? Marcell , Teri , Xixie , hingga hanya menyisakan Beyya seorang ? dimana papanya ? Naya ingin menangsi jika mengingat semua pertanyaan sialan itu.

Rafael sudah menunggunya didepan rumah , kemudian memasangkan helm ke kepala Naya. "gimana malem tadi , Sayang ?" tanya Rafael lembut yang membuat Naya menundukan kepalanya. "aku lawan Ayah.. aku gaakan dosa kan , Raf ?"

Rafael diam , kemudian mengelus tangan mungil Naya sebelum melajukan motornya.

***

disekolah , Naya dan Rafael duduk di dalam kelas , memang tak berduaan , ada nyamuk nyamuk seperti Beyya , Ael , dan Andhka yang diam diam menguping pembicaraan keduanya.

beda halnya dengan Aaron , cowok itu melempar pulpen ke kepala Ael dan Andhika. "jangan nguping , Sat. ntar telinga lo gede kaya gajah , mau lo ?"

"gaada yang nguping , sotoy amat lu"

Naya membuka tasnya , kemudian mengeluarkan buku dengan sampul berwarna coklat serta ada corak warna warni seperti pelangi di setiap sudutnya , Rafael yakin itu adalah buku diary milik Naya. "diary bukan sembarang diary , baaanyyaaaakk hal berharga didalam sini , dan kamu , adalah orang pertama yang aku percayain buat baca buku ini"

Naya menggeser buku itu kehadapan Rafael , kemudian dengan yakin menyuruh Rafael melihat dan Memabaca isi Diarynya sejak usia 12 tahun itu.

lembaran pertama..

Rafael mendapati foto Naya dengan rok biru malamnya , tak lupa tulisan tangan Naya dibawahnya.

'first day !' - 06.55 , 15 juli

'malu banget , baru hari pertama udah bikin kekacauan , huhuuuu :(' - 14.33 , 15 juli.

"kekacauan apa , Nay ?" tanya Rafael sambal membalik lembaran demi lembaran buku itu. "aku ribut sama kakak kelas , gegara dia nuduh aku ngambil hp dia , ngaco banget , jadi kami ribut dilapangan"

Rafael tertawa kecil , kemudian sampai ia dilembaran ke-12.

ini gambaran muka papah yang naya inget , ganteng sihh , ini gambaran akunya aja yang jelek , hehe !

lagi , dan lagi mama jawab ga tau , papah dimana sih ? masa aku terlahir tanpa papah ?

kalimat yang Naya tulis mampu membuat hati Rafael tergores , terlihat sangat menyakitkan. satu tangannya turun menggenggam tangan Naya.

lembaran berikutnya normal , sampai pergerakan Rafael berhenti di halaman ke - 29.

oh , papah aku udah gaada.

hahaaaaaaa , masa aku bisa lupa hal yang aku lihat dengan mata kpla aku sendiri sih ? wkakak

papah yang tenang ya Disana , Naya sayang papaaah ! <3

"Naya ? NAY , SADAR !"

***

Naya berada di UKS , tadi , Naya ambruk ke bahu Rafael , membuat seisi kelas panik dan langsung membawa Naya ke UKS.

kini Rafael yang menemaninya di uks , Naya belum juga sadar , membuat perasaan Rafael semakin kalut. "Naya Sayang bangun dong , buka matanya," ucap Rafael setengah berbisik sambiil mengelus kening Naya.

sudah hampir 30menit , gadisnya tak kujung membuka mata. Rafael semakin gelisah saat Naya tak kunjung membuka mata, Rafael melihat keringat Naya bercucuran, gadis itu juga terlihat ngos-ngosan.

"sayang? sayang.. bangun" ucap Rafael semakin mengeratkan genggaman tangannya. Rafael memutuskan membawa Naya kerumah sakit , tak lupa menggendong Naya menuju parkiran.

ditengah tegah perjalanan menggendong Naya, Rafael tak sengaja berpapasan dengan Pak Geza, "heh , Raf, mau kemana bawa Naya ?!"

"Rafael izin bawa Naya ke rumah sakit, Pak. permisi"

"Rafael," tanya Dokter Aben setelah memeriksa Naya, Rafael bangun kemudian mengangguk. "gimana Om ?" tanya Rafael yang sedang berbicara dengan Aben, pamannya. "pacar kamu kecapean aja, gapapa kok dia , tapi jangan langsung dibawah pulang , tunggu Om kasih obatnya nanti"

Rafael menghelah nafas lega, kemudian mengangguk. setelah Aben berpamitan, Rafael langsung masuk menghampiri Naya yang ternyata sudah bangun dari pingsannya.

Rafael duduk di samping brankar, kemudian menggenggam erat tangan Naya. "kamu kok bawa aku ke sini ? masih jam pelaran Raf"

"aku khawatir Naya.. , kamu bener bener bikin aku gelisah," ucap Rafael pelan sambil menatap mata Naya. "kamu kenapa ?" tanya Rafael memastikan. "aku ketemu papa..."

***

Naya berjalan dipinggiran jalan , ia kembali menghapus air matanya setelah menerima banyak makian dari Liana. Naya keluar dan berjalan tanpa tujuan , sambil terus menangis.

"Naya ? Naya kenapa nangis?.. hapus air matanya, ya? Papah ga suka" Naya menghentikan langkahnya saat seseorang berdiri dihadapannya. sambil mengusap seperti igin menghapus air mata Naya.

Naya masih memfokuskan matanya, memastikan siapa yang berada dihadapannya sekarang. Naya kembali meneteskan air matanya saat mengetahui, lelaki yang berada dihadapannya ekarang , Argaz, Papanya.

"Pah"

"Papah" Naya ambruk di pelukan lelaki itu , tubuhnya lemas, "iya, Sayangg , papah disini"

***

"sayang , lihat mata aku , tatap mata aku , Naya" ucap Rafael sambill menangkup kedua pipi Naya , Naya terus menunduk Smbari mengeluarkan air mata. Naya menatap mata Rafael , kemudian memeluk leher cowok itu.

Rafael mengelus ngelus rambut dan punggung Naya , sambill terus berusaha menenangkan. "fine , Naya. kita ke Bogor aja hari minggu nanti ya ? kita tanya tanya , kalo bisa kita kelilingin seluruh pemakaman yang ada di Bogor , secepetnya kita temuin Papa , ya ?"

Naya menggeleng pelan dipelukan Rafael , "gamungkin bisa Raf , Bogor luas.. gimana mau nyari ? nyusahin yang ada , Rafael..." lirih Naya pelan. "bisa.. hari minggu kan masih lama Sayang ? kita bisa cari tau dulu , kita gali dulu informasinya pelan pelan , kamu usaha sedikit ya ? Aku yakin kita sesegera mungkin bakal nemuin makam Papah"

Rafael mengecup singkat kening Naya , kemudian menurunkan Naya darri pangkuannya. "Aku panggilin Om Aben dulu , supaya kamu bisa cepet pulang" lagi dan lagi Rafael mengecup kening Naya , membuat Naya diam tak bergeming.

tak berselang lama , Rafael kembali dengan obat didalam plastik yang ia jinting. cowok yang masih mengenakan seragam itu dengan cepat memasukan obat kedalam tas Naya. Rafael mengulurkan tangannya , yang dengan sesegera mungkin disambut oleh Naya.

"pulang ?"

"takut , Raf" cicit Naya pelan. Rafael mencubit gemas pipi Naya, "gapapa , Sayang. kamu ajakin Dimas ngomong , suruh dia bantuin kita nyari Papah"

"hari minggu Nanti , kita liburan sama temen temen kamu. anggap aja.., kita nyari Papah , sambal liburan , kamu harus ada hal yang bikin bahagia juga Naya , supaya fikiran kamu bisa lebih luas"

"makasih , ya ?"

***

'udah lama up , dikit pula'

MAAF , GAADA WAKTU BUKA LAPTOP BUAT NGETIKK , MMAAFF SKLI LAGI YAA.

THANKS FOR 900+ READERS !

FOLLOW IG:

@urrcintaa

NAYA & RAFAEL  (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang