Nesya harusnya tidak tertidur selama perjalanan bersama Raihan. Itu membuatnya menjadi mendapatkan sebuah bayang-bayang kejadian. Atau yang sering orang-orang bilang adalah mimpi. Di sana, Nesya melihat dua orang masuk ke dalam ruang laktasi. Entah, ini mimpi yang begitu aneh dalam sejarah.
"Nanti anak itu untuk saya, ya! Sudah lama saya menantikan bayi ini."
"Apa maksud Anda? Ini anak saya!"
"Bu, tenanglah! Kami mampu membayar berapa pun Ibu mau. Asalkan Ibu mau menyerahkan bayi itu."
"Tidak! Saya tidak butuh uang kalian! Pergi dari sini!"
"Ayolah, Bu. Di dalam cek ini ada uang 10 milyar. Ibu bisa ambil."
"Anda kira saya tidak memiliki uang sebanyak itu? Berapa pun nominalnya, saya tidak akan menjual anak saya!"
"Tapi anak itu berbahaya. Dia memiliki potensi besar yang bisa membahayakan nyawa Ibu jika Ibu tetap merawatnya. Berikan kepada kami, ya, Bu. Kami yakin anak ini suatu saat bisa mendatangkan keadilan untuk orang-orang. Tapi tempat dia tidak di sini, Bu."
"Benar, Bu. Anak Ibu akan aman bersama kami. Jangan khawatir. Dan kami akan memberinya nama sesuai marga kami. Tarigan."
"Berikan, Bu. Anak manis... jangan nangis sayang. Sudah, ya, minum asinya."
"Tidak... kembalikan anak saya!"
Nesya menjerit. Mimpi itu telah selesai. Namun napasnya masih terengah-engah. Keringatnya keluar sangat deras.
Dia melirik Raihan di sampingnya, hanya sekilas. Tatapan Raihan seolah menunjukkan sebuah kalimat tanya.
Siapa bayi itu?
Lalu jika Nesya kembali tertidur, mungkinkah mimpi itu kembali dan berlanjut tentang siapa mereka semua? Mimpi itu diakhiri dengan sebuah teka-teki.
"Kenapa, Nes?"
Nesya tidak menjawab.
"Mimpi buruk?"
"Gue nggak tahu." Sekarang tubuh Nesya seperti kehilangan pertahanannya. Demi apa pun, rasanya lemas sekali. "Ini kapan sampai, sih?"
"Kok lo pucat banget, sih, Nes? Lo belum makan?" Raihan menyentuh kening Nesya. Panas. "Lo demam. Mau gue antar ke rumah sakit?"
"Apaan sih! Nggak usah lebay! Gue kalau demam minum air aja udah sembuh."
Raihan menghentikan kemudinya. Dia memegang tangan Nesya yang terlihat sangat lemas. Tapi dari sentuhan itu, Nesya langsung mendapat bayangan. Ya, itu sixth sensenya sedang bekerja.
"Kalau mereka tidak mau mundur. Kita bisa sekalian membantu meloloskan mereka, berapa pun biayanya akan ditanggung atasan. Asal, dengan begitu mereka mau berhenti melakukan penyelidikan. Yang mereka butuhkan hanya caranya agar mereka lolos, kan?"
"Maksudnya kita akan menyuap mereka?"
"Benar. Kamu ajak Raihan menemuimu, beserta perempuan itu, hari ini juga!"
Nesya kembali menjerit. Lagi.
"Ada apa lagi?"
"Rai, kita jangan temui Tirta!" ucap Nesya penuh kegelisahan.
"Memangnya ada apa, Nes? Ini penting! Kita harus ketemu sama dia sekarang! Kekuatan lo tadi keluar, kan? Apa yang lo lihat?"
Sekilas Nesya lupa, bahwa Raihan mengetahui satu rahasianya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
UTBK : Misteri di Balik Layar
Mystery / ThrillerSemua dimulai setelah pengumuman SNMPTN. Ini pertama kalinya tercatat dalam sejarah di SMA Indonesia Persada. Dari puluhan siswa yang mendaftar hanya satu di antara mereka yang lolos. Hal itu membuat para siswa kesal dan menduga adanya tindak kecura...