51 : Perfect Mission

550 77 39
                                    

Yeah udah tiba di misi besar-besaran mereka di Jogja. Pastikan udah atur posisi yang nyaman ya buat baca bab ini. Soalnya ini babnya bakal panjang banget. Sekitar 4k word. Dan pastikan nggak ada scene yang kalian skip ya. Karena sayang banget kalau di skip :(

Oiya aku bikin trailer, nanti aku drop di bawah ya.
Selamat membaca, semoga nggak gila gara2 bab ini ^_^

•••

Kita nggak perlu tahu mereka nempatin meja dan komputer nomor berapa. Kita cuma perlu tahu ciri-ciri komputer yang udah di sabotase sama ordal.

***

Enam jam sebelum menerobos gerbang kampus. Mobil Raihan memasuki pelataran sebuah rumah---yang agak sedikit klasik untuk ukuran rumah masa kini---tempat mereka akan menginap selama aksi berlangsung. Raihan sempat mengatakan bahwa mereka akan tinggal di vila milik ayahnya sebelum Tirta berusaha untuk mengambil alih vila itu sebagai markas anak-anak pengguna jasa joki tersebut.

Penjaga vila sedikit kaget begitu empat orang yang akan menempati vila ternyata dua laki-laki dan dua perempuan. Keresahan muncul di pikiran penjaga vila perihal mereka. Meski Raihan sempat meyakinkan bahwa mereka---dengan sangat berbohong---adalah saudara, penjaga vila menemukan sesuatu yang aneh begitu satu per satu mata keempat anak itu ditatapnya.

"Baiklah jika memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi saya akan melakukan kunjungan dua hari sekali untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja. Karena bagaimanapun, vila ini ada di pemukiman yang padat penduduk. Warga sekitar mungkin merasa kurang nyaman dengan itu."

Nesya menurunkan kopernya dari bagasi. Dari ketiga orang lainnya, dirinyalah yang paling rempong dengan barang-barang yang tidak penting. Sofia hanya membawa satu ransel besar dan sebuah tas jinjing kecil, sementara kedua laki-laki brengsek itu cukup hanya dengan satu ransel saja. Itu pun terlihat sedikit kempes karena laki-laki memang tidak terlalu membutuhkan banyak barang. Kecuali satu, Raihan dengan gitar kunonya dan Arash bersama seekor anjing kecil---selama ini dia tidak pernah memberitahu teman-teman jika punya hewan peliharaan.

Sebenarnya itu anjing peliharaan Sabita. Gadis kecil itu dan ibunya sempat menginap di rumahnya malam kemarin. Dan Arash mengizinkan dengan sangat terpaksa.

"Vilanya cuma ada dua kamar. Jadi lo berdua sekamar dan gue sam...." Raihan menggantungkan kalimatnya. Kemudian menatap mata abu kebiruan itu agak jengkel.

"Nggak, nggak! Gue normal, ya! Gue nggak mau sekamar sama lo!" Arash menukas sebal.

"Heh, lo kira gue kaum hompimpa?"---maksudnya homo---"terus maunya lo sekamar sama Nesya gue sama Sofia gitu?! Lo mau digerbek warga di hari pertama kita tinggal di sini?!"

Dengan sedikit dengusan, Arash menurut. "Oke. Terus pangeran kecil gue tidur di mana nih? Bareng sama kita? Bertiga gitu?"

Demi apa pun, Raihan ingin sekali memukul mulut sialan berdosa itu. Selama pagi tadi mereka ujian, anjing kecil itu diam di dalam mobil bahkan sampai perjalanan menuju Yogyakarta. Tapi lihat saja sekarang, si manisnya Sabita sudah mengigit ujung sofa di sebelah sana.

Sofa beludru itu sobek.

"No, Erskine! Don't break it!"

Raihan benci kekacauan itu. Jika tidak teringat ucapan Sabita pagi tadi ketika menjemput Arash, barangkali Raihan sudah menendang anjing itu keluar.

"Abang harus bawa Erskine! Biar bisa jagain kalian di sana. Erskine nggak nakal kok. Iya, kan, Erskine?"

"Sabita tanya Kak Raihan, boleh nggak Erskine ikut?" Arash mengelus rambut adiknya. Untuk pertama kalinya, dia semanis itu pada Sabita.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang