40 : 2 3 4 6 5 4 9 1 6 3 6 9 4 3

511 75 20
                                    

Jika Narkotika adalah 4 1 8 1 5 0 9 1 1, maka 2 3 4 6 5 4 9 1 6 3 6 9 4 3 adalah....

****

Hasil keputusan usai berdiskusi alot, akhirnya mereka masih menggunakan rencana yang Raihan susun. Akan tetapi hanya merevisi beberapa bagian yang kurang cocok dan mengubah kapan akan dilakukannya rencana tersebut. Mereka semua setuju jika aksi sabotase soflens camera dilakukan pada tanggal 5 Mei 2022. Genius Education serta Menang Bersinar akan menjadi titik utama dari lokasi yang sudah ditentukan.

"Dan titik akhirnya di rumah Tirta, tempat pertama kali barang itu di simpan."

"Tapi menurut gue, rumah Tirta harusnya ada di titik pertama." 

"Nggak, nggak. Bisa aja barangnya udah pindah tempat. Karena Tirta nggak mungkin biarin barang itu di sana, sedangkan Raihan aja udah tahu letaknya. Pasti dia bakal simpan ke tempat lain. Dan kemungkinan tempat itu GE sama MB. Jadi kita bagi tugas buat ke sana."

"Makanya rumah Tirta jadi lokasi terakhir buat jaga-jaga kalau barang itu sebagian masih dia sembunyikan di rumah. Oke, gue setuju sama rencana yang ini."

"Our plan is perfect."

Kekuatan dari sebuah tim adalah kerja sama. 

"Agak siangan dikit gue balik, ya," kata Sakha memecah keheningan setelah membicarakan rencana tadi.

"Yah kok gitu, Kha? Nggak asyik lo!"

"Gue sibuk. Banyak urusan di rumah."

"Sok anak rumahan lo!"

Di sela-sela candaan itu, fokus mereka teralihkan begitu ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar. Semua mematung. Mereka waswas setiap kali ada orang yang datang bertamu di rumah Arash.

Mungkin itu bunda atau Sabita.

"Nyokap lo kali."

"Udah biarin aja!"

Tapi ketukan pintu itu malah semakin keras. Rasanya kalau itu bunda, beliau tidak akan mengetuk sampai sekasar itu. Terlebih lagi, pasti Sabita akan berteriak, "Abang." Tapi teriakan itu tidak ada. Suara anak kecil itu sama sekali tidak terdengar.

"Rash, coba cek! Kalau itu Sabita suruh masuk!"

"Tapi gue rasa itu bukan Sabita." Arash bangkit. "Gue cek bentar." Dia berjalan keluar. Dan begitu pintu terbuka, matanya terbelalak melihat siapa yang datang. 

Bukan. Itu bukan bunda dan Sabita.

"Siapa lo?!" 

Tapi seorang laki-laki yang bisa diperkirakan tingginya sekitar 174 sentimeter. Dengan busana hitam seperti habis dari pemakaman. Arash pun mencium sangat jelas aroma petrikor dari tubuhnya.

"Sofia mana?" tanyanya diplomatis.

"Ini rumah gue bukan rumah Sofia! Lo siapa? Ada urusan apa sama Sofia?!" Arash mengindahkan pandangannya, laki-laki itu terlihat tidak asing. Arash menduga, dia bagian dari mafia semalam yang ingin melenyapkan Sofia. Atau mungkin, dia orang suruhan mama Sofia untuk membawa Sofia pulang.

"Jadi lo yang selama ini sembunyiin Sofia?! Lo yang sering nyuruh dia buat kabur dari asrama?!" Laki-laki itu malah sewot. Sampai membuat Arash tidak nyaman dengan keberadaannya.

"Eh, gue nggak tahu lo siapa dan apa urusan lo sama Sofia! Yang jelas, Sofia nggak ada di sini dan lo bisa pergi dari rumah gue!" usirnya.

Namun laki-laki itu bersikukuh dan tetap tidak ingin pergi sebelum bertemu dengan Sofia. "Lo bohong! Tadi gue lihat Sofia masuk rumah ini! Lo ngapain sama dia? Lo apain dia, bajingan?!"

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang