AGAIN-2

515 71 11
                                    

Pintu lift telah tertutup, menghalangi pandangan Jevar ke wanita yang barusan menyebut namanya. Dia menahan senyuman kemudian berjalan menuju ruangan. Bukan pertama kali namanya disebut. Yah, sejak dia bekerja banyak wanita yang membicarakannya. Tentu saja karena Jevar tampan.

Brak....

Jevar masuk ke ruang divisi kreatif dan menuju kursi pojok dekat dengan dispenser. Namun, saat hendak duduk dia memilih mengintip ke jendela. Dari posisinya, dia bisa melihat parkiran motor samping. Tanpa sadar Jevar tersenyum.

Tak lama, wanita yang mengenakan setelan pink keluar. Dia memakai helm kemudian menatap spion. Iseng, Jevar mengetuk kaca itu beberapa kali. Wanita yang berada di bawah seketika mendongak dan terkejut hingga menyentuh dada.

"DM aja!" teriak Jevar.

Diara yang berada di bawah cukup mendengar teriakan Jevar. Dia melambaikan tangan tanda menolak, tapi Jevar membalas lambaian tangannya dengan senyuman. "Gila, tuh, cowok!" Dia segera naik motor dan memilih pergi.

Jevar masih berdiri di posisinya sambil menahan tawa. Dia tahu karyawan keuangan itu. Yah, divisi itu memiliki tiga karyawan yang sama-sama cantik dan yang tercantik adalah Diara. Sering kali dia mendengar, para lelaki membicarakan Diara.

"Tega banget nggak bantuin!"

Perhatian Jevar teralih. Dia melihat Petto yang kembali sambil membawa dua kardus besar. "Tahu sendiri tangan gue kena tiang lighting."

"Manfaatin, kan?" tuduh Petto ke seniornya itu. Meski senior, Jevar tidak pernah membeda-bedakan posisi. Bahkan, mereka bisa berbicara santai seperti teman seumuran.

Jevar seketika mendekat, mengambil alih kardus itu dan meletakkan di meja. "Udah selesai, kan, tadi? Yang lain?"

Petto mengambil kursi lalu duduk sambil meluruskan kaki. "Masih di bawah. Pindahin barang yang lain."

"Baguslah!" Jevar duduk di meja memperhatikan Petto yang tampak kelelahan. Namun, pikirannya justru ke topik lain. "Lo satu kampus sama anak keuangan itu, kan?"

Seketika Petto duduk tegak. "Kok lo bisa tahu?"

"Lo pernah cerita," jawab Jevar.

"Lupa. Emang kenapa?"

Jevar tanpa sadar tersenyum. "Nggak apa-apa. Temen lo sering diomongin."

Petto tahu karyawan lain sering membicarakan Diara. Mulai dari memuji hingga ada mulut yang membuatnya ingin dia sumpal. Tentu saja membicarakan tubuh Diara. Namun, ada juga yang membuatnya ingin tertawa. Tentu saja mereka tidak bisa memiliki Diara, karena wanita itu menjadi pacarnya.

"Capek! Balik dulu." Jevar meloncat turun dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia mengambil jaket dan kunci mobil kemudian keluar. "Duluan!"

"Ya!" jawab Petto sambil duduk bersandar. Tubuhnya terasa begitu lelah karena proses syuting seharian. Memang dia bukan bagian produksi, tapi tim kreatif jelas harus bertanggung jawab. Belum lagi jika konsepnya menyimpang dari konsep awal.

Saat sedang tenang, Petto langsung ingat dengan Diara. Dia mengernyit bingung saat Jevar tiba-tiba membahas Diara. Apalagi, Jevar terlihat penasaran.

"Ck! Dia naksir pacar gue?" gumam Petto. "Terus cewek tadi lo kemanain?"

Petto berdiri. Dia mengambil ponsel tapi tidak mendapat pesan balasan dari Diara. Lantas dia memilih menghubungi sambil berjalan menuju mejanya.

Tut... Tut... Tut....

"Kayaknya masih di jalan!" gumam Petto karena Diara tidak mengangkat panggilan. Dia menjauhkan ponsel lantas mengambil kunci mobil yang tergeletak. Mending gue ke tempatnya.

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang