42 : 6 5 16 5 19 8 9 18 8 5 17

479 79 12
                                    

E = I

***

Bab 42

"Guys, udah dengar kabar soal, Sakha?"

Sofia membuka pintu dengan kasar, membuat tiga orang yang tengah bercanda di depan televisi itu terkejut.

"Kabar apa? Baru sejam loh kita dari rumahnya." Tapi Sofia justru menangis tersedu. "Lo kenapa sih, Sof? Ada masalah di asrama?"

"Sakha...." Sofia tidak sanggup untuk menjelaskan. Atau seperti apa perasaannya ketika seseorang tidak dikenal datang ke asrama dan memberinya kabar duka perihal Sakha.

"Kami menemukan ponsel ini di saku korban. Ini punya Anda?"

Tubuh Sofia bergetar. Dia tidak pernah mengira semua terjadi secara beriringan.

"Sof, kenapa? Sakha kenapa?" Nesya bertanya panik.

"He's died. Dan semua itu salah gue!"

Tubuh Nesya rasanya ingin ambruk mendengar itu. Bahkan kedua laki-laki gila itu membelalakkan mata tak percaya.

"Eh, Sof, lo jangan sembarangan kalau ngomong! Kita lihat sendiri tadi dia lagi bahagia rayain lebaran. Ini nggak mungkin, Sofia!" Raihan sampai nyaris mengacungkan kepal ke arah Sofia.

"Lo kalau mau ngeprank jangan bawa-bawa nyawa dong, Sof!"

"Nggak mungkin! Lo bohong! Nggak mungkin Sakha---" Kalimat itu langsung tertahan di kerongkongan. Nesya tidak sanggup.

"Siapa yang ngeprank? Gimana gue bisa bohong kalau tiba-tiba ada orang dateng temui gue dan bilang kalau Sakha kecelakaan? Ponsel gue ketinggalan di rumahnya dan dia berusaha buat balikin tapi---"

Tubuh Sofia perlahan terjatuh di ambang pintu. Tangisnya pecah. Andai dirinya tidak ceroboh meninggalkan ponselnya, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Mungkin saat ini Sakha sedang bahagia dengan keluarganya, menikmati enaknya opor ayam nenek. Tapi sekali lagi, manusia mana yang bisa menentang takdir? Manusia mana yang bisa menawar kematian? Bahkan berandai pun tidak akan mengubah segalanya.

"Gue minta maaf, gue udah ceroboh!" sesal Sofia.

"Gue nggak bisa bayangin gimana perasaan keluarganya. Yang seharusnya jadi hari paling bahagia buat dia, justru berubah jadi hari paling buruk."

Tapi kematian Sakha, rasanya tidak mungkin jika tidak dilatarbelakangi dengan sesuatu. Arash bahkan menduga, bisa jadi karena misi ini.

"Kayaknya satu per satu dari kita bakal mati, kalau kita masih terus jalani misi ini!" ucapnya.

"Maksud lo kematian Sakha ada hubungannya sama misi kita?"

Mereka saling pandang sebentar. Mereka baru ingat kata-kata nenek tadi sewaktu menasihati Sakha. Meskipun tidak paham dengan bahasa nenek, tapi mereka mengerti bahwa nenek tidak mau Sakha pergi kemana-mana. Nenek memintanya untuk tetap di rumah. Tapi Sakha melanggar itu, dia tidak mau mendengarkan ucapan nenek sama sekali.

Entah kebetulan atau apa, televisi yang semula menayangkan acara kartun tiba-tiba berganti dengan breaking news. Fokus mereka beralih ke televisi. Dengan sekedipan, berita itu sudah menyebar luas; berita mengenai putra tunggal Jendral. Pol. Reynandi Asyhar meninggal dunia.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang