"Iya, ini gue udah balik. Nggak akan telat."
Bip....
Suara mesin check lock berbunyi setelah ibu jari dengan kuku dicat merah itu menempel. Si pemilik kemudian buru-buru keluar dengan bahu kiri mengapit ponsel. "Gue beli makan, ya!" ujarnya kemudian menutup sambungan.
"Huh...." Diara memasukkan ponsel kemudian mencangklong tas abu-abunya. Dia berjalan keluar sambil tersenyum samar. Senyumnya semakin lebar, kala melihat seorang lelaki berbelok dari tikungan.
Lelaki itu menggerakkan tangan menunjukkan kunci mobilnya. Diara mengangguk lalu berdiri di depan lift. Namun, matanya bergerak melirik lelaki tadi yang memilih berdiri agak jauh. Ah, gini rasanya.
Shanticca Diara yang lebih akrab dipanggil Diara seorang karyawan di kantor periklanan. Dia seorang akuntan. Awal bekerja saat dia masih kuliah. Pertama karena dia diminta membantu omnya. Yah, omnya adalah si pemilik yang baru merintis usaha.
"Kangen nggak?"
Tubuh Diara berjingkat. Dia mengedarkan pandang dan tidak mendapati karyawan lain yang mengantre bersamanya. "Yang lain?"
"Udah masuk. Lo diem aja, ya, ditinggal!"
"Ah!" Diara memukul kepala. "Terus kenapa lo ikut masuk?"
Petto bergeser hingga lengannya berdekatan dengan Diara. "Nggak mungkinlah ninggalin pacar!"
Seketika Diara melotot. Sedangkan Petto terkekeh geli. "Kalau ada yang denger gimana?" Diara mendorong lengan Petto agar menjauh.
"Nggak enak, ya, backstreet," keluh Petto.
"Ya, tapi gimana? Lo belum genap sebulan kerja. Daripada kena gosip." Diara memencet tombol lift kemudian bersedekap.
Tanpa diminta, pikiran Diara tertuju ke hari itu. Dia melihat Petto berada di kantornya dan ternyata karyawan baru. Saat itu Diara merasa gelisah, yah, karena Petto mantannya. Beberapa hari setelah itu, dia dan Petto bertemu di lobi. Saling menyapa hingga berujung makan malam bersama. Tiga hari setelah itu, mereka balikan. Sungguh cepat memang balikan sama mantan.
"Eh tunggu!"
Pintu lift di depan Diara baru terbuka saat seruan itu terdengar. Dia menoleh melihat seseorang dari divisi kreatif. Diara menunduk sopan kemudian memutuskan masuk.
"Baru pulang?" tanya Petto ke seniornya. Barulah setelah itu dia masuk dan memilih berdiri di belakang Diara.
Lelaki yang baru bergabung itu berdiri di tengah lift. "Iya. Kayaknya lo keluar dari tadi."
"Ke toilet dulu Bang Jev," jawab Petto sambil melirik Diara. Sedangkan wanita di depannya mengusap tengkuk. Sepertinya merasa canggung.
Lelaki yang dipanggil Jev itu terkekeh geli. Pandangannya lalu tertuju ke wanita cantik dari bagian keuangan yang berdiri dengan wajah memerah. "Emang hari ini panas banget, ya!"
"Eh...." Diara menoleh dan tanpa sadar mengusap pipi. "Iya, panas."
"Nih, saya kipasi!" Jevar menggerakkan kedua tangan ke Diara.
Diara melirik ke belakang, takut pacarnya cemburu. "Udah, Pak, nggak apa-apa!" Lalu menahan tangan Jevar.
"Ehm...." Petto seketika berdeham. "Emang panas banget hari ini."
"Sorry," ujar Diara seraya melepas pegangannya. Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka. Dia buru-buru keluar dan tidak melihat seseorang di sampingnya yang hendak keluar juga. Hingga benturan di lengan itu tidak terelakkan.
Jevar segera menjauh. "Sorry."
Diara menunduk dan buru-buru menuju parkiran. "Duh!" Dia mengusap lengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...