107. Keluarga yang utama

402 52 18
                                    

Kak, Rara mau mundur "lirih Rara

Deg... jantung Gunawan seakan berhenti mendengar kata "mundur". Kata itu masih menyimpan trauma untuknya. Lalu, kenapa Rara mengucapkannya saat ini, apa maksudnya. Apakah dirinya membuat kesalahan yang tidak bisa lagi dimaafkan, tapi selama ini mereka selalu bersama dan tidak pernah ada pertengkaran yang berarti, bahkan mereka sedang bekerjasama untuk mensukseskan anniversary THG.

Kenapa sayang? Aku minta maaf, tapi tolong jangan seperti ini. Kita hadapi sama-sama masalahnya ya, tolong maafkan aku sayang "ucap Gunawan sambil memohon

Rara mengerutkan dahinya, ia tak mengerti dengan ucapan Gunawan.

Ini juga bukan kemauan aku, bukan juga kemauan orangtua aku. Aku juga maunya secepatnya datang ke orangtua kamu. Aku mohon sabar sebentar lagi sayang, kita pasti menemukan waktunya "tambah Gunawan. Saat ini yang ada dipikirannya adalah waktu lamaran yang belum juga pasti sehingga membuat Rara berpikir untuk mundur.

Maksud Kakak gimana? "Rara semakin tidak mengerti, karena ucapan Gunawan semakin jauh

Kamu kecewa kan karena kita belum dapat tanggal lamaran? "tanya Gunawan hati-hati

Rara tersenyum lebar, sebenarnya ia ingin tertawa tapi ia urungkan karena takut Gunawan tersinggung. Rara menggenggam erat tangan Gunawan.

Sayang, kok mikirnya kesitu sih. Masalah itu kan kita lagi cari solusinya sama-sama. Aku ga pernah kecewa, karena aku tahu kita ini sama-sama punya jadwal yang padat begitupun dengan Papih dan Mamih. Lagian kita juga ngambil keputusannya dalam waktu yang cukup cepat, jadi wajar saja kalo bentrok dengan jadwal pekerjaan yang sudah ada "ucap Rara lembut

Terus maksud kamu, mundur dari apa? "tanya Gunawan

Mundur dari dunia entertaiment "jawab Rara cepat

Gunawan membulatkan matanya dengan sempurna, mulutnya sedikit menganga.

Hah kamu serius sayang? "pekik Gunawan

Sangat Kak "jawab Rara

Tapi kenapa? "tanya Gunawan

Rara melepaskan genggamannya, kini ia menyenderkan kepalanya di dada Gunawan, tangannya memainkan kancing kemeja Gunawan, kebiasaan yang dilakukannya agar bisa mendapat persetujuan Gunawan.

Jujur Kak, Rara lebih nyaman seperti ini. Bekerja dibalik layar lebih membuat hati Rara menjadi lebih tenang. Tampil didepan banyak orang sebagai idoa, itu adalah beban. Terlebih lagi banyak hal yang mereka ingin tahu dari kita, itu membuat kehidupan kita selalu disorot. Entah itu baik atau buruk, sama saja mereka akan selalu membicarakan kita. Jujur Kak, Rara mulai risih dengan semua itu. Apalagi akhir-akhir ini yang diberitakan tentang Rara semakin jauh dari kehidupan Rara yang sebenarnya. Rara juga ingin memberikan ketenangan untuk orangtua kita "ucap Rara

Sejak kapan kamu punya pikiran seperti ini sayang? "tanya Gunawan dengan selalu mengelus rambut Rara

Sejak Rara mencintai Kakak "ucap Rara malu-malu, ia menenggelamkan wajahnya di dada Gunawan

Hal ini membuat jantung Gunawan berdetak lebih cepat, bukan hanya Rara yang salting tapi Gunawan juga lebih salting mendengarnya.

Gombalnya "gemas Gunawan

Beneran Kak. Sejak itu Rara menjadi khawatir apa yang diberitakan soal Rara membuat Kakak semakin jauh dari Rara. Terlebih kemarin soal Kakek, Rara rasa beliau ada benarnya. Ditambah lagi banyaknya waktu yang Rara habiskan bersama Mamih membuat Rara lebih yakin, menghabiskan banyak waktu dirumah itu lebih berharga apalagi nanti saat kita berkeluarga "jelas Rara kembali ke posisi semula

Ayah dan Bunda gimana? "tanya Gunawan lembut

Kemarin Rara sudah bicara sama mereka dan alhamdulillah mereka mendukung keputusan Rara "sahut Rara

Berjuang BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang