39 : Broken Plans

489 81 28
                                    

Don't forget to vote this part!

●●●


01 Mei 2022

Satu hari sebelum hari raya, pagi itu rumah Bu Lida sudah penuh dengan para tamu. Bukan untuk saling bermaafan, melainkan untuk mengucapkan duka cita atas kepergian keponakannya.

Bu Lida pikir ini adalah hari paling mengerikan. Bu Lida pikir ini adalah tahun paling berat. Detik dimana satu per satu keluarganya pergi, menyisakan dirinya seorang. Namun dibalik itu, Bu Lida tidak pernah memiliki pikiran untuk segera menikah. Mungkin usia sudah menjadi hambatan. Tahun ini dirinya sudah berkepala empat. Lagipula, pria mana yang mau menikahi wanita tua seperti dia? Seolah itu menjadi pertanyaan paling menakutkan.

"Selamat jalan, sayang."

Sofia rasanya ingin sekali menangis. Dia iba melihat Bu Lida mencium kening jenazah yang sudah berselimut kain kafan.

"Pulanglah ke rumah yang seharusnya. Nanti Tri bisa ketemu lagi sama mama papa Tri. Tante minta maaf tidak bisa menjaga kamu."

"Bu, Sofia minta maaf, ya. Semua salah Sofia."

Bu Lida langsung memeluk Sofia. Meski bukan siapa-siapa, tapi rasa sayang Bu Lida pada gadis itu terlalu over. Beliau selama ini tidak pernah merasakan punya seorang anak. Kehadiran Triani padanya adalah anugerah. Tapi beliau sadar bahwa itu hanya titipan. Dan sekarang ada Sofia yang menggantikan posisi itu.

"Bukan salah kamu, Sofia, bukan. Maafkan Triani sudah mencoba untuk mencelakai kamu. Ibu minta maaf, ya, selama ini tidak pernah tahu kelakuan Triani. Ibu terlalu fokus mengurus asrama sampai lupa memperhatikan dia. Maafkan dia, Sofia."

Bagi Sofia, Bu Lida adalah malaikat dengan sayap yang indah. Namun kini sayap itu remuk perlahan.

"Bu Lida yang kuat. Sofia ada di sini buat Ibu."

Satu hal yang tidak beliau sangka, ternyata anak-anak didiknya di asrama pun menyempatkan untuk datang dan berbela sungkawa. Tapi hal itu membuat Sofia harus bertemu dengan Galih. Dia paling malas ketika harus bertemu laki-laki itu.

"Bu, kita turut berduka cita ya."

Sampai akhirnya, jenazah sudah tiba di pemakaman. Di depan matanya, Bu Lida melihat dengan jelas jenazah keponakannya diturunkan ke liang lahat. Hatinya hancur.

Dia pantas menerima itu.

Perasaan bingung.

Seharusnya Sofia senang, karena orang yang mencoba mencelakainya kini telah pergi. Namun, Sofia juga tidak tega melihat Bu Lida sehancur itu.

"Bu, ayo pulang. Bu Lida harus istirahat. Atau Bu Lida mau ke asrama, di sana ada anak-anak yang bisa menemani Bu Lida."

Wanita paruh baya itu mengangguk.

"Tapi Sofia izin pamit, ya, Bu. Sofia ada urusan. Nanti Sofia jemput Ibu ke asrama kalau udah selesai." Sofia mencium punggung tangan Bu Lida. "Teman-teman, titip Bu Lida, ya."

"Lo mau ke mana, Sof?" Galih bertanya penasaran. Atau Sofia yang selalu membuatnya seperti harus memecahkan teka-teki.

"Lo nggak perlu tahu!"

***

"Hallo, every one."

Suara itu seketika mengejutkan tiga orang yang sudah fokus menyusun rencana. 

"Sorry, guys. I'm late."

"You're just in time. Nggak apa-apa. Asal lo masih tahu caranya minta maaf. Nggak kayak orang itu," kata Raihan tertuju pada Arash.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang