118. Diktator

324 53 24
                                    

Wanita itu? Maksud Ayah Rara? "tanya Papih

Iya, kamu beritahu anakmu jangan sampai dibutakan oleh cinta "tajam kakek

Memangnya salah Rara apa Yah? "tanya Papih lagi

Kamu pikir Ayah tidak tahu apa yang baru saja terjadi dengannya, itu memalukan Erkant "bentak kakek

Tidak ada yang memalukan Ayah, justru Erkant bangga sama Rara, dia bisa menjadi warga negara yang taat hukum dan bisa menjadi contoh untuk semua orang diluar sana "sahut Papih santai

Jangan membela dia Erkant, apa kamu ga pikir dampaknya untuk reputasi kamu dan Indi. Berkali-kali dia membuat malu karena dramanya itu "ucap Kakek tak mau kalah

Drama apa Yah? Ini ga main-main Ayah, Rara benar-benar dipanggil KPK sebagai saksi, Ayah pikir siapa yang mau sih berurusan dengan hal seperti ini, salah ucap aja bisa membahayakan diri sendiri "Papih sudah tidak bisa menahan lagi emosinya

Erkant, apa nanti kata rekan-rekan bisnismu kalo tahu soal ini. Belum jadi menantu saja sudah seperti ini, apalagi nanti. Kamu mau lebih malu dari ini "tanya Kakek

Erkant dan Indi tidak pernah malu dengan masalah ini, Ayah bisa lihat sendiri seperti apa Indi mendukung Rara, bahkan Indi sendiri yang sibuk mempelajari kasus ini sampai akhirnya selesai. Sudahlah Ayah jangan cari-cari kesalahan Rara lagi, karena dimata kami Rara tetap seperti Rara yang kita kenal, tidak ada kesalahan fatal yang dia buat "ucap Papih tegas

Sudah ku bilang, semakin keras kau menentang mereka semakin kuat juga mereka mempertahankan Rara. Kenapa kamu ini keras kepala sekali Emir "kesal Nenek

Aku kesini ingin memberi kejutan untuk membantu kalian menyiapkan acara lamaran Indi, tapi malah aku dikejutkan dengan berita ini. Apa ini bukan pertanda kalo mereka memang tidak bisa bersama. Berarti Tuhan menunjukkan tidak merestui mereka, bukalah mata kalian "lantang Kakek

Deg
Rara mematung mendengar apa yang barusan Kakek ucapkan. Air matanya jatuh tiba-tiba. Dadanya sesak dan terasa sangat perih. Tubuhnya bergetar. Awalnya Rara hendak mengambil laptop Gunawan yang ketinggalan, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara tinggi Papih. Semakin didengar ternyata semakin sakit. Tapi Rara tak ingin membuat curiga semua orang, buru-buru dia menghapus air matanya dan memberanikan diri menemui mereka didalam.

Assalamualaikum... wah ada kakek sama nenek juga? Kapan datang  kek? "pertama Rara menyalimi Kakek

Barusan sayang, kamu katanya ke bandara "Nenek menyahuti lebih dulu tak mau suaminya berkata kasar kepada Rara

Iya Nek, ini Rara mau ambil laptop Kak Gun yang ketinggalan. Kalo gitu Rara panggil Kak Gun dulu ya biar nemuin kakek sama nenek sebelum berangkat "ucap Rara sopan

Tidak perlu nak, biar Nenek yang ke mobil, disana juga ada orangtuamu kan? "balas Nenek

Nenek dan Mamih beranjak menemui Gunawan dan orangtua Rara yang menunggu di mobil. Sedangkan Rara berjalan menuju ruang baca.

Rara "Hari terkejut melihat Rara ada disana

Hari, kamu juga disini? "tanya Rara

Bukannya kamu ke bandara? "tanya Hari panik, ia takut Rara mendengar obrolan Papih dan Kakeknya yang ia yakin sudah berdebat

Iya, balik bentar mau ambil ini punya Kak Gun "Rara menunjukkan laptop ditangannya

Kamu gapapa kan Ra? "tanya Hari khawatir

Gapapa Ri, ternyata disana tidak menakutkan seperti yang dibayangkan kok "Rara tersenyum tipis

Tapi bukan itu maksud Hari, ia ingin memperjelas pertanyaannya tapi takutnya memang Rara tidak mendengar apa-apa dirumah ini.

Syukurlah. Berarti Indi ada di depan? "tanya Hari mengalihkan

Rara mengangguk, lalu mereka berjalan bersama meninggalkan ruangan itu. Sampai diruang keluarga, disana masih ada Papih dan Kakek yang sama-sama diam dan saling membuang muka. Daritadi Kakek tak menyapa Rara sama sekali, bahkan air muka Kakek pun sama seperti pertama kali bertemu, dingin.

Rara permisi ya Kek "Rara menyalimi Kakek kembali namun tetap tak ada sepatah katapun yang keluar. Berbeda dengan Papih yang mengelus kepala Rara saat menyaliminya. Hari hanya menggelengkan kepalanya ke arah Papih saat melihat perlakuan kakek.

Sampai di pekarangan, ternyata orangtua Rara dan Nenek sedang berbincang sedikit. Sebenarnya Gunawan ingin menemui kakek tapi nenek mencegahnya, tak ingin Gunawan terbebani dengan perkataan suaminya nanti.

Jaga Rara, cepat pulang ya "bisik Hari pada Gunawan

Pasti. Abi kenapa kayaknya tegang gitu "Gunawan mengerutkan dahinya

Abi gapapa, sudah kamu hati-hati ya "Hari menepuk pundak Gunawan pelan

Mereka pun kembali menuju bandara, untungnya masih banyak waktu yang tersisa.

Kamu kok banyak diem sayang, ada apa? "tanya Gunawan karena sikap Rara berubah

Aku gapapa Kak, masih ngantuk aja "ucap Rara beralasan padahal tadi sebelum putar balik, Raralah yang paling ceria dan mencairkan suasana

Yaudah kamu tidur aja "ucap Gunawan mengusap kepala Rara

Rara mencoba memejamkan mata walaupun sebenarnya tidak mengantuk, ia tak mau membuat Gunawan khawatir.

Kembali kerumah Papih
Mih apa tadi Rara denger pertengkaran Papih sama Kakek? "tanya Hari was-was

Mamih juga belum memastikan Bi, tapi kalau Mamih tanya takutnya memang Rara tidak mendengar sama sekali. Mamih juga ga tahu sejak kapan Rara datang "sahut Mamih tak kalah khawatir

Tadi didalam Abi coba singgung tapi dari jawaban Rara, dia masih memikirkan soal kasusnya "ucap Hari

Semoga aja Rara ga denger apa-apa ya "harap Nenek

Kemudian Hari pamit pulang, di dalam Papih dan Kakek masih saja saling diam.

Jangan kau beri beban lagi buat Indi "tekan Nenek pada Kakek

Ayah maaf sebelumnya, Deva bukan ingin membela Rara, Deva hanya ingin bercerita. Rara adalah pribadi yang sangat sederhana Ayah. Dia berbeda dengan gadis-gadis lain di jaman sekarang. Deva banyak belajar dari Rara, semenjak ada Rara, Deva jadi lebih senang menghabiskan waktu dirumah. Tidak ada lagi Deva yang senang belanja, tidak ada lagi Deva yang selalu berburu barang-barang branded keluaran terbaru. Untuk itu tidak ada alasan Deva membenci Rara. Bagaimana perlakuan Rara kepada Indi pun begitu, Rara bukan hanya mencintai tapi dia sangat menghormati Indi sebagai lelaki "cerita Mamih panjang lebar

Ayah jangan lupa betapa tulusnya dia memaafkan Ayah, bahkan dia tak membenci Ayah sedikitpun. Bukan hanya Rara, orangtuanya pun sampai sekarang tidak pernah membahas itu. Kalau sampai ini terjadi lagi lalu mereka benar-benar pergi dari kehidupan Indi, bagaimana Ayah? Apa Ayah ingin Indi seperti dulu yang seolah tidak peduli dengan perempuan, Ayah ingin Indi trauma dengan kisah cintanya? "kesal Papih

Kakek seperti tertampar dengan ucapan Papih. Ia termenung, menghempaskan tubuhnya di sandaran sofa lalu memegang kepala dengan kedua tangannya.

Memangnya perempuan seperti apa yang kamu inginkan untuk Indi? "tanya Nenek

Kakek masih diam

Manusia tidak ada yang sempurna, setiap orang punya kekurangan, begitupun dengan Indi. Jangan jadi manusia yang egois karena berpikir anak kitalah yang paling sempurna. Tugas orangtua adalah mengingatkan mereka bukan mengatur, karena kita tidak tahu yang ada di dalam hatinya. Jangan sampai kita menyesal karena ulah kita sendiri. Kebahagiaan Indi hanya dia yang bisa merasakan. Deva saja yang mengandung dan melahirkannya tidak seperti kamu. Jadilah orangtua yang bijak jangan jadi orangtua DIKTATOR! "ucap Nenek penuh penekanan, lalu ia meninggalkan ruangan itu dan pergi ke kamarnya

Ibu benar, jangan sampai Ayah dibenci cucu sendiri "timpal Papih yang juga ikut pergi

Mamih sebenarnya juga kesal, tapi ia tak mau berbuat kasar kepada mertuanya ini.

Ayah istirahat aja dulu ya "ucap Mamih lembut

Setelah semuanya meninggalkan dirinya, kakek mulai berpikir, kata-kata yang diucapkan anak dan istrinya menggema dipikirannya. Bayangan saat ia memeluk Rara saat itu pun muncul. Kakek mengakui ketulusan Rara, tapi entahlah rasa khawatirnya belum juga runtuh.

Berjuang BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang