8 : K24E76M18A09T77I16A54N

753 117 8
                                    

Petunjuk judul : baca hurufnya saja.

Bab 8

Hari menjelang sore, Nesya dan ketiga temannya datang ke tempat kerja Maya, atas arahan dari Arash. Sejak dari markas tadi, sebetulnya Nesya merasa ada yang aneh, perasaannya tidak enak. Seolah dia berpikiran kalau akan ada hal menakutkan terjadi kali ini.

Apa mungkin perasaan tidak enak tersebut sebab Nesya yang membolos les? Sibuk dengan penelitian ini, Nesya sampai lupa dengan jadwal bimbelnya. Padahal orang tuanya sudah mewanti-wanti supaya Nesya rajin belajar. Tapi sudahlah, Nesya juga manusia. Hanya saja sifat dan kelebihan yang membuatnya berbeda dari kebanyakan manusia.

Nesya itu, istimewa.

"Itu Kak Maya."

Mereka berempat memasuki toko baju tempat Maya bekerja. Maya pun sempat kaget dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba. Ditambah, tatapan Raihan kini penuh dengan intimidasi.

"Kalian ada apa ke sini?" Maya menatap satu per satu wajah itu. Dia paling mengenali Arash, sepupunya. Kalau untuk wajah Nesya dan Farida dia sudah agak lupa dengan dua adik kelasnya itu. Sementara kalau Raihan, itu sangat asing di mata Maya.

"May, jawab jujur! Lo pernah kuliah?" Arash bertanya.

Maya menggeleng. Itu pun yang Arash tahu Maya memang tidak pernah kuliah.

"Bohong!" sambar Raihan. Mungkin kalau tidak di tempat umum, barangkali Raihan sudah meledak-ledak sejak tadi.

"Buat apa gue bohong? Gue aja yatim-piatu, ekonomi gue pas-pasan, buat kuliah mana mungkin gue ada uang!" jawab Maya serius. Meski semua di sini tahu, kalau Maya menutupi sesuatu.

"Tapi kenapa nama lo ada di daftar ini!" Raihan menunjukkan file yang berisi daftar nama peserta UTBK tahun lalu. Terpampang jelas nama dan foto Maya di sana.

"Ya-ya i-itu...," balas Maya terbata.

"IYA APA?!" bentak Raihan.

Raihan sudah tidak bisa sabar lagi. Melihat Maya saja dia sudah panas dingin.

"Rai, tahan! Kita tanya baik-baik dulu, jangan pakai emosi!" tegur Nesya.

"Tahu nih, kulkas! Main nyamber aja!" celetuk Arash.

Mereka pun akhirnya melanjutkan obrolan di luar toko. Kebetulan jam kerja Maya memang sudah habis sore ini.

"Jujur ke kita, tahun lalu lo pakai joki, kan?"

Maya terlihat gugup. Dia rasanya ingin menyangkal tidak, sebab dia sudah berjanji untuk tidak membocorkan apa pun mengenai kejadian satu tahun lalu. Tapi mereka terus mendesak dengan bukti-bukti yang sudah jelas adanya. Jadi mana mungkin Maya bisa berbohong? Sementara kini dirinya berhadapan dengan orang yang bukan sembarangan.

"Kak Maya jawab, dong!" Nesya ikut memaksa. Dia dari tadi menatap bola mata Maya, ada rasa takut yang membebani pikiran Maya. Nesya tahu itu, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan.

"May, lo tinggal jawab, iya atau enggak. Kita tuh nggak punya banyak waktu, May, buat nunggu lo mikir!" ucap Arash.

"Gimana cara gue jelasinnya? Gue bingung! Gue juga nggak tahu kenapa kalian tiba-tiba menginterogasi gue dan nanyain soal itu? Jujur, gue takut sama semua ini. Gue cuma mau tenang, tolong jangan ganggu!" Maya bangkit dan hendak pergi. Tapi dengan cepat, Farida menarik tangannya karena posisinya berdekatan.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang