121. Doa dan Harapan

333 52 22
                                    

Sampai dirumah, Gunawan langsung mencari kakeknya, tanpa basa-basi Gunawan langsung meluapkan emosinya.

Selamat Kakek berhasil menjalankan misi. Terimakasih sudah menghancurkan kebahagianku "Gunawan menjabat tangan Kakek

Mamih, Papih dan Nenek dibuat ternganga dengan ucapan Gunawan. Mereka memang sengaja menunggu Gunawan disana. Tapi mereka tak menyangka Gunawan akan berbicara seperti itu. Tak hanya mereka bertiga, Nia dan Hari pun tak menyangka Gunawan akan bicara seperti itu. Sungguh Nia paham, hati Abangnya tergores sangat dalam.

Apa maksud kamu Ndi? "tanya Kakek lembut

Ini kan yang Kakek mau, Rara pergi "ucap Gunawan dingin

Rara pergi? Maksudnya gimana Ndi? "panik Mamih

Gunawan menoleh kearah sang ibu, lalu memeluknya. Kembali ia menangis dipelukan ibunya.

Ada apa sayang? Kenapa kamu nangis Ndi? "tanya Mamih

Rara pergi Mih, sekarang Indi ga tahu Rara dimana, pasti Rara marah sama Indi Mih "ucap Gunawan sendu

Maksudnya gimana Ndi? Mamih ga ngerti "Mamih melepaskan pelukannya

Iya Mih, Rara sudah tahu semuanya. Indi ga tahu harus gimana sekarang Mih, Rara ga ada di apartemen, dihubungi juga ga bisa, asistennya pun sama. Indi harus cari Rara kemana Mih? "adu Gunawan

Mamih kembali memeluk anaknya, ia juga sama sedihnya saat ini. Mamih sama sekali tak menyangka ini akan terjadi, komunikasinya dengan Rara selalu baik, Rara sama sekali tak menunjukkan kekecawaan.

Bagus dong, itu tandanya dia tahu diri "celetuk Kakek dengan santainya

Kamu sudah tanya orangtuanya Ndi? "tanya Nenek

Tidak ada yang memperdulikan Kakek, mereka yang ada disana hanya fokus pada Gunawan.

Gunawan menggeleng "Indi malu Nek, Indi harus ngomong apa nanti, Indi juga takut Nek, takut mereka menjauhkan Rara dari Indi. Indi ga bisa Nek "Gunawan terduduk lemas

Ayah puas melihat Indi seperti ini? "bentak Papih

Kamu itu berlebihan Ndi. Rara sudah melakukan hal yang benar, sekarang kamu tinggal buka mata hati kamu, perempuan bukan dia saja, masih banyak yang lebih baik "ucap Kakek

Gunawan bangkit dari duduknya, kini ia berhadapan dengan kakeknya.

Kakek benar perempuan bukan dia saja dan masih banyak yang lebih baik, tapi itu menurut Kakek tidak untuk Indi. Sampai kapanpun Indi akan tetap bersama Rara, Indi tidak peduli Kakek setuju atau tidak dan Indi akan buktikan pilihan Indi tidak salah. Terimakasih karena Kakek sudah memberikan motivasi terbesar untuk mempertahankan Rara "ucap Gunawan dengan penuh penekanan

Abi, Nyinyi ayo kita pulang "Gunawan meninggalkan ruangan dan semua penghuninya

Tanpa basa-basi, Hari dan Nia mengikuti langkah Gunawan. Mamih dan Papih tidak berniat mencegahnya, mereka tahu saat ini anaknya butuh waktu untuk menenangkan diri. Mamih hanya bisa menangis, ia yakin dibalik ucapan anaknya yang tegas ada hati yang rapuh. Baru kali ini Gunawan menangis karena perempuan dan baru kali ini juga Gunawan menentang kakeknya mati-matian.

Ini kan yang kamu inginkan? "tanya Nenek tajam

Tentu, dia sangat baik tanpa diminta pun sudah pergi lebih dulu "sahut Kakek

Dan sebentar lagi kamu juga akan kehilangan cucu kesayanganmu, tunggu saja karena semuanya sudah dimulai "ucap Nenek lalu menarik tangan Papih dan Mamih pergi darisana

Lagi - lagi Kakek terdiam mendengar ucapan Nenek yang begitu menusuk dihatinya. Ia memang masih menginginkan Rara pergi dari kehidupan Gunawan tapi bukan dengan cara Gunawan membencinya. Sebenarnya ia mencoba untuk menerima Rara kembali, tapi mendengar Rara pergi ada rasa kemenangan yang Kakek rasakan, sifat egoisnya pun muncul tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Sementara Rara baru saja sampai di pondok milik keluarga istri dari om nya, ya yang ia sebut Abi dan Umi adalah Om dan Tantenya yang memang tinggal dan mengajar di sebuah pesantren di Garut. Perasaan damai langsung menyeruak saat Rara menatap bangunan didepannya. Sedikitnya ia bisa melupakan sejenak permasalahan hidupnya saat ini. Ada perasaan senang saat melihat para santri wara-wiri dihadapannya. Karena harus tinggal beberapa hari disana, Rara dan Dini juga harus menyesuaikan pakaiannya selama disana.

Rara dan Dini disambut dengan baik disana, mereka langsung diajak berkeliling ke seluruh penjuru pesantren, kecuali daerah para santriwan. Umi juga menjelaskan kegiatan yang biasa dilakukan santri seharian penuh. Baru beberapa jam disana Rara sudah merasa sangat nyaman, apalagi dia bisa melupakan kesedihannya. Berbaur dengan para santri, mendengar cerita mereka membuat Rara mempunyai pengalaman spiritual yang baru. Mulai dari membantu para santri memasak hingga mengikuti kajian Rara lakukan dengan senang hati. Malam pun Rara lewati dengan tenang, tidur pun bisa nyenyak karena sebelumnya Rara sempat tadarus bersama para santri.

Gue seneng Ra lihat tidur lo sepulas ini, semoga lo bisa segera menyelesaikan masalah lo "gumam Dini saat menatap Rara

Berbeda dengan Gunawan yang terus menunggu kabar Rara. Sejak sampai rumah, ia mencoba berfikir positif untuk menunggu kabar dari Rara. Ia harap ponsel Rara dan Dini memang habis baterai sampai tidak bisa dihubungi. Ia tak mau gegabah untuk langsung menayakan Rara kepada orangtuanya. Ia juga belum siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul dari orangtua Rara.

Ndi ga kamu coba tanya sama manajer aja? "usul Hari

Astagfirullah kenapa Indi ga kepikiran kesitu ya Bi "Gunawan menepuk jidatnya pelan

Tiba-tiba saat Gunawan akan menyentuh icon berwarna hijau itu, mereka dikagetkan dengan suara cempreng seseorang, siapa lagi kalau bukan si bungsu.

Assalamualaikum "ucapnya penuh ceria

Wih ada Abang, kangen "Meli berlari memeluk Gunawan

Kangen tahu "ucapnya dalam pelukan Gunawan

Sama sayang "Gunawan mengelus kepala Meli

Jadi kapan nih? Ucu bantu apa Bang? Perawatan khusus aja buat Kak Rara ya "cerocos Meli tanpa tahu masalah yang sebenarnya

Ucu "tegur Nia

Meli menoleh dan mendapat gelengan kepala dari Nia.

Kenapa sih kok mukanya pada tegang begini "tanya Meli

Sini Cu "Hari memberi kode agar duduk disampingnya

Setelah Meli duduk disampingnya, Hari menceritakan apa yang terjadi pada Gunawan dan Rara sekarang.

Bener-bener ya si Kakek, jadi orangtua kok keras kepala banget "umpat Meli

Jadi lamarannya batal Bi? "bisik Meli

Sssst jangan bilang gitu dong, kita doain Rara ga beneran pergi "ucap Hari

Kak Usi juga ga tahu Rara dimana, terakhir kontak kemarin katanya "ucap Gunawan lesu setelah menghubungi Usi

Indi ke kamar dulu ya "tambahnya lalu pergi darisana

Ucu ga tega lihat abang begitu, hati Ucu sakit "ucap Meli

Sama Cu, apalagi tadi dia sempet nangis dipelukan aku Cu "ucap Nia

Kita harus gimana Bi? Cari Kak Rara kemana? "tanya Meli

Abi juga ga tahu Cu, Indi ga mau menghubungi orangtua Rara, dia malu katanya "sahut Hari

Semoga Kak Rara hanya butuh waktu sendiri 1-2 hari ya Bi untuk menenangkan diri "harap Meli

Amiiin... kita doakan sama-sama ya "ucap Hari

Sedangkan dikamarnya Gunawan sedang membuka galeri di ponselnya. Ia tersenyum karena foto pertama yang tampil adalah foto saat rara tertidur di mobilnya. Semakin ia geser semakin membuatnya rindu pada gadisnya.

Kamu lagi apa sayang? Hari ini kamu boleh sendiri, besok kabarin aku ya. Baik-baik disana. Miss you "gumam Gunawan sambil memandangi foto Rara

Berjuang BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang