Hi, fellas. I know my story isn't worth everyone else's. But I'm happy that people want to read my story. Even if just one or three people hihi. It's okay. I really appreciate it. Thanks a lot for voting my story. Intinya aku senang.
And...
Have a bright day
Happy reading***
Derap kaki melangkah menuju ruang VVIP. Sebelumnya, di koridor depan ruang rawat salah satu pasien, ada hal menarik sehingga membuat dua remaja ini berhenti. Memori tiga tahun lalu, kembali berputar."Anak Anda yang sudah keterlaluan sama saya! Mentang-mentang dia anak OSIS, terus seenaknya ngehukum siswa baru yang nggak pakai sabuk buat bersihin kadang babi dan di jemur dari jam pertama MOS sampai selesai. Hati nurani anak Anda mana, Tuan?!"
Pria tua itu tampaknya masih mengenali Arash. "Kamu?" kata Pria itu sembari membenarkan kacamatanya.
Arash tidak menjawab. Dia justru mengalihkan pandangan ke dalam ruang rawat tersebut. Seolah bertanya, "siapa yang sakit?"
"Papanya Kak Raihan, ya?" Sela bertanya memastikan, "yang sakit siapa, Om?"
"Anak saya."
Arash terperanjat. Raihan sakit? Perasaan baru kemarin mereka bertemu, dan baru kemarin mereka bertengkar sebelum akhirnya Raihan pergi tanpa memberitahu ke mana setelah menemukan sebuah dugaan.
"Ya sudah, Om, kita permisi, ya."
Mereka melanjutkan langkahnya ke ruang VVIP. Tempat dimana Sela akan melakukan cuci darah.
Sela mulai berbaring di atas brankar dengan tenang. Jujur, Arash yang pertama kali melihat pemandangan ini pun bergidik begitu melihat dua selang dipasang di tangan Sela. Beserta mesin dialisis yang mulai bekerja.
Darah itu mulai memenuhi selang. Mengalir secara bergantian.
"Pasti sakit banget, ya?"
Sela justru menggeleng. "Yang ada malah bosan. Soalnya tiga jam lebih kayak gini."
"Tapi serius nggak sakit?"
"Tanpa kamu tanya, siapa pun tahu jawabannya, Rash. Sakit itu pasti. Tapi karena udah biasa, jadinya nggak lagi terasa."
Sela mengidap penyakit gagal ginjal sejak dua tahun lalu. Hal itu yang membuat dia harus merelakan mimpi-mimpinya. Karena dia tahu, bukan mimpi yang akan menjemputnya, melainkan kematian. Dan kapan pun itu terjadi, dia harus siap.
"Katanya setiap orang itu berhak punya mimpi. Tapi ada sebagian orang yang nggak diberi kesempatan buat dapatin mimpi itu. Ada yang diberi, tapi disia-siain. Aku paling nggak suka sama orang yang nggak bisa bersyukur. Mereka yang punya tubuh sehat, malah suka malas-malasan! Kalaupun bisa, aku juga mau ambil alih tubuhnya kalau boleh," keluh Sela sambil merapikan helaian rambutnya ke belakang telinga.
"Hey, nggak semua mimpi harus diwujudin di dunia. Kehidupan itu luas, Sel. Kamu juga nggak bakal selamanya bertahan cuma di satu tempat. Kesempatan itu pasti ada kok."
Arash menyentuh jemari Sela. Berharap bisa menyalurkan energi hangat supaya gadis itu tidak ketakutan.
"Kita masih lanjut main detektif-detektifan nggak?"
Dia tidak mau melibatkan Sela. Tapi entah kenapa, dia tetap ingin Sela tahu.
"Kamu lagi selidiki soal joki SBMPTN, kan?" Sela menebaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/313918947-288-k748497.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UTBK : Misteri di Balik Layar
Mystery / ThrillerSemua dimulai setelah pengumuman SNMPTN. Ini pertama kalinya tercatat dalam sejarah di SMA Indonesia Persada. Dari puluhan siswa yang mendaftar hanya satu di antara mereka yang lolos. Hal itu membuat para siswa kesal dan menduga adanya tindak kecura...