1 : VWRRS QOASFO | E=S

1.5K 163 23
                                    

Nggak lupa kan sama bahasa panda? 😁

~Bab 1~

Tanggal 29 Maret kemarin adalah hari paling bersejarah bagi angkatan 2022. Tapi menjadi hal paling menganggetkan bagi para siswa SMA Indonesia Persada. Tak sedikit dari mereka yang gagal, melakukan sebuah penyelidikan bahkan sampai beberapa mengirim sebuah surat terbuka kepada Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi, sebagai aksi protes mereka. Namun, apakah hal itu ditanggapi oleh lembaga tersebut? Jelas tidak. Karena keputusan yang telah ditetapkan mutlak dan tidak bisa diubah.

Berbagai strategi kini sudah diatur apik oleh para siswa untuk mengikuti jalur masuk berikutnya, yakni SBMPTN.

"Eh, kalian udah daftar SBMPTN?"

"Gue belum, sih. Ntar aja, deh, biar dapat gelombang dua. Siapa tahu ntar dapat bocoran soal."

"Udah semalam. Penuh perjuangan banget, karena webnya tuh tiba-tiba error. Untungnya pas dicoba lagi bisa."

"Dapat tanggal berapa sama sesi berapa?"

"Anjir banget! Gue hari pertama sesi pertama juga. Mana gue belum nyicil belajar UTBK sama sekali lagi!"

"Wah, sama, dong. Btw, gue di UI, lo di mana?"

Nesya mendengar teman-temannya membicarakan mengenai pendaftaran SBMPTN sewaktu jam istirahat. Sejak pagi tadi, seluruh sekolah asyik membahas tentang UTBK yang akan dilaksanakan pada bulan Mei nanti. Tapi yang terus Nesya pikirkan bukan soal itu, melainkan tentang penjoki yang sampai saat ini memenuhi kepalanya. Apa sebenarnya yang dimaksud penjoki?

"Nesya, Ibu boleh minta tolong?" Suara Bu Rafi menganggetkan lamunan Nesya.

"Eh, iya, Bu. Kenapa?" balas Nesya.

"Tolong kamu kasih ini ke Imel, ya. Tadi pagi dia lupa bawa kartu peserta ujian. Makanya tadi dia tidak diperbolehkan masuk ruangan." Bu Rafi memberikan kartu ujian milik Imel kepada Nesya. Nesya menerimanya dengan anggukan sopan.

"Baik, Bu. Saya ke ruang kelasnya Imel sekarang, ya."

Nesya segera bangkit dari kursinya, berjalan menuju ruang kelas Imel yang tepat bersebelahan dari kelasnya. Nesya masuk dengan pandangan lurus ke depan. Dia tidak peduli sekalipun anak-anak menganggapnya sombong. Karena Nesya memang tidak suka dan sebetulnya malas bergaul dengan Imel dan teman-temannya.

"Cari siapa, Nes?" tanya seseorang.

"Cuma mau kasih kartu ujiannya Imel," jawab Nesya seadanya.

"Oh, taruh aja di laci mejanya. Anaknya lagi ke kantin."

"Oke."

Tak sengaja, tangan Nesya menyenggol sesuatu. Seperti sebuah kancing baju yang ada di dalam laci meja Imel. Karena penasaran Nesya pun mengambilnya.

 Karena penasaran Nesya pun mengambilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini apa?" ucap Nesya lirih.

Gadis itu memperhatikan lagi benda yang dia temukan. Ini bukan kancing baju, seperti klip namun lebih terlihat seperti hidden camera.

"Ini bukan kancing baju, tapi kamera. Buat apa Imel pakai benda ini?"

Nesya tidak sadar kalau dirinya sejak tadi diamati oleh teman-teman Imel. "Nesya!" bentak mereka.

"Udah di taruh di laci meja." Nesya segera keluar dari ruangan itu. Tanpa sepengetahuan mereka, Nesya berhasil mengambil kamera kecil di laci meja Imel tadi. Sekarang Nesya buru-buru mencari tempat sepi, agar tak seorang pun lihat apa yang dilakukannya.

"Nggak ada wifi. Benda ini juga nggak pakai bluetooth. Ini sih harus disambungin pakai USB."

Sekarang satu pertanyaan Nesya, apa tujuan Imel dengan benda itu?

"Apa Imel sudah merencanakan sesuatu?" Nesya terlihat berpikir. "Apa untuk UTBK?"

****

Melupakan kejadian yang sempat memenuhi pikirannya, akhirnya Nesya bisa pulang ke rumah dan mengistirahatkan badannya. Sekarang hidup Nesya seperti kehilangan tujuan. Seolah seperti kapal yang terombang-ambing dan kehilangan arah berlayarnya.

"Gue daftar nggak, ya?" Nesya bimbang dengan keputusannya. Dia khawatir kalau semuanya akan sia-sia lagi. Kini harapannya untuk masuk kampus sastra pun harus kandas. Bahkan kampus yang terbilang tidak top saja dengan mudah menolaknya.

"Nesya!" Suara ayahnya terdengar sedikit membentak. Nesya pun segera keluar dari kamarnya untuk menemui sang ayah sebelum dia kena omel.

"Ada apa, Yah?" Tubuh Nesya sudah gemetar. "Nesya buat salah apa?" Bagi Nesya, kedua orang tuanya seperti monster. Apa pun yang dia lakukan selalu dianggap salah. Nesya juga sering dimarahi hanya karena permasalahan kecil. Nesya cukup tahu diri, dia hanyalah anak angkat. Dan tidak seharusnya dia iri dengan Rio, adiknya, yang mendapatkan kasih sayang lebih.

"Cepat ganti baju! Kita akan pergi ke rumah Om Romi. Mereka menggelar syukuran untuk Kayla karena sudah lulus SNMPTN," kata ayahnya.

"Nesya nggak ikut, Yah." Nesya hanya tidak mau kalau nanti sampai dibanding-bandingkan dengan sepupunya itu karena dirinya tidak seberuntung Kayla.

"Harus ikut! Memangnya kamu itu nggak mau ngucapin selamat buat Kayla?!" Ibunya pun menyambar sambil menggendong Rio yang sudah rapi dengan pakaiannya.

"Tapi Nesya capek, Ma. Nesya baru pulang sekolah."

"Ya apa salahnya kalau kamu ikut? Lagian Kayla itu hebat, perlu dapat apresiasi. Nggak gampang loh bisa masuk PTN top. Nggak kayak kamu!" celetuk Fara.

"Stop, Ma! Stop bandingin aku sama anak orang! Lagian bukan cuma aku yang nggak lolos, teman-teman semua banyak yg nggak lolos. Tapi orang tua mereka nggak kayak kalian, yang nggak nuntut anaknya buat jadi sempurna!"

Plak!

Nesya menjerit lirih sewaktu Farhan menampar pipinya. Mungkin kalau kedua orang tua kandung Nesya masih ada, barangkali hidup Nesya tidak akan terkekang seperti ini.

"Sakit, Yah!"

"Sakit? Lebih sakit kita sebagai orang tua yang ngerasa malu punya anak yang berkali-kali gagal seperti kamu! Kita sudah baik mau merawat kamu, tapi kamu apa? Bisanya cuma nyusahin!"

"Nesya tahu kalau Nesya cuma anak pungut, tapi Nesya bakal buktiin ke Mama sama Ayah kalau Nesya juga bisa masuk PTN top. Nesya bakal ikut UTBK, dan Nesya yakin Nesya bakal lolos kali ini!"

"Oh, bagus! Buktikan ucapan kamu itu, Nesya! Kamu harus dapat skor 800!"

Kehidupan yang Nesya jalani keras. Semua orang di keluarganya selalu menuntut dirinya untuk sempurna. Nesya kadang susah untuk mengimbangi mereka yang memang punya kemampuan luar biasa. Banyak dari kerabatnya bisa masuk Universitas terbaik bahkan sampai ke luar negeri. Tidak ada tuh dalam sejarah keluarganya yang tidak lolos SNMPTN. Semuanya beruntung, kecuali Nesya.

To be continued...

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang