6 : SUHJLN

847 112 17
                                    

Huruf apit.

~Bab 6~

Plak!

Nesya meringis. Ayahnya marah besar saat mendapat laporan dari tempat bimbel kalau Nesya sempat beberapa kali membolos. Apalagi saat Nesya ketahuan pulang lebih awal sebelum jam sebelas malam, ibunya langsung murka.

"Mau jadi apa kamu, Nesya?!" bentak Farhan. "Ayah sudah bayar mahal bimbel kamu tapi kamu malah membolos! Kalau seperti ini bagaimana bisa kamu lolos fakultas kedokteran!"

Setiap pulang kerumah, pasti Nesya selalu jadi jambalan oleh kedua orang tuanya. Ingin rasanya Nesya pergi, tapi tidak mungkin. Karena kedua orang tuanya menganggap Nesya memiliki utang budi karena mereka mau merawatnya, sementara Nesya bukan siapa-siapa.

"Mama sudah bilang ke kamu, jangan pulang sebelum jam sebelas malam! Masih nggak ngerti juga kamu, Nesya?!" Kini Fara juga ikut-ikutan membentaknya.

Nesya menangis sesegukan. Semua tanggung jawab kini dilimpahkan sepenuhnya kepada Nesya karena dia anak tertua di keluarga kecilnya, lebih tepatnya keluarga angkat.

"Nesya nggak bolos, Ma! Kemarin Nesya izin pulang karena Nesya nggak enak badan! Mama kenapa tega sih, Ma, suruh aku belajar selama sepuluh jam?! Aku juga capek, Ma! Aku perlu istirahat!"

Plak!

Kedua pipi Nesya sudah sama-sama memar. Dua kali tamparan keras itu mendarat di pipinya.

"Ngejawab terus kamu kalau dinasihatin! Ayah yang lebih capek bukan kamu, Nesya! Ayah kerja keras untuk menghidupi keluarga kita, biaya sekolah kamu! Kalau bukan karena kami berdua mau merawat kamu, kamu nggak mungkin bisa sekolah!"

"Sekarang sudah saatnya kamu membalas kebaikan kami, Nesya! Kamu tinggal kuliah kedokteran, soal biaya kami yang tanggung!" Fara menambahi dan semakin menjadi-jadi.

Sebenarnya Nesya sudah sangat tertekan di keluarga ini. Mereka menuntunnya untuk sesempurna mungkin, sementara untuk menjadi sempurna pun Nesya masih kelimpungan, jalannya masih merangkak, tertatih-tatih.

"Sekarang Ayah antar kamu ke tempat bimbel!" Farhan menarik tangan Nesya.

Nesya berusaha melepaskan cengkeraman tangan ayahnya. Namun semakin Nesya berusaha, justru Farhan semakin kuat menahannya.

"Tapi ini masih pagi, Yah. Jadwal bimbel Nesya jam dua siang," isak Nesya.

"Ayah sudah bayar bimbel kamu mahal-mahal! Kamu bisa datang kapan pun kamu mau untuk konsultasi dengan guru les kamu! Ada fasilitas tersebut bisa kamu gunakan, Nesya!"

Farhan memang orang tua yang kasar. Dia menyeret Nesya ke dalam mobil. Mau tidak mau Nesya harus menurut ucapan Farhan yang katanya sebuah perintah.

Saat sampai di tempat bimbel, Nesya dipaksa masuk. Tubuhnya di dorong sampai ingin terjelabak. Mata Nesya pun masih terus basah sejak tadi. Dia tidak sanggup meminta air mata itu supaya tidak tumpah. Pertahanannya benar-benar lemah.

"Ingat ya, Nesya, jangan pulang sebelum jam sebelas malam! Dan jangan sekali-kali kamu kabur dari tempat ini! Ayah akan minta bantuan orang dalam untuk mengawasi kamu!" Usai mengatakannya, Farhan segera pergi meninggalkan Nesya.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang