46. Pulang

466 46 7
                                    

Kak kalo cape bilang ya, nanti gantian nyetirnya "ucap Rara ketika sudah didalam mobil

Udah kamu tenang aja, kalo cape nanti kita berhenti dulu "sahut Gunawan

Kalo berhenti cari yang ada penjual kopi ya Kak "ucap Rara sambil nyengir

Gunawan menoleh. "No!"

Ish kenapa? Hampir 4 hari Rara belum minum kopi tau "kata Rara tak terima

Bohong, kemarin waktu dibawain susu sama Om, pasti buat ngopi kan? "selidik Gunawan

Enggak "sahut Rara malas

Ayah kamu bilang biasanya kamu tambahin susu itu ke kopi kamu "ucap Gunawan masih fokus menyetir

Iya, tapi kemarin enggak "ketus Rara

Dih.. Ko jadi ngambek sih "goda Gunawan

Ayolah Kak, Rara mau kopi "rengek Rara

Enggak Rara, nanti aja di Bali ya, kopi disana katanya enak "rayu Gunawan lembut

Tapi Rara maunya sekarang Kak "Rara memelas

Kenapa dia lucu banget sih kalo lagi kayak gini, makin seneng godainnya "gumam Gunawan dalam hati

Kak... "kali ini Rara memegang lengan Gunawan, dia berharap Gunawan mau menurutinya, tapi Gunawan hanya tersenyum

Karena merasa tidak ada jawaban dari Gunawan, Rara kembali merengek. Dia sudah tidak peduli apa tanggapan Gunawan terhadap sikap manjanya, rasa candunya pada kopi sudah diubun-ubun. Bayangkan saja, sudah hampir 4 hari dia tidak menikmati candunya, biasanya hanya 2 hari saja.

Kakak.... "kali ini Rara menggoyang-goyangkan lengan Gunawan dengan wajah memelas seperti anak kecil minta permen

Apa sih cantik? "Gunawan sengaja mengerjai Rara

Ish... Kakak jahat! "ketus Rara dan langsung membalikan badannya memunggungi Gunawan

Hey... Kok aku dibilang jahat sih. Jangan marah dong "rayu Gunawan menoel-noel lengan Rara

Jangan toel-toel! "ketus Rara

Senjata makan tuan ini mah, malah dia ngambek lagi "gumam Gunawan

Oke-oke kita ke SB ya. Jangan marah lagi dong "Gunawan menyerah, ia tak mau Rara benar-benar marah

Telat! "ketus Rara tanpa melihat Gunawan tapi dalam hatinya senang karena Gunawan mau menuruti keinginannya

Gunawan meraih tangan Rara, ia mengusapnya lembut "Maaf ya"

Rara luluh, ia menoleh ke arah Gunawan dan tersenyum manis "Iya"

Makasih ya "Gunawan membalas senyum Rara, tanpa sadar tangan kiri Gunawan dan tangan kanan Rara saling menggenggam.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tersadar dan saling melepaskan genggamannya juga saling melempar senyum. Setelahnya hanya ada keheningan karena mereka sama-sama gugup.

Aku udah izin ke Om buat ajak kamu ke India Ra "ucap Gunawan memecah keheningan

Terus Ayah bilang apa Kak? "tanya Rara was-was

Emang kamu belum bilang ya sama orangtua kamu? "tanya balik Gunawan

Belum, takutnya Rara yang kepedean "lirih Rara

Berarti kamu ga percaya sama aku? Padahal aku udah siapin tiketnya "ucap Gunawan lesu

Maaf Kak "ucap Rara tulus

Gapapa. Tapi sekarang kamu percaya kan? "tanya Gunawan datar tanpa melihat Rara

Iya Kak "sahut Rara

Hening kembali terjadi. Gunawan merasa kecewa karena Rara tidak percaya padanya. Tapi ia sadar, Rara juga tidak salah, yang dirasakan Rara sangat wajar mengingat saat ia mengajak Rara ke India, saat itu adalah awal dari pertemanan mereka, sangat sulit mempercayai orang sesingkat itu.

Berjuang BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang