66 : SS+SS+SS+SS = 17.424

487 74 17
                                    

If I was born again, I want to be poetry. Even if not alive, you will still like it.

arash

—arash

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••


Empat hari sebelum pengumuman SBMPTN, Nesya datang berkunjung ke rumah Arash—mungkin untuk yang terakhir kali—untuk mengakui sebuah kesalahan antara dia dan dirinya. Kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan yang dia pikir hanya dirinya yang mengerti.

Arash tak mengerti apa pun. Laki-laki itu tidak paham apa pun. Yang ia tahu, selama beberapa hari ke belakang, Nesya adalah pacarnya. Meski ia pun tidak tahu di mana letak rasa, alih-alih cinta yang ia punya untuk gadis itu, ia tidak mau munafik, bahwa ia merasa tiba-tiba memiliki rumah.

Dia berpikir begitu. Nesya merupakan rumah tanpa bangunan, tapi di dalamnya indah, nyaman, teduh. Sekalipun hujan, ia tidak akan kehujanan. Karena itu bukan rumah tempat pulang.

"Hai."

Ia membuka mata, melihat senyum indah melintang dari bibir gadis yang dia pikir sebagai kekasihnya.

"When you come here?"

"Just now." Nesya mengambil duduk di samping Arash. "I'm sorry, I woke you."

"Nggak apa-apa."

Oh, oke. Dia mengerti yang ini.

"I'm not sleeping. I just close my eyes," jelas Arash memberitahu.

"Why?"

"I don't know why, but I don't like to see my mom at home. So, I close my eyes."

Bahkan ketika memorinya hilang, dia tetap tidak menyukai ibunya. Nita yang samar-samar mendengar itu pun hanya mampu menghela napas. Apa mungkin usahanya telah sia-sia? Ah, tidak. Nita cukup puas karena Arash tidak mengingat siapa ayahnya.

"Arash, gue mau lo lihat ini." Gadis itu mengeluarkan sebuah foto. Foto dirinya dan Arash sewaktu di Jogja. Di sana keduanya terlihat serasi, seorang fotografer dari Jerman itu yang bilang. "Look at this photo," ulangnya.

Dia mengambil foto itu, memandangnya dan memastikan bahwa yang ada di foto itu adalah dirinya.

"It's me and you?"

Nesya mengangguk.

"Where is this?"

Suatu hari tentangnya dan Jogja.

Rash, ada apa di Jogja?

Ya ada lo sama guelah.

Kita?

Suatu hari tentang sebuah perasaan diutarakan.

"Itu di Jogja, tepatnya di Titik Nol Kilometer. Waktu itu kita nggak sengaja ketemu sama fotografer dari Jerman, terus dia ambil foto kita."

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang