62 : MFWFUFS | T=Y

486 64 18
                                    

Raihan sama sekali bukan kekuatan di tim kita. Justru dia yang akan bawa kita pada kekalahan selanjutnya. Kejadian malam tadi telah membuktikan bahwa perkataan Arash hari itu benar. Raihan bukan power utama untuk tim ini. Raihan tidak punya apa pun yang bisa dipertaruhkan.

Selamat karena lo udah menodai misi kita. Selamat buat kekalahan yang bakal gue ucapin di awal. Nesya ingat pada hari ketika ia mengatakan tentang kekalahan yang akan benar-benar terjadi.

Untuk hari ini dan seterusnya, Nesya membenci kekalahan. Nesya membenci Raihan. Nesya membenci semua hal bodoh yang pernah ia lakukan. Nesya menbenci UTBK. Nesya membenci Yogyakarta dan misi ini. Misi yang pada akhirnya berantakan.

Sia-sia.

"Artinya selama ini kita sia-sia dong jauh-jauh ke Jogja? Misi kita udah failed sebelum kita memulainya."

"Ya nggak sepenuhnya gagal. Seenggaknya kan kita bisa membantu banyak orang, dengan meminimalisir kecurangan. Ya kan?"

Atau tidak sepenuhnya sia-sia. Dan bahkan sama sekali tidak ada failed mission yang terjadi selama misi ini berlangsung. Namun, mission impossible. Misi yang hampir tidak mungkin diselesaikan.

Mustahil.

Tapi itulah faktanya.

"Gue mau pesan tiket kereta, siang ini juga gue mau balik ke Jakarta!"

Nesya menghentikan langkah sejenak sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, ia hendak keluar dari kamar. Namun, suara Sofia berhasil membuatnya bergeming.

Dia akan menyerah hari ini juga.

"Buat apa kita lama-lama di sini?! Yang jelas-jelas kita udah terjebak di misi yang mustahil buat diselesaikan. Dan gue nggak mau buang waktu lagi buat itu. Karena lebih baik gue pulang, fokus persiapan ujian mandiri kalau sampai gagal SBMPTN."

Ada tatapan kosong sewaktu netra keduanya saling bertemu. Rasanya sama-sama bingung harus bagaimana. Nesya hanya mampu membalas, "terserah. Gue udah nggak punya jawaban lagi soal itu." Kemudian dia berlalu, meninggalkan kamar dan Sofia yang mulai merapikan barang-barangnya untuk pulang.

Nesya menuruni anak tangga perlahan. Suasana rumah benar-benar sepi. Dia menemukan Arash yang sibuk memberi makan anjingnya. Mungkin sedikit aneh karena tidak ada suara apa pun keluar dari mulut laki-laki itu. Segera Nesya alihkan pandang, menuju sofa dan duduk di sana, saat diam-diam laki-laki itu mencuri pandang ke arahnya.

Tapi ini bukan saat yang tepat untuknya tersipu malu. Lupakan perasaan dan fokus pada masalah.

Sementara itu, Nesya tidak menemukan di mana keberadaan Raihan. Tidak ada yang tahu ke mana perginya laki-laki itu. Bahkan saat pemakaman Keratih pun, dia tidak ada. Si biang masalah itu tidak ditemukan di mana-mana.

Kalau dia lenyap pun justru lebih baik.

"Lo boleh nyerah atau mundur kalau menurut lo kita udah terjebak di mission impossible."

Arash menoleh, ia tahu Nesya berbicara padanya, tidak mungkin dengan anjing itu.

"Siapa yang bilang mission impossible?"

"Emang ada istilah lain yang gambarin kegagalan kita selain itu?"

"Dengar, ya! Nyerah itu nggak ada di kamus gue!"

Nesya memberikan tawaran pada orang yang salah. Orang yang tidak mau menerima kekalahan. Orang yang tidak mau menyerah cuma karena jalan sudah buntu. Kalaupun benar begitu, pikiran Arash sederhana, putar balik dan cari jalan lain. Berhenti di jalan buntu sama sekali bukan pilihan.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang