59 : Seni Berpura-pura

471 76 9
                                    

aku gatau cerita ini bakal ketemu endingnya atau enggak. semoga aja aku sehat terus biar bisa menyelesaikan cerita ini sampai akhir.

***

"Semalam gue dengar Nesya sama Raihan berantem."

Seseorang yang Sofia ajak bicara masih asyik dengan lintingan nikotin yang diselipkan di mulutnya, yang perlahan menghamburkan asap-asap ke udara. Aroma familiar itu menusuk ke tiap-tiap indra penciuman. Aroma yang mungkin 99,9 persen paling dibenci oleh perempuan di dunia.

Refleks, Sofia menutup hidung.

"Gue nggak pernah lihat dia semarah itu."

Jemari Arash mengapit ujung lintingan, menurunkan benda itu dari mulut. "Marahnya orang introver itu diam, tapi kalau dia sampai meledak, artinya masalahnya emang udah keterlaluan." Sisa lintingan yang masih menyala itu dibuangnya ke tanah. Menginjaknya sampai bara api kecil itu benar-benar mati.

"Gara-gara Raihan kan?"

"Kalau itu nggak usah ditanya. Semua masalah juga munculnya dari dia."

Sofia pikir, ia akan menemukan banyak hal ajaib di Jogja. Sofia pikir, ia akan menemukan rahasia-rahasia yang selama ini menjadi pertanyaan. Sofia pikir, ia bisa mengubah jalannya cerita seperti kemauannya sendiri. Tanpa masalah, tanpa pertengkaran, dan tanpa kegagalan. Namun Jogja justru menjadi tempat yang paling ia sesali kunjungannya.

"Tapi bentar deh!" Arash mendekat ke arah Sofia, "kok lo semalam bisa berasumsi kalau mouse kabel cuma jebakan?"

Mungkin bukan tentang Jogja, melainkan tentang sebuah rahasia yang tak sengaja ia simpan dari beberapa hari sebelumya.

"Lempar ke sini, Raihan!" Bola itu dilempar asal ke sembarang arah. Sang pelaku tak bertanggungjawab itu buru-buru memasuki mobilnya dan meninggalkan pelataran vila. Menyudahi permainan itu tanpa pemenang.

Gadis itu mendengus, lalu berlari mengambil bola basket yang menggelinding keluar gerbang "Lo mau ke mana?"

Seringai tak suka ditampilkan di wajahnya. Terkadang dia bosan dengan misi yang mati-matian ia lakukan. Misi yang entah akan berlanjut seperti apa pada akhirnya. Sofia tidak bisa bohong jika ia benci dengan semua ini, ia benci harus berpura-pura menuruti semua perintah teman-teman. Kalau saja ada pilihan, Sofia lebih rela menjadi seorang pengkhianat seperti Arash daripada harus menghadapi ego Raihan yang tidak mau dikalahkan.

Merasa gila karena semesta seolah sengaja menjebaknya dalam situasi ini.

"Tadi mouse lo getar berapa kali?"

Samar suara itu masuk ke telinga Sofia. Ia mematri langkah ke jalan sebelah yang dipenuhi oleh sekumpulan orang-orang muda yang hendak menuju ke sebuah rumah kost.

"Waktu subtest PK, getar lima kali! Gue langsung buru-buru ganti deh jawabannya sebelum kehabisan waktu!" sahut suara-suara yang lain.

"Eh, tapi katanya ada tim intel yang coba buat gagalin aksi perjokian kita loh."

"Yang bener?"

"Iya, gue denger sendiri dari Kak Diana. Katanya ada semacam tim intelijen gitu yang lagi aksi buat gagalin sabotase komputer-komputer kita. Mereka juga ada di Jogja loh."

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang