56 : Internal Factors

429 71 8
                                    

"Siapa orangnya?"

Sosok itu.

"Keratih."

Saat nama itu disebutkan, suasana makin kaku. Angin pagi itu menembus ke tiap-tiap lapisan kulit. Mengundang hawa dingin di sekelilingnya.

Sekujur tubuh Nesya seperti tidak bisa bergerak. Aroma amis yang familiar masuk melalui indra penciumannya. Kakinya membeku, merasakan ada tangan yang merambat menyentuhnya dari bawah.

Persis ketika itu, sosok yang baru saja muncul mengagetkan semuanya.

"Nesya! Bangun, Nes!"

Sosok itu beringsut ke tanah. Menggenggam kaki Nesya erat disertai lumuran darah yang menempel di sekujur tubuhnya. Sosok yang sama persis seperti yang pernah tertangkap CCTV di lorong itu. Ia mengenakan pakaian hitam putih dengan penutup kepala---mungkin kerudung, yang dikenakan dengan berantakan. Namun kemeja putih itu tidak lagi terlihat seperti warnanya, karena terkena darah.

Jangan tanyakan mengapa Nesya pingsan melihatnya. Karena sosok itu benar-benar aneh.

"Ratih, lepaskan Nesya!" pinta Raihan dengan suara pelan sambil berusaha menjauhkan tubuh Nesya yang ambruk dari sosok bernama Keratih itu.

Keratih menggeleng. Tangan yang satunya beralih menarik kaki seseorang di dekatnya berangsur. Sontak, Sofia menjerit ketakutan.

"Lepasin gue!"

Tidak mungkin dia bisu. Dia terlihat seperti kesakitan sehingga menarik seseorang agar bisa membawa tubuhnya bangun.

"Bentar deh." Arash langsung menyadari hal tersebut. Dia berjongkok ke bawah untuk melihat sosok itu dengan jelas. Namun tidak sempat menangkap wajahnya. Dia hanya melihat ada sebuah luka di kakinya.

Mungkin itu yang membuatnya tidak bisa berdiri. Detik itu, Arash kembali teringat dengan insiden tabrakan kecil yang ia lakukan tadi.

"Lo... orang yang gue tabrak tadi?"

***

"Apa? Teror hantu mahasiswa?"

Bola basket warna orange memantul dengan indah saat Raihan melakukan dribel. Buru-buru ia shoot ke dalam ring sebelum Arash berhasil merebutnya.

"5-0!" Laki-laki itu membuka jemarinya, tersenyum sombong ke arah lawan. "Lo sama sekali nggak jago basket!" hinanya kasar.

"Nggak semua orang suka main bola! Gue lebih suka bela diri daripada ginian!" Malu karena dimaki-maki, Arash memilih menyudahi permainannya dan duduk di depan teras bersama Nesya dan Sofia. Membiarkan Raihan memainkan bola itu sendirian.

Melawan laki-laki itu sama sekali bukan tantangan. Tapi tentangan.

"Tinggal akui kalau lo emang payah nggak akan buat lo mati sekarang! Kecuali kalau gue lempar bola ini ke muka lo!" Raihan benar-benar melakukannya. Dia melempar bola itu kasar. Namun segera Arash tangkap. "Kalahin gue dulu, baru gue kasih tahu alasan Keratih melakukan teror hantu mahasiswa!"

Rupanya melawan laki-laki itu sama sekali bukan tentangan, melainkan prasyarat.

"Oke. Tapi kalau gue memang, bonusnya lo beliin gue soto babat!" Arash mengulurkan tangan, berharap Raihan mau menerima tantangannya.

"Deal!"

Permainan kembali dimulai.

Ingatkan Arash pada materi bola basket yang sudah dipelajarinya di sekolah selama bertahun-tahun. Bahwa passing dalam permainan bola basket dan voli berbeda.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang